Monday, March 30, 2015
D’MEBOYE. Mencetak 1.000 Wirausahawan Muda Berbasis Hindu
MEBOYE. Kata yang familiar di masyarakat Buleleng. Penuh penafsiran dan arti, yang musti diindahkan oleh kalangan akademikus. Makna umumnya berarti “ngeyel alias melecehkan sesuatu). Sisi lain, kata itu merupakan kekayaan orang Buleleng, yang sudah sangat mengakar dalam keseharian orang Buleleng. Nah, oleh karena itu Dies Natalis STIE Satya Dharma ke 19 mencoba mengangkatnya menjadi tema akbar. Pelaksanaan Dies Natalis STIE Satya Dharma ke-19 tanggal 28 dan 29 Maret 2015 di Sasana Budaya Singaraja yang bertepatan dengan ulah tahun kota Singaraja ke-411, dengan mengambil tema D’MEBOYE “mencetak 1.000 wirausahawan muda berbasis hindu”. Meboye adalah kata keseharian orang Buleleng, yang sering diartikan negatif (ngeyel atau cuek atau bisa juga tidak peduli atau acuh tak acuh). Dalam konteks inilah STIE memberanikan diri mengambil tema ini sebagai tema akbar yang dipoles dengan Visi Misi STIE Satya Dharma.
baca di sini
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Paradigma ini penting sebab selama ini banyak anak muda enggan menjadi pengusaha. Hal ini diperparah dengan banyak sekali stigma bahwa pengusaha itu bukan profesi bergengsi. Seolah pengusaha adalah makhluk yang harus dijauhi karena terlihat selalu berdekat-dekat dengan politik, pemerintah, dan hanya memberikan manfaat bagi kelompoknya sendiri Hal seperti ini jangan sampai membuat kita jadi kecil hati. Sebenarnya banyak sumbangsih yang bisa dilakukan dengan menjadi pengusaha. namun kata tema D’MEBOYE “mencetak 1.000 wirausahawan muda berbasis hindu akan menjadikan sebuah pendobrak semangat dan kemampuan kaum muda untuk slalu berkarya dan kreatif dalam segala hal yang mereka lakukan. Memang di negeri ini, jumlah pengangguran masih cukup tinggi, jumlahnya sekitar sembilan juta jiwa. Pemerintah sendiri menargetkan untuk menurunkannya menjadi enam juta dalam periode pemerintahan kali ini. Begitu juga kemiskinan, dari 32 juta akan diturunkan menuju 22 juta. Setiap satu persen pertumbuhan perekonomian nasional, ternyata hanya menyerap 300 ribu tenaga kerja baru. Ini tentu tidak sebanding dengan jumlah pencari kerja. Makanya pola pikir mencari kerja perlu diubah menjadi pola pikir pengusaha. Dengan begitu kita malah akan membantu menciptakan lapangan kerja dan mengurangi pengangguran. Artinya pengusaha menjadi tulang punggung dan berperan besar untuk menciptakan lapangan kerja baru dan membantu pertumbuhan perekonomian Indonesia. Setiap pengusaha atau orang yang ingin memulai usaha tentunya menginginkan kebijakan yang baik dari pemerintah dan berharap iklim usaha di Indonesia kondusif. Namun perlu digaris bawahi, kita sebagai pengusaha atau calon pengusaha harus menghilangkan ketergantungan kepada kebijakan pemerintah. Kalau dilihat, banyak sekali pengusaha berhasil bukan karena tergantung pada aturan, namun karena kemampuan dia membuat lapangan usaha.
ReplyDeleteMEBOYE sudah menjadi "makanan pokok"masyarakat Buleleng. MEBOYE lebih diartikan ke "sing ngugu" atau kurang percaya dengan suatu hal. Atau anak muda di Buleleng sering menyebut care bangke (seperti mayat) mebo-ye hehehe ya kira-kira seperti itulah sapaan orang Buleleng terhadap orang yang meboye.
ReplyDeletePelaksanaan Dies Natalis STIE Satya Dharma ke-19 tanggal 28 dan 29 Maret 2015 di Sasana Budaya Singaraja yang bertepatan dengan ulah tahun kota Singaraja ke-411, dengan mengambil tema D’MEBOYE “mencetak 1.000 wirausahawan muda berbasis hindu” ini sangat tepat diadakan karena hampir sebagian besar masyarkat Buleleng meboye dengan profesi wirausaha, hal ini disebabkan karena kurangnya figuran atau tokoh yang asli dari Buleleng yang sukses dan terdengar familiar di telinga masyarakat Buleleng itu sendiri. Untuk itu semoga dengan adanya seminar yang bertema seperti ini masyrakat Buleleng bisa lebih tertarik menjadi wirausaha khususnya mahasiswa STIE SATYA DHARMA.