Sunday, November 9, 2014

UTS : sosiologi ekonomi dan manajemen strategi

Materi sosiologi ekonomi

Materi manajemen strategi

118 comments:

  1. UTS MANAJEMEN STRATEGI
    Nama : Putu Wiriasa
    Nim. : 13.01.1.1.139
    Semester : III Reg. Sore
    Kelas : Manajemen


    2. Elemen dasar dari konflik organisasi yang ada adalah :
    - Human Error, Pertengkaran Birokrasi merupakan elemen dasar dari konflik ada tingkat paling bawah
    - Instrument Error, Politik yang Picik merupakan konflik yang terjadi pada tingkat menengah
    - Media Error, Perselisihan kekuasaan yang merupakan konflik pada tingkat paling atas pada organisasi.
    Ketiganya merupakan bagian penting dari tata kelola kekuasaan yang dihadapkan dengan semakin rumitnya lingkungan sosial.

    3. Penyebab konflik yang ditemukan adalah :
    - Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan yang merusak.
    - Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan yang dapat merusak.

    4. Analisis Swot yang dilakukan menunjukkan :
     Kekuatan peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan bukan mandeg dan menjadi tanggung jawab profesional.
     Kelemahan faktor-faktor yang memengaruhi kebijakan bisnis keluarga seperti komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang merusak.
     Peluang, Transformasi kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi bukan bermaksud merampas kekuasaan pemilik, namun ingin menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi,
     Ancaman Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan yang dapat merusak.
    Strategi Restrukturisasi dilakukan dengan :
    - Menggeser konsep kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi merupakan satu dari beberapa konsep Corporate Good Governance (CGG). Mengapa? Karena capaian CGG adalah clean governance lewat kertas kerja bukan ruang suka dan tidak suka.
    - Karenanya peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan bukan mandeg dan menjadi tanggung jawab profesional

    ReplyDelete
  2. Manusia di ciptakan oleh Tuhan yang Maha Esa oleh karena itu kita harus dapat menguasai harta,tahtah dan wanita,bukannya harta dan tahta yang menguasai manusia.
    Manusia harus mengetahui dan sadar bahwa kekayaan yang mereka miliki akan rasakan dan dibalas di akhirat kelak. Sebab sering kali manusia mengabaikannya bahkan semua yang dimiliki dan dinikmati manusia baik kecil maupun besar akan dicatat dan dipertanggung jawabkan. Oleh karenanya mereka harus berhati-hati dalam mencari harta kekayaan dalam kehidupannya

    Gusti Made Arya Sastrawan (11.01.1.1.950)-Sosiologi Ekonomi

    ReplyDelete
  3. Nama : Made Dharmawan
    Nim : 11.01.11.933

    Kita tidak mendapati pemimpin yang mengharamkan KKN dan anti tahta, harta dan wanita/pria Artinya, bagi banyak pemimpin kita, tahta, harta dan wanita/pria adalah tujuan. Makin langgeng tahtanya, makin banyak hartanya, dan makin banyak simpanan wanitanya maka ia merasa makin hebat. Entah hebat buat siapa, selain hebat untuk dirinya. Entah mengapa, pemimpin kita lebih banyak yang berperilaku seperti ini. Entah mengapa pemimpin kita tidak belajar dari keruntuhan kerajaan-kerajaan masa lalu yang pernah hidup di Indonesia. Entah mengapa pemimpin kita suka masuk lubang yang sama dengan para pendahulunya yang mereka kritik sebelum berkuasa. Tentu saja, pemimpin yang seperti ini memiliki arah dan strategi pembangunan yang tidak pas dan memihak kaum miskin. Sebaliknya, arah dan strategi pembangunan mereka hanya ’memuaskan segelintir orang’ dengan mematikan banyak orang. Singkatnya, arah kebijakan kita tak berarah rakyat, strategi kita tanpa strategi yang dahsyat.

    ReplyDelete
  4. Nama : Dwi Cahyo Novtianto
    Nim : 11.01.1.1.928
    Terkadang manusia tak pernah mengerti dan memahami, bahwa kehidupan di dunia pasti akan berakhir. Siapapun dan apapun di dunia ini, pasti ada batas waktunya. Tidak ada yang kekal. Tidak ada yang abadi. Segalanya akan mencapai batas akhir. Pengalaman sejarah kehidupan memberikan pelajaran yang sangat berharga. Bagi mereka yang bisa memahami dan mengerti tentang kehidupan. Banyak pelajaran yang sangat berharga, dan memberikan manfaat yang tidak ada bandingnya. Jika seseorang dapat memetik pelajaran itu, maka diujung kehidupannya akan menjadi manusia yang mulia, tetapi Trilogi (harta, tahta dan wanita) yang sangat menggoda dan selalu menjadi obsesi orang-orang yang tak bisa memahami dasar kehidupan yang paling mulia. Permasalahan harta, tahta, dan wanita sebenarnya tergantung kepada religius dan moral individual masing-masing.

    ReplyDelete
  5. NAMA : KOMANG SUMARDIKA
    NIM : 11.01.1.1.932

    kita tak memiliki satu alat pun di tangan untuk mengelola negara (bekas) terjajah menjadi merdeka, mandiri dan modern. Selebihnya, kemerdekaan kita masih dihuni oleh partai politik yang tak terorganisasi dengan baik, diisi dengan birokrasi yang buruk, dijiwai agama pengemis, dilengkapi dengan angkatan bersenjata yang korup dan beraninya melawan warganya sendiri. Dengan kondisi begini, yang subur hanya daya pukau [poetics of power], iklan bualan dan KKN berjamaah. Secara historis-geneologis, ketergantungan rakyat pada negara dapat dilacak pada masa kolonialisme negara-negara kolonialis Eropa terhadap kawasan-kawasan Timur. Kolonialisme berperan besar dalam membentuk mental dan kognisi publik masyarakat kolonial. Sejarah kolonial mencatat bahwa hampir dua pertiga kawasan-kawasan Timur mengalami kolonialisme.
    Dalam konteks Indonesia misalnya, kita mendapati pemimpin yang tidak autentik. Sebab, Presiden Soekarno suka menyelesaikan problem bangsa dengan berpidato yang retoris, lalu Presiden Soeharto dengan senyum yang enigmatis, Presiden Habibi dengan kalimat berapi-api yang taktis, Presiden Abdurahman Wahid dengan guyon dan satiris, Presiden Megawati dengan diam tak berencana maka Presiden SBY hanya dengan pidato dan tebar pesona. Praktis kepemimpinan mereka tanpa team work yang kuat dan tidak berpaku pada UUD-45. Tentu saja, jika masih percaya pada model presiden yang pernah kita punya, niscaya problem bangsa ini tak akan berakhir secepatnya. Karena itu, mari selamatkan bangsa ini dari pesona-pesona presiden di masa lalu dan sekarang yang jelas tak menghasilkan capaian cita-cita bangsa sebagaimana amanat Pancasila dan UUD-45.

    ReplyDelete
  6. Nama : I Made Edy Wirawan
    Nim : 13.01.1.1.140
    Semester : III / Reg Sore

    1. Sebut dan jelaskan elemen dasar dari konflik organisasi yang ada.
    Jawaban :
    1. Terdapatnya dua atau lebih unit-unit atau bagian-bagian yang terlibat di dalam konflik.
    2. Unit-unit tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan-
    kebutuhan, tujuan-tujuan, masalah-masalah, nilai-nilai, sikap-sikap, maupun gagasan-
    gagsan.
    3. Terdapatnya interaksi di antara bagian-bagian yang mempunyai perbedaan-perbedaan
    tersebut.
    2. Penyebab konflik yang ditemukan adalah :
    Jawaban :
    Kekuasaan dan pengaruh modal sosial serta adanya perbedaan pandangan yang memengaruhi kebijakan bisnis keluarga seperti komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang merusak.

    3. Alanisis Pemecahan masalah yang ada :
    Jawaban :

    - Pelaksanaan dan tanggung jawab sosial dalam menggeser kepemilikan ke distribusi pendapatan lewat birokratisasi
    - birokratisasi bukan bermaksud merampas kekuasaan pemilik, namun ingin menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi

    4. Kaji dengan teoritis SWOT, Strategi Restrukturisasi berbasis teoritis konflik yang ada:
    Jawaban :

    - Kekuatan peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan bukan mandeg dan menjadi tanggung jawab profesional.
    - Kelemahan faktor-faktor yang memengaruhi kebijakan bisnis keluarga seperti komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang merusak.
    - Peluang, Transformasi kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi bukan bermaksud merampas kekuasaan pemilik, namun ingin menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi,
    - Ancaman Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan yang dapat merusak.

     Strategi Restrukturisasi dilakukan dengan :
    - Menggeser konsep kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi merupakan satu dari beberapa konsep Corporate Good Governance (CGG).
    - Karenanya peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan bukan mandeg dan menjadi tanggung jawab professional
    - Transformasi kepemilikan ke birokratisasi merupakan sarana penilai sekaligus sarana penghukum yang kompatibel yang bersifat profesional

    ReplyDelete
  7. Nama : Gede Agus Ari Budiarsa
    NIM : 13.01.1.1.148
    Jrsn/Smster: Manajemen/III
    Kelas : Reguler Sore
    Manajemen Strategi
    Elemen dasar dari konflik organisasi adalah:
    1. Human Error, yaitu penyebab konflik yang sering terjadi pada level organisasi yang paling bawah (fungsional). Secara umum human error ini terjadi dalam bentuk Pertengkaran Birokrasi di organisasi tsb.
    2. Instrument Error, yaitu penyebab konflik yang terjadi pada level menengah dari suatu organisasi dan umumnya hal ini berbentuk Politik yang Picik.
    3. Media Error, yaitu penyebab konflik yang berada pada tingkat paling atas. Ditandai dengan terjadinya Pertentangan Kekuasaan yang nantinya dapat merusak organisasi tsb. Ketiganya merupakan bagian penting dari tata kelola kekuasaan yang dihadapkan dengan semakin rumitnya lingkungan sosial.


    Penyebab konflik yang ada:
    Kurang pahamnya tentang pelaksanaan dan tanggung jawab sosial dalam mengubah kekuasaan bisnis keluarga dari kelas kepemilikan ke distribusi pedapatan lewat birokratisasi.

    Analisis pemecahan konflik yang ada:
    Dengan melakukan tata kelola yang baik secara formal dan informal tentang beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan dari bisnis keluarga ini seperti : komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan agar terwujudnya Good Corporate Governance .

    Kaji dengan teoritis SWOT, Strategi Restrukturisasi berbasis teoritis konflik yang ada.
    -Strenghts: Kekuasaan kepemilikan yang dominan dapat menggerakkan roda alat-alat produksi dengan maupun tanpa konflik kelas bukan perjuangan kelas.
    -Weakness: Faktor-faktor yang memengaruhi kebijakan dari bisnis keluarga seperti komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error, sering kali dapat memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang dapat merusak suatu organisasi.
    -Opportunity: Transformasi kekuasaan bisnis keluarga dari kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi dapat menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi.
    -Threats : Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan sehingga sering memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan.

    Strategi Restrukturisasi dilakukan dengan :
    Menggeser konsep Kekuasaan Bisnis Keluarga dari kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi untuk mewujudkan Corporate Good Governance (CGG) . Serta dengan mentranformasikannya ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan dengan baik dan menjadi tanggung jawab professional.

    ReplyDelete
  8. NAMA : LUH ARSIH
    NIM : 11.01.1.1.925
    KELAS : MANAJEMEN REG SORE/SEMESTER 6
    M. KULIAH : SOSIOLOGI EKONOMI

    Kita sebagai manusia, diwajibkan waspada pada “3-Ta”: Harta, Tahta dan Wanita. Ketiga hal itu mampu membuat manusia mempertaruhkan apa saja, termasuk dirinya sendiri. Banyak kisah dalam sejarah peradaban manusia mengenai hal ini. Dan karena ketiga hal itu pula relasi atau hubungan apa pun bisa hancur. Tidak hanya teman dan sahabat, bahkan juga keluarga. Hal itu nampak dari Kongres III PDIP yang sedang berlangsung di Hotel Inna Grand Bali Beach-Sanur-Bali, pada 6-9 April 2010 ini. Terlihat jelas ada upaya perebutan tahta yang selama ini diduduki Megawati, yang tentu juga berupaya dipertahankan yang bersangkutan. Muncul rumor pertentangan antara kubu yang menghendaki PDIP merapat ke koalisi pemerintah, sementara di pihak lain menghendaki tetap beroposisi. Dalam hal ini, terdapat perbedaan antara Megawati dengan Taufik Kiemas yang adalah suaminya sendiri. Perbedaan juga meruncing dengan dimunculkannya Prananda Prabowo (anak Mega dari suami pertama) Puan Maharani (anak Mega dari Taufik Kiemas, suami ketiga). Demikian pula Guruh yang nota bene adalah adik Megawati pun turut pula dalam pertarungan perebutan tahta di kandang banteng gemuk ini.   Kita sering mendengar bahwa godaan yang akan dihadapi dalam kehidupan adalah harta, wanita, dan tahta. Wanita dalam konteks ini berarti godaan seks, bisa pria untuk wanita maupun untuk pria. Juga wanita untuk wanita. Tiap orang berbeda daya tahannya terhadap ketiga godaan itu. Ada yang tahan terhadap godaan wanita, tetapi tidak tahan terhadap tahta dan harta. Yang paling banyak adalah mereka yang tidak tahan terhadap godaan harta. Hasrat untuk meraih tahta pasti tidak lepas dari mengejar harta. Lalu berkembang menjadi siklus dengan mengejar kekuasaan yang lebih besar untuk mendapatkan harta yang lebih besar lagi, dan seterusnya. Saat ini kita menyaksikan pertunjukan para pemburu tahta yaitu para Caleg yang membeli suara agar dapat mengumpulkan suara cukup mengantar mereka ke DPRD dan DPR RI. Praktik busuk itu terjadi dimana-mana seperti yang dimuat di koran, di TV, atau diceritakan oleh mereka yang mengetahuinya. Perilaku semacam itu jelas amat mencederai makna Pemilu dan demokrasi serta merampas suara rakyat yang sebenarnya tidak mempercayai mereka. Dana yang dikeluarkan untuk membeli suara itu pasti tidak kecil, ratusan juta bahkan bisa mencapai miliaran rupiah. Tentu uang itu harus kembali. Orang-orang semacam itu jelas akan memanfaatkan setiap kesempatan melalui kedudukannya untuk mencari dana supaya mengembalikan dana yang telah dikeluarkannya. Pemburu tahta yang lain adalah mereka yang ingin menjadi Capres dan Cawapres. Hiruk-pikuk para tokoh itu yang kita saksikan belakangan ini merupakan jejak dari para pemburu tahta tertinggi di Indonesia. Visi dan misi yang berbeda bahkan bertentangan tidak jadi masalah, ideologi tidak pernah jadi bahan pertimbangan. Yang menentukan ialah kepentingan yang sama: saling membantu dalam koalisi untuk berburu kekuasaan. Dalam konteks perpolitikan Indonesia yang masih mencari bentuk, manuver politik yang kita saksikan itu adalah sesuatu yang sah dan wajar,walaupun tidak sedap untuk dilihat dan bukan merupakan pendidikan politik yang bagus.

    ReplyDelete
  9. UJIAN TENGAH SEMESTER
    NAMA : PUTU GUNUNG SUDIASMARA
    NIM : 13.01.1.1.157
    KELAS : Reguler Sore / Semester III

    PERTANYAAN DAN TANGGAPAN
    Petunjuk :

    1. Mahasiswa membaca dengan baik dan benar makalah di bawah ini.
    2. Sebut dan jelaskan elemen dasar dari konflik organisasi yang ada.
    1. bahwa kerumitan dalam berorganisasi berupa hubungan saling ketergantungan yang rumit sering terjadi di antara berbagai kelompok orang, sehingga hal tersebut dapat menjadikan bahan terjadi konflik dalam sebuah organisasi;
    2. bahwa peningkatan keragaman dan saling ketergantungan diantara pelaku organisasi telah mengubah banyak pekerjaan hasil individual dan pekerjaan manajemen menjadi pekerjaan yang menuntut kepemimpinan yang kuat, yaitu pekerjaan yang mengharuskan pemegang pekerjaan itu membuat berbagai hal terlaksana melalui orang-orang lain, tetapi ia tidak memiliki kendali atas orang-orang tersebut, sehingga dalam pengelolaan manajemen sering terjadi kecurangan atau kurang harmonisan diantara pelaku organisasi itu sendiri;
    3. bahwa kepemimpinan yang kuat berarti kemampuan untuk mengembangkan sumber kekuatan yang memadai untuk mengatasi kesenjangan kekuasaan yang inheren dalam pekerjaan-pekerjaan dan kemauan untuk menggunakan kekuasaan itu secara bertanggung jawab untuk memimpin sejumlah bawahan, atasan, rekan kerja, dan orang luar menuju tercapainya sasaran yang berarti, namun kekuatan itu sering disalah gunakan dalam penerapannya sehingga lebih mengarah kepada kebutuhan kepentingan pribadi (personal) dan sering mendiskreditkan orang lain yang dianggap sebagai penghambat dalam mengimplementasi manajemen itu sendiri, akhirnya hal tersebut sering menimbulkan konflik baru dalam berorganisasi

    ReplyDelete
  10. 3. Identifikasi, penyebab konflik yang ada.
    Penyebab sesungguhnya ketika lingkungan bisnis keluarga cenderung menghasilkan konflik yang bersifat merusak tatanan organisasi adalah hubungan timbal balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal sosial, serta sistem lama terbukti sudah kropos, tak berfungsi. Karena itu, kekuasaan mesti digeser dari kelas kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi. Dengan kata lain, pembagian kue yang fair dari pemilik agar organisasi bergerak ke kondisi sosial ekonomis yang lebih baik.

    4. Analisis pemecahan konflik yang ada.
    Esensi mengelola kekuasaan bisnis keluarga adalah policy bukan aset. Gampangnya logika kekuasaan bukan keadaan yang hanya diukur dengan pasar, namun lebih kepada:
    1. pentingnya sistem kepercayaan yang bersifat empiris, simbol-simbol yang ekspresif serta nilai-nilai untuk menguraikan situasi di mana tindakan-tindakan organisasi berlangsung; dan mengelola kekuasaan itu menjadi sesuatu yang mampu mengarahkan nilai benar atau salah secara mendasar;
    2. pentingnya menggeser konsep kepemilikan ke distribusi pendapatan sehingga mengubah perjuangan kelas menjadi konflik kelas lewat birokratisasi, melalui pendekatan penempatan tenaga – tenaga ahli sesuai dengan tingkat kompetensinya;
    5. Kaji dengan teoritis SWOT, Strategi Restrukturisasi berbasis teoritis konflik yang ada.
    Teori SWOT yang mengedepankan 4 pilar dalam pengelolaan organisasi dengan baik diantaranya :
    1. Strengh, yaitu kekuatan yang harus menjadi titik tolak dalam bergerak guna mengelola kaedah konflik itu sendiri.
    Sebagai orang yang mengendalikan manajemen dalam berorganisasi sudah barang tentu harus mengetahui lebih awal seberapa besar kekuatan yang dimiliki, sehingga dalam menjalankan roda organisasi akan dapat memperhitungkan akibat yang akan ditimbulkan dari kekuatan tersebut. Artinya nilai kekuatan itu sendiri akan tetap terukur dan dapat dikendalikan dengan baik guna mencapai tujuan yang ingin diharapkan.
    2. Weakness, yaitu bentuk kelemahan yang mesti harus sedini mungkin diketahui oleh seorang manajerial dalam menjalankan fungsinya, sehingga dari kelemahan itu akan dapat diukur seberapa besar kerugian yang akan ditimbulkan. Sehingga dalam menyimpulkan bahwa organisasi itu dapat bergerak dengan baik atau buruk sudah dapat diketahui atau diprediksi lebih awal.
    3. Opportunity, yaitu bentuk kesempatan yang dimiliki agar dimanfaatkan dengan baik guna melancarkan setiap tindakan yang telah diprogramkan, sehingga dalam mengukur kinerja orgnisasi tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada. artinya bahwa seorang dalam melaksanakan manajemennya tidak boleh mengesampingkan kesempatan yang muncul walaupun hanya memiliki nilai yang kecil, karena melalui kesempatan itu nilai yang besar akan dikawal oleh kesempatan yang nilainya kecil. Terlepas dari itu organisasi sudah semestinya menjadikan setiap kesempatan sebagai peluang untuk merubah dirinya kea rah yang lebih baik dan lebih menguntungkan.
    4. Threat, yaitu dalam menjalankan roda organisasi seorang pemimpin mestinya sudah bisa memprediksi setiap tindakan yang dilakukannya terhadap setiap ancaman yang ditimbulkan dari tindakan itu sendiri.
    Sekecil apapun ancaman yang ada, selaku pemimpin organisasi semestinya tidak mengabaikan begitu saja, namun harus mempersiapkan sedini mungkin untuk menanggulangi ancaman itu. Bahwa seorang pemimpin harus bisa mengelola setiap ancaman untuk menjadikan arah organisasi lebih ke arah yang lebih baik
    Misalnya : ancaman mogok makan dari karyawan, tidak mesti karyawan itu harus dikeluarkan tetapi mestinya justru harus diberikan solusi dalam menyelesaikan masalah kenapa harus karyawan itu mogok, sehingga hasil akhir yang diharapkan adalah adanya perbaikan mutu kerja dari tindakan karyawan itu sendiri yang nantinya bisa mempengaruhi tingkat produktivitas kerja yang lebih maksimal.

    ReplyDelete
  11. Nama : Luh Sukaniti
    NIM : 13.01.1.1.126
    Kelas : Reguler Sore
    Jurusan : Manajemen
    Mata Kuliah : Manajemen Strategi
    Semester III

    Jawaban :
    Elemen dasar dari konfik organisasi disebabkan oleh :
    1. Hierarki kekuasaan fungsional yang menimbulkan pertengkaran birokrasi (human error).
    2. Hierarki kekuasaan business yang menimbulkan politik yang picik (instrument error).
    3. Hierarki kekuasaan corparate yang menimbulkan pertentangan kekuasaan yang merusak (media error).
    Peyebab konflik organisasi adalah hubungan timbal balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal social dan sistem lama terbukti sudah kropos, tidak berfungsi.
    Penyelesaian konflik tersebut adalah kekuasaan mesti digeser dari kelas kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi.
    Kajian teoritis SWOT dari konflik :
    Strength : Kekuasaan yang menggerakkan roda alat-alat produksi dengan
    maupun tanpa konflik kelas bukan perjuangan kelas
    Weakness : faktor-faktor yang memengaruhi kebijakan bisnis keluarga seperti komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang merusak.
    Opportunity : menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif serta
    membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi
    Threath : Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak
    organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan sehingga sering memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan.
    Strategi Restrukturisasi :
    Menggeser konsep kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi sehingga tercapai Corporate Good Governance (CGG).

    ReplyDelete
  12. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  13. Nama: Nyoman Kertiasih.
    NIM :11.01.1.1.947
    M kuliah: Sosiologi Ekonomi.
    Kelas : Reguler Sore/ Semester 6

    Kita sebagae mahluk ciptaan Tuhan tidak akan bisa lepas dri yang nama nya TAHTA,HARTA dan WANITA.,namun oleh sebab itu ke 3 hal tersebut sangat perlu di waspadai dan di kendalikan jangan sampae ke 3 hal tersebut mampu memperbudak kita melainkan kita harus dapat mengedalikan ke 3 hal tersebut dan jika hal tersebut dapat di kendalikan akan mampu mambawa manusi kepada tempat yang paling tinggi begitu pula sebalik nya jika hal tersebut ditak bisa di kendalikan akan membawa manusia pada tempat paling renda yakni kehancuran yang sangat fatal karna ke 3 hal tersebut mampu membuat manusia kehilangan akal sehat nya rela mengorbankan apa saja tanpa syarat .Seperti saat ini banyak orang yang di perbudak oleh tahtadan harta contoh nya perebutan kursi kekuasaan dunia politik pada pemilihan Anggota Dewan diman a para CALEG nya demi memperebutkan tahta dan harta yag nantinya di peroleh dari tahta tersebut rela mengorban kan segala yang mereka miliki demi mampu memperoleh tahta yang diinginkan tanpa terlebih dahulu mempertimbangkan konsekuensi nya nanti ,mereka di perbudak oleh keinginan yang tak terkenadali yang segera membawa mereka pada kehancuran karna mempertaruhkan segalanya demi tahta dan saat mereka gagal memperebutkan tahta yang mereka inginkan tidak hanya membawa kerugian materi tetapi juga kerugian moril yang samape maembawa dampak kejiwaan bagi merak yang gagal.Dan khususus untuk kaum pria wanita merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan ataupun kehancuran seorang pria jika hal tersebut mampu di kendalikan oleh seorang pria maka akan mampu membawa kesuksesan bagi para pria begitu pula sebalik nya jika hal tersebut mampu memperbudak seorang pria maka kehancuran akan segera menghampiri karna demi seorang wanita seorang pria mampu mengorbankan apa saja baik harta maupun tahta nya dan perlu di ingat "dibalik kesuksesan ataupun kegagalan seorang pria selalu ada seorang wanita yang berperan di belakang nya".oleh karan itu baik harta,tahta maupun wanita mampu membawa kesuksesan ataupun kehancuran bagi umat manusia jika tidak dapat di sikapi secara bijaksana.

    ReplyDelete
  14. Nama : Kadek Budiarsana
    NIM : 13.01.1.1.156
    Jrsn/Smster : Manajemen/III
    Kelas : Reguler Sore
    Mata Kuliah : Manajemen Strategi

    Jawaban menurut saya :
    Elemen dasar dari konflik organisasi adalah :
    1. Human Error
    Penyebab konflik yang sering terjadi pada Low Level. Secara umum human error ini terjadi dalam bentuk pertengkaran birokrasi pada suatu Organisasi tersebut.
    2. Instrument Error
    Konflik yang terjadi pada tingkatan Medium lavel dari suatu Organisasi
    3. Media Error
    Penyebab Konflik yang berada pada tingkat High Level. Pertentangan Kekuasaan biasanya melalui media cetak ataupun media lainnya ( Perang Media ) dimana nantinya dapat merusak organisasi tersebut.

    Penyebab konflik yang ada:
    Adanya Hubungan timbal balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal sosial, dan sistem lama yang sudah kropos dan tidak berfungsi lagi

    Analisis pemecahan konflik yang ada:
    1. Pembagian kue yang fair dari pemilik agar organisasi bergerak ke kondisi sosial ekonomis yang lebih baik.
    2. Komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal.

    SWOT, Strategi Restrukturisasi berbasis teoritis konflik yang ada.
    1. Strenghts ( Kekuatan )
    Kekuasaan kepemilikan yang dominan dapat menggerakkan roda alat-alat produksi dengan maupun tanpa konflik kelas bukan perjuangan kelas.

    2. Weakness ( Kelemahan )
    Komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error, sering kali dapat memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang dapat merusak suatu organisasi.

    3. Opportunity ( Peluang )
    Transformasi kekuasaan bisnis keluarga dari kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi dapat menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi.

    4. Threats ( Ancaman )
    Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan sehingga sering memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan.


    Strategi Restrukturisasi dilakukan dengan :
    Menggeser konsep kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi untuk mewujudkan clean governance lewat kertas kerja bukan ruang suka dan tidak suka dan menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi

    ReplyDelete
  15. Nama:Ketut murni asih
    Nim :11.01.11.951

    Harta,tahta,wanita justru adadalah ukuran keutuhan keberasilan seorang pria.seirang pria yg berhasil,harus berhasil berharta,bertahta,dan berwanita.yang menjadikan nyagagal adalahbukan harta,tahta,wanita.tetapi menjadikan nya gagal adalah sikap yang salah.karena sikap yang salah adalah pembatal keberhasilan apapun.
    Sikap yang salah bukan hanya mengkerdilkan kehidupan.tetapi menjatuhkan orang besar di sekitar kita.
    Saat ini akan di bhas bagaimanamenyikapi harta,tahtadan wanitadari sudut pandang yang benar.yang tidak mmbuat kita ragu untuk mencapai cara" kehidupan yang mulia.
    Harta...harta harus mmbaikan banyak orang sudah mminta harta.tetapi belumberjani bahwa harta yang dia memilikinya itu akan membuat drinya baik.banyak orang meminta uang yang banyak tanpa berjanji bahwa uang banyak itu akan mmbuat pribadinya mulia.

    Tahta....ada tiga tugas utama dari tahta (menyehjahtrakan membahagiakamencermelangkan).salah orang kalau ia bertahta tetapi tidak menyehjahtrakan .membahagiakan dan mencermelangkan orang lain.

    Wanita....yang mulia.mengapa dia mulia.?...karena pria nya memuliakan nya.

    Jadi ukuran keberhasilan seorang pria adalah dia berharta yang membuat dirinya baik.bukan jadi sombong.kemudian apabila dia bertahta tujuanya bukan untuk memperkaya diri dan kelompok tetapi untuk menyehjahtrakan.membahagiakan dan mencermelangkanorang lain.dan apabila dia didapingiseorang wanita.dia akn memuliakan nya sehingga wanita itu akan memuliakannya kembali.

    ReplyDelete
  16. Nama : Ni Nyoman Yuni Swastini
    Nim : 11.01.1.1.927
    makul : Sosiologi Ekonomi / reg sore semester 6

    manusia dari dahulu hingga sekarang tidak pernah lepas dari yang namanya Tahta, Harta dan Wanita yang sering juga disebut 3 "Ta", manusia rela berbuat apapun demi mendapatkan hal tersebut, karena kebanyakan manusia diperbudak oleh 3 hal tersebut. sebagai contohnya pada jaman sekarang banyak politik yang berlomba-lomba mencari kursi kekuasaan demi mendapatkan hal tersebut mereka rela mengeluarkan banyak uang agar bisa menduduki salah satu kursi tersebut dan mereka rela mengumbar janji kepada masyarakat agar mereka bisa terpilih menjadi salah satu anggota DPR ato pejabat lainnya, tapi tidak semua hal itu berhasil karena banyak caleg yang tidak menjadi anggota DPR mereka akan stres bahkan ada yang bunuh diri, hal ini disebabkan akan manusia diperbudak oleh tahta yang mereka inginkan. tetapi bagi mereka yang berhasil mereka pun akan menjadi lebih dekat dengan yang namanya harta serta wanita, demi wanita simpanan yang mereka miliki kadang mereka rela korupsi agar apa yang mereka inginkan tercapai.
    maka dari itu sebaiknya kita bisa mengendalikan diri dari 3 hal tersebut agar tidak sampai terjerumus kedalamnya.

    ReplyDelete
  17. Nama :KADEK WIDIASIH
    NIM :11.01.1.1.934
    M. Kuliah :sosiologi Ekonomi /reg sore semester 6

    Harta, Tahta dan wanita memang tidak pernah luput dari kehidupan manusia. dimana ketika seseorang belum menduduki tahta dan memiliki harta mereka akan bertindak yang sewajarnya saja. akan tetapi ketika seseorang telah menduduki tahta dan memiliki harta maka semua itu akan berubah secara drastis. mereka akan lupha akan tanggung jawab yang mereka emban dan segala sesuatu yang seharusnya mereka lakukan tidak sesuai dengan apa yang mereka ucapkan. selain itu tahta dan harta akan membuat orang lupa akan diri mereka dan kewajiban mereka sebagai pemimpin sehingga akan membuat mereka gelap mata dan melakukan hal-hal yang tidak seharusnya mereka lakukan seperti pergi ke diskotik, ke club dan ketempat wanita-wanita penghibur. semua hal tersebut akan membuat mereka lupa akan segalanya. akan tetapi mereka lupa akan keberadaan tahta dan harta yang tidak pernah kekal adanya karena semua itu akan hilang sewaktu-waktu tanpa kita sadari dan tanpa diduga. hendaknya semua tanggung jawab yang telah diperoleh harus dijalankan dengan sebenar-benarnya agar tidak menimbulkan penyesalan dikemudian hari ketika semua itu trelah benar-benar hilang.

    ReplyDelete
  18. Nama: Gede agus arya wijaya
    Nim: 11.01.11.952
    M.kul: Sosiologi M

    Seperti biasa,jatuhnya kehormatan manusia yang mengklaim diri sebagai mahluk paling mulia justru tidak jauh dari kasus yang mencangkup 3 hal:Harta.tahta.wanita.kemuliaan manusia bukan di ukur karna punya akal budi.tetap saja ukuran kemuliaan adalah perbuatan kta sendiri.terutama perbuatan kepada sesama.akal budi dapat membawa manusia kepada kemuliaan hidup di dunia maupun di kelak setelah ajal yakni: harta,tahta,wanita. Semua itu bagaikan anugrah "permata" dunia,namun bila kita tidak hati" serta eling dan waspada akan menjadi salah kelola dan berubah menjadi malapetaka bagi kehidupan manusia.ketiganya dapat menjadi anugrah madune jagad,dengan syarat apabila kita mampu mengelola dengan sebaik baiknya.sebaliknya bila gagal mengelola dengan baik dan cara yang tepat akan menjadi malapetaka paling dahsyat di muka bumi.

    ReplyDelete
  19. Nama : Gede Yuliana Ariawan
    Nim : 11.01.1.1.926
    sebagai seoraang lelaki ataupun peminpin hendaknya tidak pernah luput dengan yang namanya Harta, Tahta, dan Wanita karena ketiga tersebut bisa membuat lelaki akan menjadi buta diri dan akan timbul suatu keegoisan terhadap seseorang itu sendiri
    misalnya dengan harta seseorang bisa melakukan apa seja demi mendapatkan suatu harta atau kekayaan yang ia inginkan.
    misalnya Tahta dengan mendapatkan suatu harta munculnya suatu ego yang berhambisi ingin menduduki tahta dengan kekuatan harta yang dimiliki.
    Misal Wanita dengan harta dan tahta yang dikwasai maka wanita akan mudah di kwasai oleh seseorang tersebut akan tetapi semua itu bisa membuat orang itu hancur dan bisa membutakan diri terhadap ada yang disamping misal keluarga, sahabat, teman dan yang lainnya.

    ReplyDelete
  20. Nama : Putu Eka Noviantara
    Nim : 11.01.1.1.931

    Pada dekade terakhir ini ditengah-tengah modernisme yang melaju begitu cepat, pergeseran paradigma berpikir masyarakat pun terus bergerak progresif, masyarakat berevolusi dari pola berpikir yang berdasarkan dogma, mitos dan takhayul beralih menjadi semakin masyarakat yang rasional dan fungsional. Hal ini dapat dilihat dari keteraturan spesikasi pekerjaan dalam struktur social dan orientasi hidup yang lebih materialistis.
    Harta, Tahta dan Wanita. Ketiga hal itu mampu membuat manusia mempertaruhkan apa saja, termasuk dirinya sendiri.
    Segalanya akan mencapai batas akhir. Pengalaman sejarah kehidupan memberikan pelajaran yang sangat berharga. Bagi mereka yang bisa memahami dan mengerti tentang kehidupan. Banyak pelajaran yang sangat berharga, dan memberikan manfaat yang tidak ada bandingnya. Tiap orang berbeda daya tahannya terhadap ketiga godaan itu. Ada yang tahan terhadap godaan wanita, tetapi tidak tahan terhadap tahta dan harta. Yang paling banyak adalah mereka yang tidak tahan terhadap godaan harta. Hasrat untuk meraih tahta pasti tidak lepas dari mengejar harta. Lalu berkembang menjadi siklus dengan mengejar kekuasaan yang lebih besar untuk mendapatkan harta yang lebih besar lagi, dan seterusnya.

    ReplyDelete
  21. UTS MANAJEMEN STRATEGI
    Nama : I Gede Agus Sudiartawan
    Nim. : 13.01.1.1.160
    Semester : III Reg. Sore Kelas : Manajemen

    2. Elemen dasar dari konflik organisasi yang ada adalah
    - Human Error, Pertengkaran Birokrasi merupakan elemen dasar dari konflik ada tingkat paling bawah
    - Instrument Error, Politik yang Picik merupakan konflik yang terjadi pada tingkat menengah
    - Media Error, Perselisihan kekuasaan yang merupakan konflik pada tingkat paling atas pada organisasi.
    Ketiganya merupakan bagian penting dari tata kelola kekuasaan yang dihadapkan dengan semakin rumitnya lingkungan sosial.
    3. Kekuasaan dan pengaruh modal sosial serta adanya perbedaan pandangan yang memengaruhi kebijakan bisnis keluarga seperti komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang merusak.
    4. analisis awot
    kekuatan peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan bukan mandeg dan menjadi tanggung jawab profesional.
    bisnis keluarga seperti komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang merusak.Kelemahan faktor-faktor yang memengaruhi kebijakan
    Peluang: Transformasi kekuasaan bisnis keluarga dari kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi dapat menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi. –
    Ancaman: yaitu dalam menjalankan roda organisasi seorang pemimpin mestinya sudah bisa memprediksi setiap tindakan yang dilakukannya terhadap setiap ancaman yang ditimbulkan dari tindakan itu sendiri.
    Sekecil apapun ancaman yang ada, selaku pemimpin organisasi semestinya tidak mengabaikan begitu saja, namun harus mempersiapkan sedini mungkin untuk menanggulangi ancaman itu. Bahwa seorang pemimpin harus bisa mengelola setiap ancaman untuk menjadikan arah organisasi lebih ke arah yang lebih baik

    ReplyDelete
  22. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  23. UTS MANAJEMEN STRATEGI
    Nama : Nyoman Ratnawati
    Nim : 14.01.1.088

    1. Elemen dasar dari konflik organisasi yang ada adalah :
    a. Human Error (konflik fungsional) konflik yang terjadi pada level terbawah atau staf, pada konflik ini terjadi pertengkaran birokrasi dan mencari kambing hitam;
    b. Instrumen Error (konflik business) konflik yang terjadi pada level menengah atau manajer, ditandai dengan adanya politik yang picik;
    c. Media Error (konflik corporate) konflik yang terjadi pada level paling atas, ditandai dengan adanya perselisihan kekuasaan yang merusak.
    2. Penyebab konflik adalah :
    a. Hubungan timbal balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal sosial (baca: komunikasi, sumber daya, disposisi atau sikap, struktur birokrasi atau organisasi, kontens kebijakan, dan konteks kekuasaan serta sistem lama terbukti sudah kropos, tak berfungsi. Karena itu, kekuasaan mesti digeser dari kelas kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi;
    b. Sejumlah kecenderungan ekonomi dan sosial yang sangat mendasar selama beberapa dekade terakhir telah berdampak kumulatif meningkatkan kerumitan lingkungan sosial menuntut kepemimpinan yang kuat.
    3. Analisis pemecahan konflik :
    a. Mula-mula kekuasaan bisnis keluarga bertujuan formal, yakni merubah struktur organisasi, mencari akses ke lembaga-lembaga tertentu, membuat peraturan, dan akhirnya membentuk penguatan-penguatan baru yang sudah pasti bertujuan melanggengkan kekuasaan. Karena itu, selama proses kekuasaan bisnis keluarga berlangsung masalah moral, norma, etika serta perilaku terasa semakin penting;
    b. Pentingnya sistem kepercayaan yang bersifat empiris, simbol-simbol yang ekspresif serta nilai-nilai untuk menguraikan situasi di mana tindakan-tindakan organisasi berlangsung;
    c. Pentingnya menggeser konsep kepemilikan ke distribusi pendapatan sehingga mengubah perjuangan kelas menjadi konflik kelas lewat birokratisasi;
    d. Konflik tidak bisa dibiarkan terjadi begitu saja namun harus diarahkan secara benar oleh pihak manajemen di perusahaan keluarga. Pada beberapa keadaan, manajemen justru perlu menumbuhkan konflik dalam perusahaan keluarga. Para manajer di perusahaan keluarga harus mampu melihat konflik sebagai kondisi alamiah dan sebagai sesuatu yang harus dikendalikan guna mencapai perubahan yang diinginkan dalam suatu badan usaha. Kemampuan mengelola konflik secara positif mungkin merupakan kekuatan tersembunyi yang amat penting bagi bisnis keluarga yang mampu membawa perusahaan untuk berkompetisi secara global.

    4. Teoritis SWOT
    Strengths (Kekuatan) : mereka yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menjalankan alat-alat produksi baru . Meningkatkan inisiatif, inovasi, semangat kerja dan kesempurnaan kekuasaan bisnis keluarga dengan menggunakan metode studi pustaka.
    Weaknesses (Kelemahan) : terdapatnya kekurangan pada kondisi internal organisasi, akibatnya hubungan timbal balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal sosial (baca: komunikasi, sumber daya, disposisi atau sikap, struktur birokrasi atau organisasi, kontens kebijakan, dan konteks kekuasaan, serta sistem lama terbukti sudah kropos, tak berfungsi.
    Opportunities (Peluang) : peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan bukan mandeg dan menjadi tanggung jawab profesional.
    Threats (Ancaman) : faktor lingkungan luar yang mampu menghambat pergerakan organisasi, misalnya Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan yang merusak.

    ReplyDelete
  24. UTS MANAJEMEN STRATEGI
    Nama : Nyoman Ratnawati
    Nim : 14.01.1.088

    Strategi Restrukturisasi
    a. transformasi kekuasaan ke birokratisasi yang memadai dan kompatibel masih diduga dan mungkin (baca: perlu diteliti lebih lanjut) bisa menyelesaikan pertentangan organisasi dan keluar dari proses pembusukan birokrasi, politik dan kekuasaan;
    b. Karenanya peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi ke wadah kekuasaan yang lain (baca: distribusi pendapatan lewat birokratisasi), sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan bukan mandeg dan menjadi tanggung jawab profesional;
    c. menggeser konsep kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi.

    ReplyDelete
  25. Nama: Luh Putu Diah Septiari
    Kelas: Reguler sore (ampulen)
    NIM: 14.01.1.107
    Mata Ujian: Manajemen strategi
    Jurusan: S1 Manajemen
    Elemen dasar dari konflik organisasi yang ada yakni kesenjangan modal sosial yang terdiri dari komunikasi, sumber daya, disposisi atau sikap, struktur birokrasi atau organisasi, kontens kebijakan, dan konteks kekuasaan.
    Penyebab terjadinya konflik ini sesungguhya ketika lingkungan bisnis keluarga cenderung menghasilkan konflik yang bersifat merusak tatanan organisasi adalah hubungan timbal balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal sosial. Pada awalnya kekuasaan bisnis keluarga bertujuan formal, namun pada akhirnya membentuk penguatan – penguatan baru yang sudah pasti bertujuan melanggengkan kekuasaan.
    Pemecahan dari konflik ini yaitu dengan mentransformasi peran kekuasaan kepemilikan yang dominan ke wadah kekuasaan yang lain (distribusi pendapatan lewat birokratisasi), sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan dan menjadi tanggung jawab profesional. Tata kelola error, instrument error maupun media error merupakan bagian penting dari tata kelola kekuasaan yang dihadapkan dengan semakin rumitnya lingkungan sosial. Oleh karena itu, transformasi kekuasaan ke birokratisasi yang memadai dan kompatibel masih diduga dan mungkin bisa menyelesaikan pertentangan organisasi dan keluar dari proses pembusukan birokratisasi, politik dan kekuasaan.
    Apabila dikaji dengan analisa SWOT, bisnis keluarga memiliki kekuatan yang terletak pada organisasi keluarga (hierarki kekuasaan) dimana di dalamnya memerlukan bantuan modal sosial dari bawahan, teman sejawat, atasan maupun orang luar. Yang menjadi kelemahan disini adalah bahwa kekuasaan dan pengaruh dari modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan yang merusak. Proses restrukturisasi berbasis teoritis menciptakan peluang untuk membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi. Dimana nantinya diharapkan dengan adanya penggeseran konsep kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi yang merupakan salah satu dari beberapa konsep CGG Corporate Good Governance mampu menyelesaikan konflik yang timbul dari sistem sebelumnya.

    ReplyDelete
  26. UTS MANAJEMEN STRATEGI
    NAMA : I PUTU ARTAJAYA
    NIM : 13.01.1.1.196
    KELAS : EKSEKUTIF
    SEMESTER : 3 (TIGA)

    2. Elemen dasar dari konflik organisasi yang ada adalah :
     Human Error, Pertengkaran Birokrasi merupakan elemen dasar dari konflik ada tingkat paling bawah,
     Instrument Error, Politik yang Picik merupakan konflik yang terjadi pada tingkat menengah, dan
     Media Error, Perselisihan kekuasaan yang merupakan konflik pada tingkat paling atas pada organisasi.
    Ketiganya merupakan bagian penting dari tata kelola kekuasaan yang dihadapkan dengan semakin rumitnya lingkungan sosial.
    3. Penyebab konflik yang ditemukan adalah :
    Kekuasaan dan pengaruh modal sosial serta adanya perbedaan pandangan yang memengaruhi kebijakan bisnis keluarga seperti komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang merusak.

    4. Analisis pemecahan konflik yang ada :

     Pelaksanaan dan tanggung jawab sosial dalam menggeser kepemilikan ke distribusi pendapatan lewat birokratisasi
     Birokratisasi bukan bermaksud merampas kekuasaan pemilik, namun ingin menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi

    5. Pengkajian dengan Teoritis SWOT dan Strategi Restrukturisasi dilakukan dengan :
    1. Strenghts ( Kekuatan ) : Kekuasaan kepemilikan yang dominan dapat menggerakkan roda alat-alat produksi dengan maupun tanpa konflik kelas bukan perjuangan kelas.
    2. Weakness ( Kelemahan ) : Komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error, sering kali dapat memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang dapat merusak suatu organisasi.
    3. Opportunity ( Peluang ) : Transformasi kekuasaan bisnis keluarga dari kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi dapat menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi.
    4. Threats ( Ancaman ) : Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan sehingga sering memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan.

    Strategi Restrukturisasi dilakukan dengan :
     Menggeser konsep kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi merupakan satu dari beberapa konsep Corporate Good Governance (CGG). Mengapa? Karena capaian CGG adalah clean governance lewat kertas kerja bukan ruang suka dan tidak suka.
     Karenanya peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan bukan mandeg dan menjadi tanggung jawab professional.

    ReplyDelete
  27. Pada setiap diri manusia terdapat hierarki dari tiga kebutuhan, yaitu kebutuhan akan kekuasaan, kebutuhan akan material, dan kebutuhan akan seks. Ketiga hal tersebut didentikkan dengan kebutuhan akan tahta, harta, dan wanita. Di era demokratisasi yang terdapat tiga model ini, tahta, harta dan wanita merupakan kebutuhan manusia yang tidak dapat ditinggalkan. Demi mendapatkan ketiga hal tersebut akan dilakukan berbagai cara, sehingga muncullah tiga model tersebut. Misalnya pada power elite model terdapat pemahaman bahwa yang terkuatlah yang berkuasa, atau yang paling kaya yang memegang kendali, yang berkuasa dan ber-uang banyak yang mampu memiliki wanita/pria yang dikehendaki, dan sebagainya. Hal ini dapat dikatakan sebagai hukum rimba.
    Tetapi saat ini kebutuhan akan 3 hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar mengingat manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan orang lain dalam hidupnya, sehingga kini ketiga hal tersebut dapat menghubungkan manusia satu dengan yang lainnya. Tidak ada yang salah dengan kebutuhan akan kekuasaan, materiil dan seks, selama kebutuhan itu dipenuhi dengan cara yang wajar serta persaingan yang sehat, baik itu dalam kehidupan dengan power-elite model, hidup dalam kemajemukan serta dalam dunia politik ekonomi.

    Wayan Sinarwati
    11.01.1.1.942 (sosiologi ekonomi)

    ReplyDelete
  28. NAMA : NI KADEK AYU WAHYUNI
    NIM : 13.01.1.1.137
    KELAS/SMSTR : REG.SORE./3
    JURUSAN : MANAJEMEN
    MATERI : MANAJEMEN STRATEGI

    2. Elemen-elemen dasar dari konflik yaitu :
     Human Error.Penyebab konflik yang sering terjadi pada Low Level. Secara umum human error ini terjadi dalam bentuk pertengkaran birokrasi pada suatu Organisasi tersebut.
     Instrument Error.Konflik yang terjadi pada tingkatan Medium lavel dari suatu Organisasi
     Media Error.Penyebab Konflik yang berada pada tingkat High Level. Pertentangan Kekuasaan biasanya melalui media cetak ataupun media lainnya ( Perang Media ) dimana nantinya dapat merusak organisasi tersebut.
    3. Penyebab konflik biasanya timbul karena adanya kenyataan berbeda bagi mereka tentang pembagian sumberdaya yang terbatas, status, tujuan, nilai atau persepsi dan kegiatan – kegiatan. Konflik biasanya timbul karena tiga masalah yaitu: masalah komunikasi, hubungan pribadi, struktur organisasi. Suatu konflik muncul dalam sebuah organisasi, penyebabnya selalu diidentifikasikan sebagai komunikasi yang kurang baik. Disinilah manajer dituntut untuk memenuhi sisi lain dari ketrampilan interpersonalnya, yaitu kemampuan untuk menangani dan menyelesaikan konflik
    4. Pemecahan konflik yang ada yaitu ada tiga metode pemecahan konflik yang sering digunakan, yaitu dominasi atau penekanan, kompromi, dan pemecahan masalah integratif.Dominasi atau penekanan. Dominasi atau penekanan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: Kekerasan (forcing) yang bersifat penekanan otokratik, penenangan (smoothing), merupakan cara yang lebih diplomatis,penghindaran (avoidance) dimana manajer menghindar untuk mengambil posisi yang tegas, aturan mayoritas (majority rule), mencoba untuk menyelesaikan konflik antar kelompok dengan melakukan pemungutan suara (voting) melalui prosedur yang adil.

    5. SWOT, Strategi Restrukturisasi berbasis teoritis konflik yang ada.
    1. Strenghts ( Kekuatan ).Kekuasaan kepemilikan yang dominan dapat menggerakkan roda alat-alat produksi dengan maupun tanpa konflik kelas bukan perjuangan kelas.

    2. Weakness ( Kelemahan ).Komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error, sering kali dapat memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang dapat merusak suatu organisasi.

    3. Opportunity ( Peluang ).Transformasi kekuasaan bisnis keluarga dari kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi dapat menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi.

    4. Threats ( Ancaman ).Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan sehingga sering memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan.
    Strategi Restrukturisasi dilakukan dengan :
    Menggeser konsep Kekuasaan Bisnis Keluarga dari kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi untuk mewujudkan Corporate Good Governance (CGG) . Serta dengan mentranformasikannya ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan dengan baik dan menjadi tanggung jawab professional

    ReplyDelete
  29. NAMA : GUSTI KETUT RINA ADNYANI
    NIM : 13.01.1.1.144
    JURUSAN : MANAJEMEN
    KELAS: REGULER SORE / SEMESTER 3
    HASIL ANALISIS:
    Elemen dasar dari konflik organisasi yang ada adalah
    - Human Error, Pertengkaran Birokrasi merupakan elemen dasar dari konflik ada tingkat paling bawah
    - Instrument Error, Politik yang Picik merupakan konflik yang terjadi pada tingkat menengah
    - Media Error, Perselisihan kekuasaan yang merupakan konflik pada tingkat paling atas pada organisasi.
    Ketiganya merupakan bagian penting dari tata kelola kekuasaan yang dihadapkan dengan semakin rumitnya lingkungan sosial.

    Kajian teoritis SWOT dari konflik :
    - Kekuatan peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan bukan mandeg dan menjadi tanggung jawab profesional.
    Kelemahan (Weakness ): faktor-faktor yang memengaruhi kebijakan bisnis keluarga seperti komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang merusak.- Kelemahan faktor-faktor yang memengaruhi kebijakan
    - Peluang, Transformasi kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi bukan bermaksud merampas kekuasaan pemilik, namun ingin menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi,
    - Ancaman Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan yang dapat merusak.

    Strategi Restrukturisasi dilakukan dengan :
    - Menggeser konsep kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi merupakan satu dari beberapa konsep Corporate Good Governance (CGG).
    - Karenanya peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan bukan mandeg dan menjadi tanggung jawab professional
    - Transformasi kepemilikan ke birokratisasi merupakan sarana penilai sekaligus sarana penghukum yang kompatibel yang bersifat professional

    ReplyDelete
  30. NAMA : KADEK SUSANTI
    NIM : 13.01.1.1.132
    JURUSAN:MANAJEMEN
    KELAS : REGULER SORE/SEMESTER 3

    HASIL ANALISIS:
    Elemen dasar dari konflik organisasi yang ada
    a.Terdapatnya dua atau lebih unit-unit atau bagian-bagian yang terlibat di dalam konflik.
    b. Unit-unit tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan-
    kebutuhan, tujuan-tujuan, masalah-masalah, nilai-nilai, sikap-sikap, maupun gagasan-
    gagsan.
    c.Terdapatnya interaksi di antara bagian-bagian yang mempunyai perbedaan-perbedaan
    tersebut.

    Penyebab konflik :
    Kekuasaan dan pengaruh modal sosial serta adanya perbedaan pandangan yang memengaruhi kebijakan bisnis keluarga seperti komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang merusak.

    Kajian teoritis SWOT dari konflik :
    Strength : Kekuasaan yang menggerakkan roda alat-alat produksi dengan
    maupun tanpa konflik kelas bukan perjuangan kelas
    Weakness : faktor-faktor yang memengaruhi kebijakan bisnis keluarga seperti komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang merusak.
    Opportunity : menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif serta
    membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi
    Threath : Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak
    organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan sehingga sering memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan.

    Strategi Restrukturisasi :
    Menggeser konsep kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi sehingga tercapai Corporate Good Governance (CGG).

    ReplyDelete
  31. NAMA : MADE WIDIASIH
    NIM : 13.01.1.1.152
    JURUSAN :MANAJEMEN
    KELAS : REGULER SORE/SEMESTER 3

    HASIL ANALIS:

    Elemen dasar dari konflik organisasi yang ada:
    - Terdapatnya dua atau lebih unit-unit atau bagian-bagian yang terlibat di dalam konflik.
    - Unit-unit tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan-
    kebutuhan, tujuan-tujuan, masalah-masalah, nilai-nilai, sikap-sikap, maupun gagasan-
    gagsan.
    -Terdapatnya interaksi di antara bagian-bagian yang mempunyai perbedaan-perbedaan
    tersebut.

    Penyebab konflik yang ditemukan
    Kekuasaan dan pengaruh modal sosial serta adanya perbedaan pandangan yang memengaruhi kebijakan bisnis keluarga seperti komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang merusak.

    Kajian dengan teoritis SWOT:

    - Kekuatan peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan bukan mandeg dan menjadi tanggung jawab profesional.
    Weakness : faktor-faktor yang memengaruhi kebijakan bisnis keluarga seperti komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang merusak.- Kelemahan faktor-faktor yang memengaruhi kebijakan
    - Peluang, Transformasi kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi bukan bermaksud merampas kekuasaan pemilik, namun ingin menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi,
    - Ancaman Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan yang dapat merusak.

    Strategi Restrukturisasi :
    Menggeser konsep kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi sehingga tercapai Corporate Good Governance (CGG).

    ReplyDelete
  32. UTS Manajemen Strategi

    Nama : Gede Agus Ariyasa
    NIM : 13.01.1.1.185
    Kelas : Eksekutif
    Jurusan : Manajemen
    Semester : 3

     Elemen dasar dari konflik organisasi antara lain :
    a. Human Error (konflik fungsional), konflik yang terjadi pada level terbawah atau staf (bawahan), pada konflik ini terjadi pertengkaran birokrasi dan selalu mencari kambing hitam.
    b. Instrumen Error (konflik business), konflik yang terjadi pada level menengah atau manajer, ditandai dengan adanya politik yang picik.
    c. Media Error (konflik corporate), konflik yang terjadi pada level paling atas atau presiden direktur (atasan), ditandai dengan adanya perselisihan kekuasaan yang bersifat merusak.

     Penyebab konflik organisasi antara lain :
    a. Hubungan timbal balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal sosial serta sistem lama yang terbukti sudah kropos dan tidak berfungsi. Karena itu, kekuasaan mesti digeser dari kelas kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi.
    b. Sejumlah kecenderungan ekonomi dan sosial yang sangat mendasar selama beberapa dekade terakhir telah berdampak kumulatif meningkatkan kerumitan lingkungan sosial yang berhubungan dengan sebagian besar pekerjaan manajerial, teknis dan professional, bahwa kerumitan ini berupa hubungan saling ketergantungan yang rumit di antara berbagai kelompok orang; bahwa peningkatan keragaman dan saling ketergantungan ini telah mengubah banyak pekerjaan hasil individual dan pekerjaan manajemen menjadi pekerjaan yang menuntut kepemimpinan yang kuat.

     Analisis pemecahan konflik organisasi antara lain :
    a. Merubah struktur organisasi, mencari akses ke lembaga-lembaga tertentu, membuat peraturan, dan akhirnya membentuk penguatan-penguatan baru yang sudah pasti bertujuan melanggengkan kekuasaan.
    b. Menempatkan tenaga-tenaga yang ahli yang sesuai dengan keahlian dan tingkat kompetensinya.
    c. Pembagian kue yang fair dari pemilik agar organisasi bergerak ke kondisi sosial ekonomis yang lebih baik
    d. Pentingnya sistem kepercayaan yang bersifat empiris, simbol-simbol yang ekspresif serta nilai-nilai untuk menguraikan situasi di mana tindakan-tindakan organisasi berlangsung.
    e. Pentingnya menggeser konsep kepemilikan ke distribusi pendapatan sehingga mengubah perjuangan kelas menjadi konflik kelas lewat birokratisasi.

     Analisis teoritis SWOT :
    a. Strength (Kekuatan) :
    Kekuasaan bisnis keluarga bukan sekadar soal peningkatan skala bisnis, namun lebih kepada policy yang mencakup optimalisasi produktivitas dan pembagian kerja atas kompleksitas alat-alat produksi, yang membutuhkan keahlian organisasi dan pengetahuan teknis yang lebih baik dan yang lebih bernilai tambah.
    b. Weaknesses (Kelemahan) :
    Faktor-faktor yang memengaruhi kebijakan bisnis keluarga seperti komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error , yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang merusak.
    c. Opportunities (Peluang) :
    Memahami bagaimana transformasi kekuasaan dari kelas kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi itu bekerja, sehingga diduga mampu meningkatkan inisiatif, inovasi, semangat kerja dan kesempurnaan kekuasaan bisnis keluarga dengan menggunakan metode studi pustaka.
    d. Threats (Ancaman) :
    Faktor lingkungan luar yang mampu menghambat pergerakan organisasi, misalnya Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan yang merusak.

     Strategi Restrukturisasi :
    - Transformasi kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi bukan bermaksud merampas kekuasaan pemilik, namun ingin menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lanjutan :

      - Menggeser konsep kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi merupakan satu dari beberapa konsep Corporate Good Governance (CGG). Karena capaian CGG adalah clean governance lewat kertas kerja bukan ruang suka dan tidak suka.
      - peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan bukan mandeg dan menjadi tanggung jawab profesional.

      Delete
  33. UTS MANAJEMEN STRATEGI
    NAMA : KARNILA YOGININGSIH
    NIM : 13.01.1.1.194
    KELAS : EKSEKUTIF
    SEMESTER : 3 (TIGA)

    I. Elemen dasar dari konflik organisasi yg ada!
    1.Kekurangan 2 sumber daya utama yaitu modal dan sumber daya manusia yg professional. Perusahaan yg mengalami masalah ini tidak hanya terjadi di saat awal berdirinya bisnis keluarga melainkan sepanjang masa bisnis ini berjalan. Atau dgn kata lain kesalahan dlm mengelola kekuasaan fungsional dan kekuasaan bussines dpt menimbulkan pertengkaran birokrasi (human error) dan menimbulkan politik yg picik (instrument error)

    2.Kegagalan untuk membendung perselisihan antar anggota keluarga. Konflik yg berkepanjangan antar anggota keluarga menyebabkan generasi berikutknya enggan untuk melanjutkan bisnis tersebut. Hal ini disebabkan karena pemilik bisnis tidak menyiapkan rencana jangka panjang untuk menentukan masa depan bisnis keluarga. Sehingga dpt disimpulkan bahwa Hierarki kekuasaan corparate yg menimbulkan pertentangan kekuasaan yg merusak (media error).

    II. Identifikasi, penyebab konflik yg ada!
    1.Modal dan tenaga kerja yg professional. Modal dan SDM yg baik adlh kunci utama berjalannya suatu bisnis.

    2.Penyalahgunaan Kekuasaan adlh penyebab terjerumusnya suatu bisnis ke lubang kehancuran.

    Melihat dari kedua penyebab tersebut dapat disimpulkan bahwa Penyebab sesungguhnya ketika lingkungan bisnis keluarga cenderung menghasilkan konflik yg bersifat merusak tatanan organisasi adlh tidak berjalannya hubungan timbal balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal sosial, serta sistem lama terbukti sudah kropos, tak berfungsi.

    III. Analisis pemecahan konflik yg ada!
    1.Masalah Modal dpt dipecahkan dgn cara bekerja sama dgn Bank untuk mendapatkan pinjaman agar bisnis tersebut dpt berkembang dan bersaing di dunia pasar.

    2.Masalah Tenaga kerja yg professional dgn cara melakukan seleksi yg ketat dalam perekrutan tenaga kerja sehingga mampu bekerja dgn maksimal. Serta.

    3.Masalah tentang perselisihan anggota keluarga pastilah erat kaitannya dgn kekuasaan/jabatan. Untuk menangani masalah ini pada intinya ada pada keluarga tersebut..

    Berdasarkan uraian tersebut maka pada intinya bisnis keluarga harus direformasi dari segi birokrasinya yaitu dengan kekuasaan mesti digeser dari kelas kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi dan Komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal.

    IV. Kaji dengan teoritis SWOT, Strategi Restrukturisasi berbasis teoritis konflik yg ada!
    A.Analisis SWOT
    1.Strength : Kekuasaan yg menggerakkan roda alat-alat produksi dgn
    maupun tanpa konflik kelas bukan perjuangan kelas

    2.Weakness : factor* yg memengaruhi kebijakan bisnis keluarga seperti komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error, yg kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yg picik serta pertentangan kekuasaan yg merusak.

    3.Opportunity : menciptakan hubungan kerja yg lancar dan responsif serta
    membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi

    4.Threath : Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak
    organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan sehingga sering memicu pertengkaran birokrasi, politik yg picik, dan pertentangan kekuasaan.

    B.Strategi Restrukturisasi :
    Reformasi Birokrasi dari konsep kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi untuk mewujudkan clean governance lewat kertas kerja bukan ruang suka dan tidak suka dan menciptakan hubungan kerja yg lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi.

    ReplyDelete
  34. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nama : KETUT SEKARTINI
      NIM : 13.01.1.1.164
      REGULER : SORE
      TUGAS UTS : MANAJEMEN STRATEGI
      2.Sebut dan jelaskan elemen dasar dari konflik organisasi yang ada ?
      Jawaban :
      • Human Error artinya Pertengkaran Birokrasi merupakan elemen dasar dari konflik ada tingkat paling bawah,
      • Instrument Error artinya Politik yang Picik merupakan konflik yang terjadi pada tingkat menengah,
      • Media Error artinya Perselisihan kekuasaan yang merupakan konflik pada tingkat paling atas pada organisasi
      Ketiga dasar tersebut dapat memicu konflik yang tajam karna untuk memenuhi keingianan, tujuan seseorang maupun organisasi.

      3.Identifikasi, penyebab konflik yang ada ?
      Jawaban :
      Kekuasaan dan pengaruh modal sosial serta adanya perbedaan pandangan yang memengaruhi kebijakan bisnis keluarga seperti komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang merusak.
      4. Analisis pemecahan konflik yang ada ?
      Jawaban :
      Transformasi kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi bukan bermaksud merampas kekuasaan pemilik, namun ingin menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi Oleh karena itu, transformasi kekuasaan ke birokratisasi yang memadai dan kompatibel masih diduga bisa menyelesaikan pertentangan organisasi dan keluar dari proses pembusukan birokrasi, politik dan kekuasaan.
      5.Kaji dengan teoritis SWOT, Strategi Restrukturisasi berbasis teoritis konflik yang ada ?.
      Jawaban :
      1.Kekuasaan kepemilikan yang dominan dapat menggerakkan roda alat-alat produksi dengan maupun tanpa konflik kelas bukan perjuangan kelas Kekuatan peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan bukan mandeg dan menjadi tanggung jawab profesional
      2. Kelemahan faktor-faktor yang memengaruhi kebijakan bisnis keluarga seperti Komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error, sering kali dapat memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang dapat merusak suatu organisasi.
      3. Transformasi kekuasaan bisnis keluarga dari kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi dapat menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi.
      4. Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan sehingga sering memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik dan pertentangan kekasaan
      Strategi Restrukturisasi di lakukan dengan :
      Menggeser konsep kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi merupakan satu dari beberapa konsep Corporate Good Governance (CGG).
      Karenanya peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan bukan mandeg dan menjadi tanggung jawab kita semua serta Transformasi kepemilikan ke birokratisasi merupakan sarana penilai sekaligus sarana penghukum yang kompatibel yang bersifat professional

      Delete
  35. UTS MANAJEMEN STRATEGI
    Nama : Putu Hendra Prasetia
    NIM : 13.01.1.1.257
    Kelas : Eksekutif

    2. Elemen dasar dari konflik organisasi yang ada adalah
    - Human Error, Pertengkaran Birokrasi merupakan elemen dasar dari konflik ada tingkat paling bawah terjadi antara staf di organisasi.
    - Instrument Error, Politik yang Picik merupakan konflik yang terjadi pada tingkat menengah biasanya mencari kambing hitam untuk disalahkan.
    - Media Error, Perselisihan kekuasaan yang merupakan konflik pada tingkat paling atas pada organisasi.

    3. Identifikasi penyebab konflik
    Konflik yang terjadi pada bisnis keluarga disebabkan karena kurangnya hubungan timbal balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal social dan sistem lama terbukti sudah kropos, tidak berfungsi lagi. Diperlukan ada penggantian sistem yaitu merubah dari kekuasaan kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi, sehingga terbentuk sebuah birokrasi dalam bisnis keluarga yang jelas.

    4. Analisi pemecahan konflik
    Merubah sistem lama ke sistem baru yaitu dari kememilikan ketangan distribusi pendapatan lewat distribusi utuk membetuk birolrasi dalam oganisasi yang jelas, selain itu pemecahan konflik dalam bisnis keluarga juga dilakukan dengan cara menyibukan anggota keluarga yang terlibat bisnis dengan tanggung jawab yang berbeda, menunjuk salah satu anggota keluarga sebagai penengah yang dipercaya, membuat kesepakatan tertulis, dan melakukan pertemuan rutin antara anggota keluarga yang terlibat dalam bisnis.

    5. Analisis Swot
    -Kekuatan
    Kekuasaan yang menggerakkan roda alat-alat produksi dengan maupun tanpa konflik kelas bukan perjuangan kelas
    -Kelemahan
    Faktor yang mempengaruhi kebijakan bisnis keluarga seperti komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang merusak.
    -Peluang
    Transformasi kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi bukan bermaksud merampas kekuasaan pemilik, namun ingin menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi,
    -ancaman
    Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan yang dapat merusak.

    Strategi Restrukturisasi :
    Menggeser konsep kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi sehingga tercapai Corporate Good Governance (CGG).

    ReplyDelete
  36. UTS Manajemen Strategi
    Nama : I Ketut Resmiasa
    NIM : 13.01.1.1.190
    Jurusan/smter : Manajemen Eksekutif / 3
    2) Elemen dasar dari konflik organisasi yaitu :
    1. Media Error (konflik corporate) adalah konflik yang terjadi pada level paling atas atau presiden direktur (atasan), ditandai dengan adanya perselisihan kekuasaan yang bersifat merusak.
    2. Instrumen Error (konflik business) adalah konflik yang terjadi pada level menengah atau manajer, ditandai dengan adanya politik yang picik.
    3. Human Error (konflik fungsional) adalah konflik yang terjadi pada level terbawah atau staf (bawahan), pada konflik ini terjadi pertengkaran birokrasi dan selalu mencari kambing hitam.
    3) Penyebab terjadinya konflik yaitu :
     Hubungan timbal balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal sosial serta sistem lama yang terbukti sudah kropos dan tidak berfungsi. Karena itu, kekuasaan mesti digeser dari kelas kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi.
     Jika terjadinya salah paham menimbulkan perasaan yang terlalu sensitif sehingga salah satu pihak merasa dirugikan dan pihak yang lain menganggapnya wajar.
    4) Pemecahan konflik dengan :
    • Mampu mengembangkan sumber kekuatan yang memadai untuk mengatasi kesenjangan kekuasaan yang interen dalam pekerjaan-pekerjaan tersebut dan kemauan untuk menggunakan kekuasaan itu secara bertanggung jawab untuk memimpin sejumlah bawahan, atasan, rekan kerja, dan orang luar menuju tercapainya sasaran yang berarti.
    • Menerapkan komunikasi yang efektif dalam kegiatan sehari – hari sehingga akan menciptakan lingkungan yang terapetik dan kondusif.
    5) Analisis teoritis SWOT :
    • Strength (Kekuatan) : Kekuasaan bisnis keluarga bukan sekadar soal peningkatan skala bisnis, namun lebih kepada policy yang mencakup optimalisasi produktivitas dan pembagian kerja atas kompleksitas alat-alat produksi, yang membutuhkan keahlian organisasi dan pengetahuan teknis yang lebih baik dan yang lebih bernilai tambah, perjuangan kepemilikan, yang mencari kekayaan dan kemakmuran, yang selanjutnya akan didistribusikan kepada bawahan dan atasan serta lingkungan lewat birokratisasi, bukan melalui politik picik dengan label penumbangan kekuasaan.
    • Weaknesses (Kelemahan) : Faktor-faktor yang memengaruhi kebijakan bisnis keluarga seperti komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error , yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang merusak.
    • Opportunities (Peluang) : akan mampu menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi.
    • Threats (Ancaman) : Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan sehingga sering memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan.
    Strategi Restrukturisasi dilakukan dengan : Menggeser konsep Kekuasaan Bisnis Keluarga dari kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi untuk mewujudkan Corporate Good Governance (CGG) . Serta dengan mentranformasikannya ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan dengan baik dan menjadi tanggung jawab professional.

    ReplyDelete
  37. Nama : Luh Indawati
    NIM : 14.01.1.195
    Kelas : Eksekutif (Ampulen)
    Jurusan : Manajemen

    1. Elemen dasar dari konflik organisasi
    a. Human Error yaitu penyebab konflik yang sering terjadi pada level organisasi yang paling bawah, terjadi akibat kesalahan dalam pekerjaan disebabkan oleh ketidak sesuaian atas pencapaian dengan apa yang diharapkan, sehingga pada kenyataannya menimbulkan pertengkaran birokrasi
    b. Instrument Error, situasi konflik yang seperti ini biasanya terjadi pada level menengah dari suatu organisasi dan umumnya hal ini berbentuk Politik yang Picik
    c. Media Error yaitu penyebab konflik yang berada pada tingkat paling atas. Konflik yang muncul yaitu terjadinya Pertentangan ekuasaan yang dapat merusak suatu organisasi
    2. Penyebab konflik yang ada yaitu kekuasaan bisnis keluarga sering kali berpengaruh terhadap tugas dan wewenang terutama pengambilan kebijakan. Kebijakan bisnis keluarga yang dimaksud seperti komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal maupun non formal terhadap human error, instrument error dan media error yang sering kali dapat memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang merusak tatanan organisasi..
    3. Analisis pemecahan konflik yang ada yaitu dengan melaksanakan pergeseran kekuasaan bisnis keluarga dari kelas kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi. Dirokratisasi bukan dimaksudkan untuk menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi, sehingga organisasi dapat bergerak ke kondisi sosial ekonomis yang lebih baik dan profesional dalam pekerjaan, seta tata kelola yang baik yang menyangkut tentang beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan seperti komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal agar terwujudnya Good Corporate Governance
    4. Kajian secara teoritis SWOT, Strategi Restrukturisasi berbasis teoritis konflik yang ada.
    a. Strenghts: kekuasaan bisnis keluarga untuk meningkatkan sekala bisnis, namun lebih kepada policy/kebijakan yang mencangkup otimalisasi produktivitas dan pembagian kerja atas kompleksitas alat-alat produksi, yang membutuhkan keahlian organisasi dan pengetahuan teknis yang lebih baik dan lebih bernilai tambah.
    b. Weakness: Sering terjadi perbedaan kepentingan bisnis dan keluarga yang sarat akan konflik, konflik ini akan memicu keretakan yang akan berimbas pada keberlangsungan bisnis, serta faktor-faktor yang memengaruhi kebijakan bisnis keluarga seperti komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error, kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang merusak tatanan organisasi.
    c. Opportunity: Pergeseran kekuasaan bisnis keluarga dari kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi dapat menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsive. Karenanya peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan dan menjadi tanggung jawab profesional.
    d. Threats: Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan sehingga sering memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan.
    Strategi Restrukturisasi dilakukan dengan menggeser konsep kekuasaan bisnis keluarga dari kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi untuk mewujudkan Corporate Good Governance, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan dengan baik dan menjadi tanggung jawab profesional.

    ReplyDelete
  38. UTS MANAJEMEN STRATEGI
    NAMA : Kadek Eka Wibawanata
    NIM : 13.01.1.1.146
    KELAS : Reg.Sore/Semester III
    FAKULTAS/JURUSAN : Ekonomi/Manajemen

    Manajemen Strategi
    Elemen dasar dari konflik organisasi adalah:
    1. Human Error, yaitu penyebab konflik yang sering terjadi pada level organisasi yang paling bawah (fungsional). Secara umum human error ini terjadi dalam bentuk Pertengkaran Birokrasi di organisasi tsb.
    2. Instrument Error : Konflik yang terjadi pada tingkatan Medium lavel dari suatu Organisasi
    3. Media Error, yaitu penyebab konflik yang berada pada tingkat paling atas. Ditandai dengan terjadinya Pertentangan Kekuasaan yang nantinya dapat merusak organisasi tsb. Ketiganya merupakan bagian penting dari tata kelola kekuasaan yang dihadapkan dengan semakin rumitnya lingkungan sosial.
    Penyebab konflik yang ada:Kurang pahamnya tentang pelaksanaan dan tanggung jawab sosial dalam mengubah kekuasaan bisnis keluarga dari kelas kepemilikan ke distribusi pedapatan lewat birokratisasi. Adanya Hubungan timbal balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal sosial, dan sistem lama yang sudah kropos dan tidak berfungsi lagi
    Analisis pemecahan konflik : adalah kekuasaan mesti digeser dari kelas kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi.
    Analisis SWOT:
    1. Strenghts
    Kekuasaan kepemilikan yang dominan dapat menggerakkan roda alat-alat produksi dengan maupun tanpa konflik kelas bukan perjuangan kelas.
    2. Weakness : faktor-faktor yang memengaruhi kebijakan bisnis keluarga seperti komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang merusak.
    3. Opportunity : menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif serta
    membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi
    4. Threats : Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan sehingga sering memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan.
    Strategi Restrukturisasi :
    Menggeser konsep kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi sehingga tercapai Corporate Good Governance (CGG).

    ReplyDelete
  39. UTS MANAJEMEN STRATEGI

    Nama : Ni Luh PT. Sri Darmiati
    NIM : 13.01.1.1.147
    Kelas/Semester : Reg.Sore/ III

    2. Elemen dasar dari konflik organisasi yang ada adalah
    - Human Error, Pertengkaran Birokrasi merupakan elemen dasar dari konflik ada tingkat paling bawah
    - Instrument Error, Politik yang Picik merupakan konflik yang terjadi pada tingkat menengah
    - Media Error, Perselisihan kekuasaan yang merupakan konflik pada tingkat paling atas pada organisasi.
    Ketiganya merupakan bagian penting dari tata kelola kekuasaan yang dihadapkan dengan semakin rumitnya lingkungan sosial.
    3. Penyebab konflik yang ditemukan adalah :
    Kekuasaan dan pengaruh modal sosial serta adanya perbedaan pandangan yang memengaruhi kebijakan bisnis keluarga seperti komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang merusak.
    4. analisis pemecahan konflik yang ada :
    Menggeser konsep kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi merupakan satu dari beberapa konsep Corporate Good Governance (CGG).
    - Karenanya peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan bukan mandeg dan menjadi tanggung jawab professional
    - Transformasi kepemilikan ke birokratisasi merupakan sarana penilai sekaligus sarana penghukum yang kompatibel yang bersifat professional
    5.Kaji dengan teoritis SWOT, Strategi Restrukturisasi berbasis teoritis konflik yang ada ?.
    Jawaban :
    1.Kekuasaan kepemilikan yang dominan dapat menggerakkan roda alat-alat produksi dengan maupun tanpa konflik kelas bukan perjuangan kelas Kekuatan peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan bukan mandeg dan menjadi tanggung jawab profesional
    2. Kelemahan faktor-faktor yang memengaruhi kebijakan bisnis keluarga seperti Komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error, sering kali dapat memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang dapat merusak suatu organisasi.
    3. Transformasi kekuasaan bisnis keluarga dari kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi dapat menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi.
    4. Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan sehingga sering memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik dan pertentangan kekasaan
    Strategi Restrukturisasi di lakukan dengan :
    Menggeser konsep kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi merupakan satu dari beberapa konsep Corporate Good Governance (CGG).
    Karenanya peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan bukan mandeg dan menjadi tanggung jawab kita semua serta Transformasi kepemilikan ke birokratisasi merupakan sarana penilai sekaligus sarana penghukum yang kompatibel yang bersifat profesional.

    ReplyDelete
  40. MANAJEMEN STRATEGI
    NAMA : NI LUH DEWI ADELIYANTI
    NIM :13.01.1.1 167
    KELAS : REGULER SORE
    SEMESTER 3
    2) . Elemen dasar dari konflik organisasi yang ada adalah:
    1. Human Error, yaitu Hierarki kekuasaan yang sering terjadi pada level organisasi fungsional atau level paling bawah yang sering menimbulkan pertengkaran birokrasi.
    2. Instrument Error, yaitu Hierarki kekuasaan yang sering terjadi pada level business atau level menengah dari suatu organisasi dan sering terjadi dalam bentuk politik yang picik.
    3. Media Error, yaitu Hierarki kekuasaan yang sering terjadi pada level corparate atau level paling atas dimana pada level ini di tandai dengan terjadinya pertentangan kekuasaan yang dapat merusak organisasi tersebut.
    3) Penyebab konflik yang ada salah satunya adalah
    - Hubungan timbal balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal sosial serta sistem lama terbukti sudah kropos bahkan tidak berfungsi.
    - Kepepimpinan yang tidak kuat dalam artian pemimpin dalam organisasi tersebut tidak mampu mengembangkan sumber kekuatannya dan menggunakan kekuasaannya secara tidak bertanggung jawab untuk mempimpin bawahan pada akhirnya tujuan dan sasaran tidak tercapai.

    4) Pemecahan konflik tersebut adalah kekuasaan mesti digeser dari kelas kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi.
    5) * Kaji dengan teoritis SWOT yaitu :
    -Kekuatan ( Streangths ):
    Kekuasaan pemilik dalam bisnis sangat berpengaruh seperti : merubah struktur organisasi, mencari akses ke lembaga-lembaga tertentu, membuat peraturan bahkan menggerakkan roda alat-alat produksi dengan maupun tanpa konflik dan pada akhirnya membentuk penguatan-penguatan baru yang sudah pasti bertujuan melanggengkan kekuasan.

    -Kelemahan (Weakness ) :
    Komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error, sering kali dapat memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang dapat merusak organisasi tersebut.

    -Kesempatan ( Opportunity ):
    Transformasi kekuasaan bisnis keluarga dari kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi dapat menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi. peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan bukan mandeg dan menjadi tanggung jawab profesional.

    - Tantangan (Threats) :
    Faktor lingkungan luar yang mampu menghambat pergerakan organisasi, misalnya kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan yang merusak organisasi tersebut.


    * Strategi Restrukturisasi dilakukan dengan :
    Menggeser konsep kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi untuk mewujudkan Corporate Good Governance (CGG) karena CGG merupakan Clean Governance lewat kertas kerja bukan ruang suka atau tidak suka.

    ReplyDelete
  41. NAMA : KETUT EKA SUHARTA
    NIM : 13.01.1.1.188
    JURUSAN : MANAJEMEN EKSEKUTIF (SEMESTER III)

    JAWABAN :

    1. Soal no.2 : Elemen dasar dari konflik organisasi adalah :
    Ideologi karena pelaksanaan dan tanggung jawab sosial dalam menggeser kepemilikan ke distribusi pendapatan lewat birokrasi membutuhkan pemahaman yang mendasar dan tata kelola otoritas secara formal seperti faktor komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, konteks kekuasaan dan non formal seperti faktor human error, instrument error dan media error.

    2. Soal no.3 : Penyebab Konflik :
    Adanya perbedaan individu antara latar belakang kebudayaan, kepentingan antara individu atau kelompok dan adanya perubahan nilai-nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat, serta adanya hubungan timbal balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal sosial.

    3. Soal no.4 : Analisis Pemecahan Konflik adalah :
    Dengan cara menggunakan konsep Corporate Good Governance (CGG) karena Corporate Good Governance itu sendiri merupakan perwujudan dari Good Governance, dalam artian menyelesikan masalah lewat kertas kerja dan bukan ruang suka dan tidak suka (komunikasi dan koordinasi antar individu, dengan pemimpin, staf, dan yang behubungan dalm organisasi itu sendiri).

    4. Soal no.5 : Kajian SWOT :
    1. Faktor Internal
    - Kekuatan : Meningkatnya inisiatif, inovasi, semangat kerja dan kesempurnaan kekuasaan.
    - Kelemahan : Timbulnya kesenjangan kewenangan yang dapat memicu pertengkaran birokrasi, politik dan pertentangan kekuasaan.
    2. Faktor Eksternal
    - Peluang : Terciptanya hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan kerja untuk organisasi.
    - Tantangan : Cenderung menghasilkan konflik yang buruk menjadi politik picik, perselisihan birokrasi dan pertentangan kekuasaan.
    3. Alternatif Strategi :
    - Mengontrol kekuasaan sebagai penggerak organisasi dalam memproduksi / memberi kontribusi (dalam arti tanpa ada kesenjangan dengan kewenangan dengan yang lainnya).
    - Menghindari konflik yang berkepanjangan.
    - Menambah administrator dan sumber daya yang ahli.
    - Membuka komunikasi, koordinasi yang terbuka dalam organisasi.

    5. Soal no.5 : Strategi retrukturisasi konflik :
    Menggeser kekuasaan dari kelas kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokrasi dengan strategi meningkatkan produktifitas, sumber daya, komunikasi, koordinasi dan pembagian yang merata dari pemilik organisasi agar dapat bergerak ke sosial ekonomis yang lebih baik serta kekuasaan yang dapat menggerakkan roda alat-alat produksi dengan konflik maupun tanpa konflik dengan cara yang bijak sesuai dengan aturan organiasi itu sendiri.

    ReplyDelete
  42. NAMA : GUSTI NYOMAN ALIT SUPARTA
    N.I.M. : 13.01.1.1.161
    JURUSAN : MANAJEMEN EKSEKUTIF ( semester III)

    JAWABAN :
    2. Elemen Dasar Konflik Organisasi Yaitu :
    a. Komunikasi yaitu : terjadinya mis komunikasi di lingkungan organisasi atau bisnis keluarga akan menimbulkan terjadinya konflik antar staf, staf dengan atasan, dan atasan dengan pemilik perusahaan atau organisasi.
    b. Sumber Daya yaitu : sumber daya yang dimaksud disini adalah sikap, mental dan intelegensi dari sumber daya manusianya serta faktor-faktor produksi lainnya seperti : bahan baku, bahan penolong dll.
    c. Disposisi atau Sikap yaitu : kesalahan dalam penempatan sumber daya manusia dan sumber daya yang lain juga akan menyebabkan konflik.
    d. Struktur Birokrasi atau Organisasi yaitu : struktur birokrasi yang rumit dan banyak pintu akan memicu terjadinya konflik karena mempengaruhi kenyamanan pelayanan , waktu dan biaya .
    e. Konten Kebijakan yaitu : salah dalam mengeluarkan kebijakan dan tidak sesuai dengan keadaan riil dilapangan akan memicu konflik.
    f. Konteks Kekuasaan yaitu : kekuasaan yang otoriter akan terjadi tekanan mental dan fisik terhadap sumber daya manusia sehingga lambat laun akan terjadi pemberontakan terhadap kekuasaan itu sendiri.
    3. Hasil Identifikasi Penyebab Konflik yaitu :
    a. Human Error yaitu : sering menyebabkan terjadinya pertengkaran birokrasi dikalangan fungsional
    b. Instrumen Error yaitu : sering menyebabkan terjadinya politik yang picik dikalangan business
    c. Media Error yaitu : sering menyebabkan terjadinya pertentangan kekuasaan dikalangan corporate
    4. Analisis Pemecahan Konflik yaitu :
    a. Menekan serendah mungkin hubungan saling ketergantungan yang rumit diantara berbagai kelompok orang.
    b. Menggunakan kekuasaan secara bertanggung jawab untuk memimpin sejumlah bawahan , atasan, rekan kerja dan orang luar menuju tercapainya sasaran yang berarti.
    c. Menghindari hubungan timbal- balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal social.
    d. Pembagian kue atau keuntungan dan kerugian yang fair dari pemilik agar organisasi bergerak kekondisi social ekonomi yang lebih baik.
    e. Mengganti system lama menjadi system kekuasaan dari kelas kepemilikan ketangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi.
    5. Analisis Swot Transformasi Kekuasaan Dari Kelas Kepemilikan Ketangan Distribusi Pendapatan Lewat Birokratisasi .
    A. PELUANG
    1. Meningkatkan policy melalui optimalisasi Produktivitas dan pembagian kerja atas kompleksitas alat-alat produksi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. 2. Meningkatkan keahlian organisasi dan pengetahuan teknik yang lebih baik dan yang bernilai tambah.
      3. Meningkatkan inisiatif , inovasi, semangat kerja kesempurnaan bisnis keluarga.
      4. Terbentuknya Clean Governance malalui konsep Corporate Good Governance ( C. G.G. )
      B. KEKUATAN
      1. Pengguanaan kekuasaan mampu menaikkan peran yang sangat strategis guna mensukseskan fungsi-fungsi manajemen dan kepemimpinan.
      2. Terciptanya hubungan kerja yang lancer dan responsive.
      3. Mampu terciptanya dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi ( loyalitas yang tinggi ) bukan menentang organisasi.
      4. Mampu menyelesaikan pertentangan organisasi dan keluar dari proses pembusukan birokrasi, politik dan kekuasaan.
      C. KELEMAHAN
      1. Pelaksanaan transformasi ini masih memerlukan pemahaman yang lebih mendasar karena masih dibelenggu oleh ideology bisnis keluarga.
      2. Perlu adanya tata kelola otoritas Formal dan non formal terhadap Human Error , Instrumen Error dan Media Error yang kerap memicu pertentangan birokrasi, politik picik serta pertentangan kekuasaan yang sifatnya merusak.
      D. TANTANGAN
      1. Ditingkat Fungsional sering terjadi pertengkaran birokrasi yang kebanyakan disebabkan oleh Human Error.
      2. Ditingkat Bussines terjadi politik yang picik yang lebih disebabkan oleh Instrumen Error
      3. Ditingkat Corporate terjadi pertentangan kekuasaan yang sifatnya merusak yang disebabkan oleh Media Error.
      E. STRATEGI
      1. Menekan serendah mungkin hubungan saling ketergantungan yang rumit diantara berbagai kelompok orang
      2. Menggunakan kekuasaan secara bertanggung jawab untuk memimpin sejumlah bawahan, atasan, rekan kerja, dan orang luar menuju tercapainya sasaran yang berarti.
      3. Menghindari hubungan timbal balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal social.
      4. Pembagian kue atau keuntungan dan kerugian yang fair dari pemilik agar organisasi bergerak kekondisi social ekonomi yang lebih jelas.
      5. Mengganti system lama ke system baru yaitu ke system kekuasaan dari kelas kepemilikan ketangan distribusi pendapatan lewat birokrasi.

      Delete
  43. Nama : luh putu herlina
    NIk : 13.01.1.1.131
    Kelas : Reguler sore

    1. Elemen dasar dari konflik organisasi yg ada adalah:
    -human error , pertengkaran birokrasi merupakan elemen dasar dari konflik pada tingkat paling bawah
    - instrument error ,politik yang picik merupakan konflik pada tingkat menengah
    - media error , perselisihan kekuasaan yg merupakan konflik pada tingkat paling atas

    2. Penyebab konflik yg ditemukan
    pengaruh modal sosial dan kekuasaan ,perbedaan pandangan yg mempengaruhi kebijakan bisnis keluarga seperti : komunikasi ,sikap,sumber daya,struktur organisasi ,kontens kebijakan dan kontens kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error

    3. Analisis pemecahan masalah
    -pelaksanaan dan tanggung jawab sosial dalam menggeser pepemilikan ke distribusi pendapat lewat birokratisasi
    -Birokratisasi bukan bermaksud merampas kekuasaan pemilik ,namun ingin menciptakan hubungan kerja yg lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan beketja untuk organisasi bukan menentang organisasi

    4.teori swot
    -Kekuatan
    Kekuasaan pemilik dalam bisnis sangat berpengaruh seperti:merubah struktur organisasi ,mencari akses ke lembaga-lembaga tertentu ,membuat peraturan bahkan menggerakkan roda alat-alat produksi dengan maupun tanpa konflik
    -Kelemahan
    komunikasi ,sikap,sumberdaya ,struktur organisasi ,kontens kebijakan dan kontens kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error
    -Kesempatan
    Transformasi kekuasaan bisnis keluarga dari kepemilikan tentang distribusi pendapatan lewat birokratisasi dapat menciptakan hubungan kerja yg lancar dan resfonsip dam membuat dinamika kekuasaan klbekerja untik organisasi bukan menentang organisasi
    -Tangtangan
    faktor lingkungan luar yg mampu menghambat pergerakan organisasi ,misalnya kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dan suatu kesenjangan kewenangan ,yg kerap memicu pertengkaran birokrasi ,politik yg picik,dan pertentangan kekuasaan yg merusak organisasi tsb.
    -strategi
    menekankan seminim mungkin hubungan saling ketergantungan,menggunakan kekuasaan secara bertanggungjawab,
    Mengganti sistem lama kesistem yg baru.

    ReplyDelete
  44. NAMA : IDA BAGUS MADE SUBRATA
    NIM : 13.01.1.1.162
    JURUSAN : MANAJEMEN EKSEKUTIF (SEMESTER III)

    JAWABAN :

    1. Soal no.2 : Elemen dasar dari konflik organisasi adalah :
    Mis komunikasi pada lingkungan organisasi atau bisnis keluarga dapat menyebabkan terjadinya konflik antar staf dengan atasan, dan atasan dengan pemilik perusahaan atau organisasi.
    Sumber daya yang dimaksud disini adalah sikap, mental dan intelegensi dari sumber daya manusianya serta faktor-faktor produksi lainnya seperti : bahan baku, bahan penolong dll.
    Kesalahan dalam penempatan sumber daya manusia dan sumber daya yang lain juga akan menyebabkan konflik.
    Struktur birokrasi yang rumit dan banyak pintu akan memicu terjadinya konflik karena mempengaruhi kenyamanan pelayanan , waktu dan biaya .
    Salah dalam mengeluarkan kebijakan dan tidak sesuai dengan keadaan riil dilapangan akan memicu konflik.
    Kekuasaan yang otoriter akan terjadi tekanan mental dan fisik terhadap sumber daya manusia sehingga lambat laun akan terjadi pemberontakan terhadap kekuasaan itu sendiri.

    2. Soal no.3 : Penyebab Konflik :
    Adanya perbedaan individu antara latar belakang kebudayaan, kepentingan antara individu atau kelompok dan adanya perubahan nilai-nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat, serta adanya hubungan timbal balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal sosial.

    3. Soal no.4 : Analisis Pemecahan Konflik adalah :
    Menekan serendah mungkin hubungan saling ketergantungan yang rumit diantara berbagai kelompok orang.
    Menggunakan kekuasaan secara bertanggung jawab untuk memimpin sejumlah bawahan , atasan, rekan kerja dan orang luar menuju tercapainya sasaran yang berarti.
    Menghindari hubungan timbal- balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal social.
    Pembagian kue atau keuntungan dan kerugian yang fair dari pemilik agar organisasi bergerak kekondisi social ekonomi yang lebih baik.
    Mengganti system lama menjadi system kekuasaan dari kelas kepemilikan ketangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi.

    4. Soal no.5 : Kajian SWOT :
    1. Faktor Internal
    - Kekuatan : Meningkatnya inisiatif, inovasi, semangat kerja dan kesempurnaan kekuasaan.
    - Kelemahan : Timbulnya kesenjangan kewenangan yang dapat memicu pertengkaran birokrasi, politik dan pertentangan kekuasaan.
    2. Faktor Eksternal
    - Peluang : Terciptanya hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan kerja untuk organisasi.
    - Tantangan : Cenderung menghasilkan konflik yang buruk menjadi politik picik, perselisihan birokrasi dan pertentangan kekuasaan.
    3. Alternatif Strategi :
    - Mengontrol kekuasaan sebagai penggerak organisasi dalam memproduksi / memberi kontribusi (dalam arti tanpa ada kesenjangan dengan kewenangan dengan yang lainnya).
    - Menghindari konflik yang berkepanjangan.
    - Menambah administrator dan sumber daya yang ahli.
    - Membuka komunikasi, koordinasi yang terbuka dalam organisasi.

    4. Soal no.5 : Strategi retrukturisasi konflik :
    Menggunakan kekuasaan secara bertanggung jawab untuk memimpin sejumlah bawahan, atasan, rekan kerja, dan orang luar menuju tercapainya sasaran yang berarti.
    Menghindari hubungan timbal balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal social.
    Pembagian keuntungan dan kerugian yang terukur dari pemilik agar organisasi bergerak kekondisi social ekonomi yang lebih jelas.
    Mengganti system lama ke system baru yaitu ke system kekuasaan dari kelas kepemilikan ketangan distribusi pendapatan lewat birokrasi.

    Menggeser kekuasaan dari kelas kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokrasi dengan strategi meningkatkan produktifitas, sumber daya, komunikasi, koordinasi dan pembagian yang merata dari pemilik organisasi agar dapat bergerak ke sosial ekonomis yang lebih baik serta kekuasaan yang dapat menggerakkan roda alat-alat produksi dengan konflik maupun tanpa konflik dengan cara yang bijak sesuai dengan aturan organiasi itu sendiri.

    ReplyDelete
  45. UTS Manajemen Strategi

    Nama : Wayan Ariantini
    NIM : 13.01.1.1.181
    Kelas : Eksekutif
    Jurusan : Manajemen
    Semester : 3

     Elemen dasar dari konflik organisasi :
    a. Human Error yaitu penyebab konflik yang sering terjadi pada level organisasi yang paling bawah, terjadi akibat kesalahan dalam pekerjaan disebabkan oleh ketidak sesuaian atas pencapaian dengan apa yang diharapkan, sehingga pada kenyataannya menimbulkan pertengkaran birokrasi.
    b. Instrument Error, situasi konflik yang seperti ini biasanya terjadi pada level menengah dari suatu organisasi dan umumnya hal ini berbentuk Politik yang Picik.
    c. Media Error yaitu penyebab konflik yang berada pada tingkat paling atas. Konflik yang muncul yaitu terjadinya Pertentangan ekuasaan yang dapat merusak suatu organisasi.

     Penyebab konflik organisasi :
    Kekuasaan bisnis keluarga sering kali berpengaruh terhadap tugas dan wewenang terutama pengambilan kebijakan. Kebijakan bisnis keluarga yang dimaksud seperti komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal maupun non formal terhadap human error, instrument error dan media error yang sering kali dapat memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang merusak tatanan organisasi.

     Analisis pemecahan konflik organisasi :
    a. Merubah struktur organisasi, mencari akses ke lembaga-lembaga tertentu, membuat peraturan, dan akhirnya membentuk penguatan-penguatan baru yang sudah pasti bertujuan melanggengkan kekuasaan.
    b. Menempatkan tenaga-tenaga yang ahli yang sesuai dengan keahlian dan tingkat kompetensinya.
    c. Pembagian kue yang fair dari pemilik agar organisasi bergerak ke kondisi sosial ekonomis yang lebih baik
    d. Pentingnya sistem kepercayaan yang bersifat empiris, simbol-simbol yang ekspresif serta nilai-nilai untuk menguraikan situasi di mana tindakan-tindakan organisasi berlangsung.
    e. Pentingnya menggeser konsep kepemilikan ke distribusi pendapatan sehingga mengubah perjuangan kelas menjadi konflik kelas lewat birokratisasi.

     Analisis SWOT yaitu :
    - Kekuatan ( Strength ):
    Kekuasaan pemilik dalam bisnis sangat berpengaruh seperti : merubah struktur organisasi, mencari akses ke lembaga-lembaga tertentu, membuat peraturan bahkan menggerakkan roda alat-alat produksi dengan maupun tanpa konflik dan pada akhirnya membentuk penguatan-penguatan baru yang sudah pasti bertujuan melanggengkan kekuasan.
    - Kelemahan (Weakness ) :
    Komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error, sering kali dapat memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang dapat merusak organisasi tersebut.
    - Kesempatan ( Opportunity ):
    Transformasi kekuasaan bisnis keluarga dari kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi dapat menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi. peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan bukan mandeg dan menjadi tanggung jawab profesional.
    - Tantangan (Threats) :
    Faktor lingkungan luar yang mampu menghambat pergerakan organisasi, misalnya kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan yang merusak organisasi tersebut.

     Strategi Restrukturisasi :
    - Menggeser konsep kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi merupakan satu dari beberapa konsep Corporate Good Governance (CGG).

    ReplyDelete
  46. NAMA : GEDE ARI MARTA OKA
    NIM : 13 01 1 1 138
    Kelas : SEMESTER III Reguler Sore
    MANAJEMEN STRATEGI
    JAWABAN .
    2. Elemen dasar dari konflik organisasi yg ada adalah:
    *human error , pertengkaran birokrasi merupakan elemen dasar dari konflik pada tingkat paling bawah
    *instrument error ,politik yang picik merupakan konflik pada tingkat menengah
    *media error , perselisihan kekuasaan yg merupakan konflik pada tingkat paling atas

    3. Penyebab Terjadinya KONFLIK tersebut adalah.
    *Hubungan timbal balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal sosial serta sistem lama yang terbukti sudah kropos dan tidak berfungsi. Karena itu, kekuasaan mesti digeser dari kelas kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi.
    * Jika terjadinya salah paham menimbulkan perasaan yang terlalu sensitif sehingga salah satu pihak merasa dirugikan dan pihak yang lain menganggapnya wajar.
    4. Pemecahan KONFLIK tersebut Bisa dengan.
    * Merubah struktur organisasi, mencari akses ke lembaga-lembaga tertentu, membuat peraturan, dan akhirnya membentuk penguatan-penguatan baru yang sudah pasti bertujuan melanggengkan kekuasaan.
    * Menempatkan tenaga-tenaga yang ahli yang sesuai dengan keahlian dan tingkat kompetensinya.
    * Pembagian kue yang fair dari pemilik agar organisasi bergerak ke kondisi sosial ekonomis yang lebih baik
    * Pentingnya sistem kepercayaan yang bersifat empiris, simbol-simbol yang ekspresif serta nilai-nilai untuk menguraikan situasi di mana tindakan-tindakan organisasi berlangsung.
    * Pentingnya menggeser konsep kepemilikan ke distribusi pendapatan sehingga mengubah perjuangan kelas menjadi konflik kelas lewat birokratisasi.

    5. Analisis SWOT
    * Kekuatan peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan bukan mandeg dan menjadi tanggung jawab profesional.
    * Kelemahan faktor-faktor yang memengaruhi kebijakan bisnis keluarga seperti komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang merusak.
    * Peluang, Transformasi kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi bukan bermaksud merampas kekuasaan pemilik, namun ingin menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi,
    * Ancaman Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan yang dapat merusak.

    ****Strategi Restrukturisasi dilakukan dengan****
    * Menggeser konsep kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi merupakan satu dari beberapa konsep Corporate Good Governance (CGG).
    * Karenanya peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan bukan mandeg dan menjadi tanggung jawab professional
    * Transformasi kepemilikan ke birokratisasi merupakan sarana penilai sekaligus sarana penghukum yang kompatibel yang bersifat professional

    Sekian Jawaban dan analisis Dari Saya ..
    TERIMA KASIH  

    ReplyDelete
  47. UTS Manajemen Strategi

    Nama : I Ketut Darmayasa
    NIM : 13.01.1.1.182
    Kelas : Eksekutif
    Jurusan : Manajemen
    Semester : 3

     Elemen dasar dari konflik
    a) Peningkatan keragaman dan saling ketergantungan ini telah mengubah banyak pekerjaan hasil individual dan pekerjaan manajemen menjadi pekerjaan yang menutut kepemimpinan yang kuat.
    b) Kepemimpinan yang kuat berarti kemampuan untuk mengemangkan sumber kekuatan yang memadai untuk mengatasi kesenjangan kekuasaan yang inheren dalam pekerjaan –pekerjaan tersebut dan kemauan untuk menggunakan kekuasaan itu secara bertanggung jawab untuk memimpin sejumlah bawahan,atasan,rekan kerja,dan orang luar menuju tercapainya sasaran yang berarti .
    c) Hubungan timbal balik antara masalah ekonomi dan kesejangan modal social (komumikasi,sumberdaya,disposisi atau sikap,struktur birokerasi atau organisasi ,kontens kebijakan ,dan konteks kekuuasaan .
    d) Memahami bagaimana transformasi kekuasaan dari kelas kepemilikan ketangan distribusi pendapatan lewat birokeratisasi itu berkerja ,sehingga diduga (perlu penelitian lebih mendalam ) mampu meningkatkan inisiatif,inovasi,semangat kerja dan kesempurnaan kekuasaan bisnis keluarga .

     Penyebab konflik.
    a) Kekuasaan menjadi krusial sebagai sarana penilai sekaligus sarana penilai sekaligus sarana penghukum yang kompatibel.
    b) Mengelola kekuasaan bisnis keluarga merupakan capaian kemampulabaan produktivitas dan pembagian kerja melalui perilaku sadar bukan mabuk.
    c) Perilaku orang lain (individu maupun kelompok )terhadap pelbagai kerumitan lingkungan sosial.
    d) Kekuasaan memaikan peran yang sangat strategis guna mensukseskan fungsi-fungsi manajemen dan kepemimpinan ,dan tak tertutup kemungkinan terjadi penggunaan kekerasan dalam pelaksanaanya.
    e) Selama peruses kekuasaan bisnis keluaga berlangsung masalah moral ,norma etika sertaperilaku terasa semakin penting.

     Analisa pemecahan konflik .
    a) Pentingnya system kepercayaan yang bersifat empiris,symbol-simbol yang ekspresif serta nilai-nilai untuk menguraikan situasi di mana tindakan –tindakan organisasi berlangsung .
    b) Pentingnya menggeser konsep kepemilikan ke distribusi pendapatan sehingga mengubah perjuangan kelas menjadi konflik kelas lewat birokratisasi.

     Analisis SWOT
    - Kekuatan ( Strength ):
    Kekuasaan pemilik dalam bisnis sangat berpengaruh seperti : merubah struktur organisasi, mencari akses ke lembaga-lembaga tertentu, membuat peraturan bahkan menggerakkan roda alat-alat produksi dengan maupun tanpa konflik dan pada akhirnya membentuk penguatan-penguatan baru yang sudah pasti bertujuan melanggengkan kekuasan.
    - Kelemahan (Weakness ) :
    Komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error, sering kali dapat memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang dapat merusak organisasi tersebut.
    - Kesempatan ( Opportunity ):
    Transformasi kekuasaan bisnis keluarga dari kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi dapat menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi. peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan bukan mandeg dan menjadi tanggung jawab profesional.
    - Tantangan (Threats) :
    Faktor lingkungan luar yang mampu menghambat pergerakan organisasi, misalnya kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan yang merusak organisasi tersebut.

     Strategi Restrukturisasi :
    - Menggeser konsep kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi merupakan satu dari beberapa konsep Corporate Good Governance (CGG).

    ReplyDelete
  48. NAMA : NI MADE MEIRAWATI
    NIM : 13.01.1.1.198
    KELAS/SEMESTER : EKSEKUTIF/3 (TIGA)
    JURUSAN : MANAJEMEN
    MATERI : UTS MANAJEMEN STRATEGI

    Elemen dasar dari konflik organisasi :
    a) Human Error yaitu penyebab konflik yang sering terjadi pada level organisasi yang paling bawah, terjadi akibat kesalahan dalam pekerjaan disebabkan oleh ketidak sesuaian atas pencapaian dengan apa yang diharapkan, sehingga pada kenyataannya menimbulkan pertengkaran birokrasi.
    b) Instrument Error, situasi konflik yang seperti ini biasanya terjadi pada level menengah dari suatu organisasi dan umumnya hal ini berbentuk Politik yang Picik.
    c) Media Error yaitu penyebab konflik yang berada pada tingkat paling atas. Konflik yang muncul yaitu terjadinya Pertentangan ekuasaan yang dapat merusak suatu organisasi.
    Penyebab konflik yg ditemukan
    pengaruh modal sosial dan kekuasaan ,perbedaan pandangan yg mempengaruhi kebijakan bisnis keluarga seperti : komunikasi ,sikap,sumber daya,struktur organisasi ,kontens kebijakan dan kontens kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error
    Analisis pemecahan masalah
    a) pelaksanaan dan tanggung jawab sosial dalam menggeser pepemilikan ke distribusi pendapat lewat birokratisasi
    b) Birokratisasi bukan bermaksud merampas kekuasaan pemilik ,namun ingin menciptakan hubungan kerja yg lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan beketja untuk organisasi bukan menentang organisasi
    Kajian secara teoritis SWOT, Strategi Restrukturisasi berbasis teoritis konflik yang ada.
    a) . Strenghts: kekuasaan bisnis keluarga untuk meningkatkan sekala bisnis, namun lebih kepada policy/kebijakan yang mencangkup otimalisasi produktivitas dan pembagian kerja atas kompleksitas alat-alat produksi, yang membutuhkan keahlian organisasi dan pengetahuan teknis yang lebih baik dan lebih bernilai tambah.
    b) Weakness: Sering terjadi perbedaan kepentingan bisnis dan keluarga yang sarat akan konflik, konflik ini akan memicu keretakan yang akan berimbas pada keberlangsungan bisnis, serta faktor-faktor yang memengaruhi kebijakan bisnis keluarga seperti komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error, kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang merusak tatanan organisasi.
    c) Opportunity: Pergeseran kekuasaan bisnis keluarga dari kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi dapat menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsive. Karenanya peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan dan menjadi tanggung jawab profesional.
    d) Threats: Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan sehingga sering memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan.

    Strategi Restrukturisasi dilakukan dengan : Menggeser konsep Kekuasaan Bisnis Keluarga dari kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi untuk mewujudkan Corporate Good Governance (CGG) . Serta dengan mentranformasikannya ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan dengan baik dan menjadi tanggung jawab professional.

    ReplyDelete
  49. UTS MANAJEMEN STRATEGI
    Nama : Aprilia Retno
    Jurusan : Manajemen
    Semester : 3

    2. Elemen dasar dari konflik organisasi
    Pentingnya kekuasaan bergeser dari kelas kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi memproduksi tiga komponen utama, yang mencakup; tata kelola human error, tata kelola instrument error, dan tata kelola media error terkait perselisihan birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan
    3. Identifikasi penyebab konflik
    Penyebab sesungguhnya adalah ketika lingkungan bisnis keluarga cenderung menghasilkan konflik yang bersifat merusak tatanan organisasi adalah hubungan timbal balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal sosial, dan sistem lama terbukti sudah kropos dan tidak berfungsi. sejumlah kecenderungan ekonomi dan sosial yang sangat mendasar selama beberapa dekade terakhir telah berdampak kumulatif meningkatkan kerumitan lingkungan sosial yang berhubungan dengan sebagian besar pekerjaan manajerial, teknis dan profesional; bahwa kerumitan ini berupa hubungan saling ketergantungan yang rumit di antara berbagai kelompok orang; bahwa peningkatan keragaman dan saling ketergantungan ini telah mengubah banyak pekerjaan hasil individual dan pekerjaan manajemen menjadi pekerjaan yang menuntut kepemimpinan yang kuat, yaitu pekerjaan yang mengharuskan pemegang pekerjaan itu membuat berbagai hal terlaksana melalui orang-orang lain, tetapi ia tidak memiliki kendali atas orang-orang tersebut; bahwa kepemimpinan yang kuat berarti kemampuan untuk mengembangkan sumber kekuatan yang memadai untuk mengatasi kesenjangan kekuasaan yang inheren dalam pekerjaan-pekerjaan tersebut dan kemauan untuk menggunakan kekuasaan itu secara bertanggung jawab untuk memimpin sejumlah bawahan, atasan, rekan kerja, dan orang luar menuju tercapainya sasaran yang berarti; dan jika kepemimpinan seperti ini kurang, maka lingkungan itu cenderung menghasilkan konflik yang memburuk menjadi politik yang picik, perselisihan birokrasi, dan pertentangan kekuasaan.
    Bekerjanya kekuasaan dalam organisasi keluarga (baca: hierarki kekuasaan) memerlukan bantuan modal sosial dari bawahan, teman sejawat, atasan maupun orang luar. Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan yang merusak. Karenanya peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi ke wadah kekuasaan yang lain (baca: distribusi pendapatan lewat birokratisasi), sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan bukan mandeg dan menjadi tanggung jawab profesional.
    Transformasi kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi bukan bermaksud merampas kekuasaan pemilik, namun ingin menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi, John P. Kotter (1997). Dengan kata lain, tata kelola human error, instrument error maupun media error merupakan bagian penting dari tata kelola kekuasaan yang dihadapkan dengan semakin rumitnya lingkungan sosial. Oleh karena itu, transformasi kekuasaan ke birokratisasi yang memadai dan kompatibel masih diduga dan mungkin (baca: perlu diteliti lebih lanjut) bisa menyelesaikan pertentangan organisasi dan keluar dari proses pembusukan birokrasi, politik dan kekuasaan.

    4. Analisis SWOT
    a. Strengths (kekuatan) menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi
    b. kelemahan (weaknesses) pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan yang merusak
    c. Peluang (oppurtunities) di bisnis keluarga yang demokratis maupun tidak, kekuatan-kekuatan sosial reformis di luar kekuasaan masih tetap diperhitungkan
    d. Ancaman (threats) perselisihan birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan dan masalah ekonomi dan kesenjangan modal sosial, dan sistem lama terbukti sudah kropos dan tidak berfungsi.

    ReplyDelete
  50. NAMA : Putu Suriantini
    NIM : 13.01.1.1.197
    KELAS/SEMESTER : EKSEKUTIF/3 (TIGA)
    JURUSAN : MANAJEMEN
    MATERI : UTS MANAJEMEN STRATEGI

    1. Elemen dasar dari konflik organisasi yang ada adalah :
    - Human Error, Pertengkaran Birokrasi merupakan elemen dasar dari konflik ada tingkat paling bawah
    - Instrument Error, Politik yang Picik merupakan konflik yang terjadi pada tingkat menengah
    - Media Error, Perselisihan kekuasaan yang merupakan konflik pada tingkat paling atas pada organisasi.
    Ketiganya merupakan bagian penting dari tata kelola kekuasaan yang dihadapkan dengan semakin rumitnya lingkungan sosial.

    2.Penyebab konflik :
    Kekuasaan dan pengaruh modal sosial serta adanya perbedaan pandangan yang memengaruhi kebijakan bisnis keluarga seperti komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang merusak.

    3.Analisis pemecahan konflik organisasi :
    a. Merubah struktur organisasi, mencari akses ke lembaga-lembaga tertentu, membuat peraturan, dan akhirnya membentuk penguatan-penguatan baru yang sudah pasti bertujuan melanggengkan kekuasaan.
    b. Menempatkan tenaga-tenaga yang ahli yang sesuai dengan keahlian dan tingkat kompetensinya.
    c. Pembagian kue yang fair dari pemilik agar organisasi bergerak ke kondisi sosial ekonomis yang lebih baik
    d. Pentingnya sistem kepercayaan yang bersifat empiris, simbol-simbol yang ekspresif serta nilai-nilai untuk menguraikan situasi di mana tindakan-tindakan organisasi berlangsung.
    e. Pentingnya menggeser konsep kepemilikan ke distribusi pendapatan sehingga mengubah perjuangan kelas menjadi konflik kelas lewat birokratisasi.

    4.teori swot
    -Kekuatan
    Kekuasaan pemilik dalam bisnis sangat berpengaruh seperti:merubah struktur organisasi ,mencari akses ke lembaga-lembaga tertentu ,membuat peraturan bahkan menggerakkan roda alat-alat produksi dengan maupun tanpa konflik
    -Kelemahan
    komunikasi ,sikap,sumberdaya ,struktur organisasi ,kontens kebijakan dan kontens kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error
    -Kesempatan
    Transformasi kekuasaan bisnis keluarga dari kepemilikan tentang distribusi pendapatan lewat birokratisasi dapat menciptakan hubungan kerja yg lancar dan resfonsip dam membuat dinamika kekuasaan klbekerja untik organisasi bukan menentang organisasi
    -Tangtangan
    faktor lingkungan luar yg mampu menghambat pergerakan organisasi ,misalnya kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dan suatu kesenjangan kewenangan ,yg kerap memicu pertengkaran birokrasi ,politik yg picik,dan pertentangan kekuasaan yg merusak organisasi tsb.
    -strategi
    menekankan seminim mungkin hubungan saling ketergantungan,menggunakan kekuasaan secara bertanggungjawab,
    Mengganti sistem lama kesistem yg baru.

    ReplyDelete
  51. Nama : MARDIAH YULIANTI
    NIM : 14.01.1.193
    JURUSAN : MANAGEMENT S1 / EKSEKUTIF AMPULANT
    MATERI : UTS MANAGEMENT STRATEGI


    2. Elemen dasar dari konflik organisasi
    a. Human Error yaitu penyebab konflik yang sering terjadi pada level organisasi yang paling bawah, terjadi akibat kesalahan dalam pekerjaan disebabkan oleh ketidaksesuaian atas pencapaian dengan apa yang diharapkan
    b. Instrument Error, situasi konflik yang seperti ini biasanya terjadi pada level menengah biasanya terjadi antara atasan dengan bawahan dari suatu organisasi dan umum nya hal ini berbentuk Politik yang Picik yang pada akhirtnya dapat merusak struktur suatu organisasi.
    c. Media Error yaitu penyebab konflik yang berada pada tingkat paling atas. Konflik yang muncul yaitu terjadinya Pertentangan kekuasaan yang dapat merusak suat organisasi.

    3. Ada beberapa hal yang menyebabkan timbulnya konflik dalam menjalankan bisnis keluarga
    1. Adanya kepribadian yang saling bertentangan, dimana dalan bisnis keluarga dipimpin oleh beberapa anggota keluarga yang memiliki keperibadian dan pemikiran yang berbeda. Dimana masing- masing akan menganggap strateginya lah yang paling baik untuk meningkatkan bisnis keluarga.
    2. Adanya sistem nilai yang saling bertentangan atau pendapat yang bertentangan yang disebabkan karena pemikiran yang berbeda. Yang dalam hal ini sulit untuk dipecahkan
    3. Adanya tugas yang batasannya kurang jelas dan seringkali bersifat tumpang tindih, biasanya dalam bisnis keluarga hal seperti ini sering terjadi yang menganggap semua anggota keluarga sebagai pemilik yang memiliki kuasa penuh dalam suatu organisasi. Dan dalam hal ini karyawan lah yang menjadi korban pendapat dari pemimpin manakah yang harus dilaksanakan.
    4. Adanya persaingan yang tidak fair, hal ini biasanya terjadi dikarenakan adanya divisi/ departemen yang mencoba untuk memperbaiki dan meningkatkan status namun divisi yang lain menganggap hal tersebut sebagai ancaman bagi divisinya.
    4. Analisis pemecahan masalah
     Pemecahan masalah dalam konflik bisnis keluarga dapat dilakukan dengan –menggeser kepemilikan kedistribusi pendapat lewat birokratisasi Birokratisasi bukan bermaksud merampas kekuasaan pemilik ,namun ingin menciptakan hubungan kerja yg lancer dan responsive dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi
     Menempatkan tenaga - tenaga yang ahli yang sesuai dengan keahlian dan tingkat kompetensinya.
     Pembagian kue yang fair dari pemilik agar organisasi bergerak ke kondisi sosial ekonomis yang lebih baik
     Pentingnya sistem kepercayaan yang bersifat empiris, simbol-simbol yang ekspresif serta nilai-nilai untuk menguraikan situasi di mana tindakan-tindakan organisasi berlangsung.
     perlunya menciptakan system komunikasi yang baik dikalangan para pemimpin dalam berorganisasi serta melupakan kepentingan pribadi dengan mengutamakan kepentingan organisasi untuk kemajuan maupun peningkatan profit dalam organisasi.

    ReplyDelete
  52. LANJUTAN
    Nama : MARDIAH YULIANTI
    NIM : 14.01.1.193
    JURUSAN : MANAGEMENT S1 / EKSEKUTIF AMPULANT
    MATERI : UTS MANAGEMENT STRATEGI


    4. Kajian secara teoritis SWOT, Strategi Restrukturisasi berbasis teoritis konflik yang ada.
    Kekuatan ( Streangths ):
    Kekuasaan pemilik dalam bisnis sangat berpengaruh seperti : merubah struktur organisasi, mencari akses kelembaga-lembaga tertentu, membuat peraturan bahkan menggerakkan roda alat-alat produksi dengan maupun tanpa konflik dan pada akhirnya membentuk penguatan - penguatan baru yang sudah pasti bertujuan melanggengkan kekuasan. Kekuasaan pemimpin juga akan menentukan kemana arah dan tujuan dari suatu organisasi. Dalam menjalankan bisnis keluarga yang dipimpin oleh beberapa orang tentu akan menghasilkan banyak pikiran dan pendapat untuk mengembangkan bisnis. Disinilah peranan pemimpin untuk lebih baik lagi menjaga komunikasi dan menjalin hubungan yang baik lagi untuk kemajuan bisnis keluarga.

    . Weakness:
    Sering kali perbedaan pendapat dalam menjalankan bisnis keluarga menimbulkan konflik yang berimbas pada keberlangsungan bisnis tersebut, sertafaktor-faktor yang memengaruhi kebijakan bisnis keluarga seperti komunikasi, sikap, sumberdaya, strukturorganisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tatakelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error, kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang merusak tatanan organisasi.

    Kesempatan( Opportunity ):
    perubahan kekuasaan bisnis keluarga dari kepemilikan ketangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi dapat menciptakan hubungan kerja yang lancer dan responsive dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi. Peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi kewadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan bukan mandeg dan menjadi tanggung jawab profesional.
    Tantangan (Threats) :
    Faktor lingkungan luar yang mampu menghambat pergerakan organisasi, misalnya kekuasaan dan pengaruh modal social sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan yang merusak organisasi tersebut.
    * Strategi Restrukturisasi dilakukan dengan :
    Menggeser konsep kepemilikan ketangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi untuk mewujudkan Corporate Good Governance (CGG) karena CGG merupakan Clean Governance lewat kertas kerja bukan ruang suka atau tidak suka.

    ReplyDelete
  53. NAMA : KADEK ARTA YASA
    NIM : 14.01.1.194
    JURUSAN : MANAJEMEN
    KELAS : EKSEKUTIF (AMPULEN)

    UTS MANAJEMEN STRATEGI

    2. Elemen dasar dari konflik organisasi yang ada :
    a. Human error : pertengkaran birokrasi
    b. Instrument error : politik yang picik
    c. Media error : pertentangan kekuasaan yang merusak
    3. Penyebab konflik yang ada :
    - Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan , yang kerap memicu pertengkaran birokrasi , politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan yang merusak.
    4. Analisis pemecahan konflik yang ada :
    - Menggeser konsep kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi merupakan satu dari beberapa konsep Corporate Good Governance (CGG), karena capaian CGG adalah clean governance lewat kertas kerja bukan ruang suka dan tidak suka.
    - Transformasi kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi bukan bermaksud merampas kekuasaan pemilik, namun ingin menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi. Dengan kata lain, tata kelola human eror, instrument error maupun media error merupakan bagian penting dari tata kelola kekuasaan yang dihadapkan dengan semakin rumitnya lingkungan sosial.
    5. Kaji dengan teoritis SWOT , Strategi Restrukturisasi berbasis teoritis konflik yang ada :
    - Kekuatan
    Kekuasaan kepemilikan yang dominan dapat menggerakkan roda alat-alat produksi dengan maupun tanpa konflik kelas bukan perjuangan kelas.
    - Kelemahan
    Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan bisnis keluarga seperti komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens, kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas normal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error sering kali memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta kekuasaan yang merusak.
    - Peluang
    Transformasi kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi bukan bermaksud merampas kekuasaan pemilik, namun ingin menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi.
    - Ancaman
    Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan , yang kerap memicu pertengkaran birokrasi , politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan yang merusak.

    Strategi Restrukturisasi dilakukan dengan :
    - Menggeser konsep kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi merupakan satu dari beberapa konsep Corporate Good Governance (CGG), karena capaian CGG adalah clean governance lewat kertas kerja bukan ruang suka dan tidak suka.
    - Peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya di transformasikan ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki pada level corporate ke level bisnis fungsional berjalan bukan mandeg dan menjadi tanggung jawab profesional.

    ReplyDelete
  54. UTS Manajemen Strategi

    Nama : Komang Prisamiada
    NIM : 13.01.1.1.183
    Kelas : Eksekutif
    Jurusan : Manajemen
    Semester : 3

    1.Elemen dasar dari konflik organisasi yaitu :
    a. Human Error (konflik fungsion)adalah konflik yang terjadi pada level terbawah atau staf, pada konflik ini terjadi pertengkaran birokrasi dan mencari kambing hitam;
    b. Instrumen Error (konflik business)adalah konflik yang terjadi pada level menengah atau manajer, ditandai dengan adanya politik yang picik;
    c. Media Error (konflik corporate) adalah konflik yang terjadi pada level paling atas, ditandai dengan adanya perselisihan kekuasaan yang merusak.
    2. Penyebab konflik adalah :
    a. Hubungan timbal balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal social, komunikasi, sumber daya, disposisi atau sikap, struktur birokrasi atau organisasi, kontens kebijakan, dan konteks kekuasaan serta sistem lama terbukti sudah kropos, tak berfungsi. Karena itu, kekuasaan mesti digeser dari kelas kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi;
    b. Sejumlah kecenderungan ekonomi dan sosial yang sangat mendasar selama beberapa dekade terakhir telah berdampak kumulatif meningkatkan kerumitan lingkungan sosial menuntut kepemimpinan yang kuat.

    3. Analisis pemecahan konflik :
    a. pertama-tama yang dilakukan yaitu merubah struktur organisasi, mencari akses ke lembaga-lembaga tertentu, membuat peraturan, dan akhirnya membentuk penguatan-penguatan baru yang sudah pasti bertujuan melanggengkan kekuasaan. Karena itu, selama proses kekuasaan bisnis keluarga berlangsung masalah moral, norma, etika serta perilaku terasa semakin penting;
    b. Pentingnya sistem kepercayaan yang bersifat empiris, simbol-simbol yang ekspresif serta nilai-nilai untuk menguraikan situasi di mana tindakan-tindakan organisasi berlangsung;
    c. Pentingnya menggeser konsep kepemilikan ke distribusi pendapatan sehingga mengubah perjuangan kelas menjadi konflik kelas lewat birokratisasi;
    d. Konflik tidak bisa dibiarkan terjadi begitu saja namun harus diarahkan secara benar oleh pihak manajemen di perusahaan keluarga. Pada beberapa keadaan, manajemen justru perlu menumbuhkan konflik dalam perusahaan keluarga. Para manajer di perusahaan keluarga harus mampu melihat konflik sebagai kondisi alamiah dan sebagai sesuatu yang harus dikendalikan guna mencapai perubahan yang diinginkan dalam suatu badan usaha. Kemampuan mengelola konflik secara positif mungkin merupakan kekuatan tersembunyi yang amat penting bagi bisnis keluarga yang mampu membawa perusahaan untuk berkompetisi secara global.

    4. Teoritis SWOT
    Strengths (Kekuatan) : mereka yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menjalankan alat-alat produksi baru . Meningkatkan inisiatif, inovasi, semangat kerja dan kesempurnaan kekuasaan bisnis keluarga dengan menggunakan metode studi pustaka.
    Weaknesses (Kelemahan) : terdapatnya kekurangan pada kondisi internal organisasi, akibatnya hubungan timbal balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal sosial (baca: komunikasi, sumber daya, disposisi atau sikap, struktur birokrasi atau organisasi, kontens kebijakan, dan konteks kekuasaan, serta sistem lama terbukti sudah kropos, tak berfungsi.
    Opportunities (Peluang) : peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan bukan mandeg dan menjadi tanggung jawab profesional.
    Threats (Ancaman) : faktor lingkungan luar yang mampu menghambat pergerakan organisasi, misalnya Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan yang merusak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lanjutan :

      Strategi Restrukturisasi
      a. transformasi kekuasaan ke birokratisasi yang memadai dan kompatibel masih diduga dan mungkin (baca: perlu diteliti lebih lanjut) bisa menyelesaikan pertentangan organisasi dan keluar dari proses pembusukan birokrasi, politik dan kekuasaan;
      b. Karenanya peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi ke wadah kekuasaan yang lain (baca: distribusi pendapatan lewat birokratisasi), sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan bukan mandeg dan menjadi tanggung jawab profesional;
      c. menggeser konsep kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi.

      Delete
  55. UTS Manajemen Strategi

    NAMA : KADEK KARNINGSIH
    NIM : 13.01.1.1.186
    JURUSAN : MANAJEMEN
    KELAS :EKSEKUTIF/SEMESTER III

    Elemen dasar dari konflik organisasi yang ada antara lain :
    a.Terdapatnya dua atau lebih unit-unit atau bagian-bagian yang terlibat di dalam konflik.
    b. Unit-unit tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan-
    kebutuhan, tujuan-tujuan, masalah-masalah, nilai-nilai, sikap-sikap, maupun gagasan-
    gagsan.
    c.Terdapatnya interaksi di antara bagian-bagian yang mempunyai perbedaan-perbedaan
    tersebut.

    Penyebab konflik :
    Kekuasaan dan pengaruh modal sosial serta adanya perbedaan pandangan yang memengaruhi kebijakan bisnis keluarga seperti komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang merusak.

    Kajian teoritis SWOT dari konflik :
    Strength : Kekuasaan yang menggerakkan roda alat-alat produksi dengan
    maupun tanpa konflik kelas bukan perjuangan kelas
    Weakness : faktor-faktor yang memengaruhi kebijakan bisnis keluarga seperti komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang merusak.
    Opportunity : menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif serta
    membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi
    Threath : Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak
    organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan sehingga sering memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan.

    Strategi Restrukturisasi
    Konsep kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi sehingga tercapai Corporate Good Governance (CGG)

    ReplyDelete
  56. NAMA : NI MADE TITIN DWI RAHAYU
    NIM : 13.01.1.1.154
    KELAS : REG. SORE / SEMESTER III

    Elemen dasar dari konflik organisasi adalah :
    1. Human Error
    Penyebab konflik yang sering terjadi pada Low Level. Secara umum human error ini terjadi dalam bentuk pertengkaran birokrasi pada suatu Organisasi tersebut.
    2. Instrument Error
    Konflik yang terjadi pada tingkatan Medium lavel dari suatu Organisasi
    3. Media Error
    Penyebab Konflik yang berada pada tingkat High Level. Pertentangan Kekuasaan biasanya melalui media cetak ataupun media lainnya ( Perang Media ) dimana nantinya dapat merusak organisasi tersebut.

    Penyebab konflik yang ada:
    Adanya Hubungan timbal balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal sosial, dan sistem lama yang sudah kropos dan tidak berfungsi lagi

    Analisis pemecahan konflik yang ada:
    1. Pembagian kue yang fair dari pemilik agar organisasi bergerak ke kondisi sosial ekonomis yang lebih baik.
    2. Komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal.

    SWOT, Strategi Restrukturisasi berbasis teoritis konflik yang ada.
    1. Strenghts ( Kekuatan )
    Kekuasaan kepemilikan yang dominan dapat menggerakkan roda alat-alat produksi dengan maupun tanpa konflik kelas bukan perjuangan kelas.

    2. Weakness ( Kelemahan )
    Komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error, sering kali dapat memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang dapat merusak suatu organisasi.

    3. Opportunity ( Peluang )
    Transformasi kekuasaan bisnis keluarga dari kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi dapat menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi.

    4. Threats ( Ancaman )
    Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan sehingga sering memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan.


    Strategi Restrukturisasi dilakukan dengan :
    Menggeser konsep kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi untuk mewujudkan clean governance lewat kertas kerja bukan ruang suka dan tidak suka dan menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi.

    ReplyDelete
  57. Nama : Kadek Angga Sanjaya
    NIM : 13.01.1.1.127
    Kelas : REGULER SORE/ SEMSTER III

    Elemen dasar dari konflik organisasi adalah :

    1. Human Error
    Penyebab konflik yang sering terjadi pada Low Level. Secara umum human error ini terjadi dalam bentuk pertengkaran birokrasi pada suatu Organisasi tersebut.

    2. Instrument Error
    Konflik yang terjadi pada tingkatan Medium lavel dari suatu Organisasi

    3. Media Error
    Penyebab Konflik yang berada pada tingkat High Level. Pertentangan Kekuasaan biasanya melalui media cetak ataupun media lainnya ( Perang Media ) dimana nantinya dapat merusak organisasi tersebut.

    Penyebab konflik yang ada:
    Adanya Hubungan timbal balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal sosial, dan sistem lama yang sudah kropos dan tidak berfungsi lagi

    Analisis pemecahan konflik yang ada:
    1. Pembagian kue yang fair dari pemilik agar organisasi bergerak ke kondisi sosial ekonomis yang lebih baik.
    2. Komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal.

    SWOT, Strategi Restrukturisasi berbasis teoritis konflik yang ada.
    1. Strenghts ( Kekuatan )
    Kekuasaan kepemilikan yang dominan dapat menggerakkan roda alat-alat produksi dengan maupun tanpa konflik kelas bukan perjuangan kelas.

    2. Weakness ( Kelemahan )
    Komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error, sering kali dapat memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang dapat merusak suatu organisasi.

    3. Opportunity ( Peluang )
    Transformasi kekuasaan bisnis keluarga dari kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi dapat menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi.

    4. Threats ( Ancaman )
    Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan sehingga sering memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan.


    Strategi Restrukturisasi dilakukan dengan :
    Menggeser konsep kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi untuk mewujudkan clean governance lewat kertas kerja bukan ruang suka dan tidak suka dan menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi.

    ReplyDelete
  58. NAMA : Made Suseni
    NIM : 13.01.1.1.125
    KELAS : REGULER SORE/III
    Elemen dasar dari konflik organisasi yg ada adalah:
    *human error , pertengkaran birokrasi merupakan elemen dasar dari konflik pada tingkat paling bawah
    *instrument error ,politik yang picik merupakan konflik pada tingkat menengah
    *media error , perselisihan kekuasaan yg merupakan konflik pada tingkat paling atas

    3. Penyebab Terjadinya KONFLIK tersebut adalah.
    *Hubungan timbal balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal sosial serta sistem lama yang terbukti sudah kropos dan tidak berfungsi. Karena itu, kekuasaan mesti digeser dari kelas kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi.
    * Jika terjadinya salah paham menimbulkan perasaan yang terlalu sensitif sehingga salah satu pihak merasa dirugikan dan pihak yang lain menganggapnya wajar.
    4. Pemecahan KONFLIK tersebut Bisa dengan.
    * Merubah struktur organisasi, mencari akses ke lembaga-lembaga tertentu, membuat peraturan, dan akhirnya membentuk penguatan-penguatan baru yang sudah pasti bertujuan melanggengkan kekuasaan.
    * Menempatkan tenaga-tenaga yang ahli yang sesuai dengan keahlian dan tingkat kompetensinya.
    * Pembagian kue yang fair dari pemilik agar organisasi bergerak ke kondisi sosial ekonomis yang lebih baik
    * Pentingnya sistem kepercayaan yang bersifat empiris, simbol-simbol yang ekspresif serta nilai-nilai untuk menguraikan situasi di mana tindakan-tindakan organisasi berlangsung.
    * Pentingnya menggeser konsep kepemilikan ke distribusi pendapatan sehingga mengubah perjuangan kelas menjadi konflik kelas lewat birokratisasi.

    5. Analisis SWOT
    * Kekuatan peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan bukan mandeg dan menjadi tanggung jawab profesional.
    * Kelemahan faktor-faktor yang memengaruhi kebijakan bisnis keluarga seperti komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang merusak.
    * Peluang, Transformasi kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi bukan bermaksud merampas kekuasaan pemilik, namun ingin menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi,
    * Ancaman Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan yang dapat merusak.

    ****Strategi Restrukturisasi dilakukan dengan****
    * Menggeser konsep kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi merupakan satu dari beberapa konsep Corporate Good Governance (CGG).
    * Karenanya peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan bukan mandeg dan menjadi tanggung jawab professional
    * Transformasi kepemilikan ke birokratisasi merupakan sarana penilai sekaligus sarana penghukum yang kompatibel yang bersifat professional

    ReplyDelete
  59. UJIAN TENGAH SEMESTER
    NAMA : GUSTI PUTU SRI UTAMI
    NIM : 13.01.1.1.165
    KELAS : REG.SORE/SEMESTER III
    FAKULTAS/JURUSAN : EKONOMI/MANAJEMEN
    Manajemen Strategi
    Elemen dasar dari konflik organisasi adalah:
    1. Human Error, yaitu penyebab konflik yang sering terjadi pada level organisasi yang paling bawah (fungsional). Secara umum human error ini terjadi dalam bentuk Pertengkaran Birokrasi di organisasi tsb.
    2. Instrument Error, yaitu penyebab konflik yang terjadi pada level menengah dari suatu organisasi dan umumnya hal ini berbentuk Politik yang Picik.
    3. Media Error, yaitu penyebab konflik yang berada pada tingkat paling atas. Ditandai dengan terjadinya Pertentangan Kekuasaan yang nantinya dapat merusak organisasi tsb. Ketiganya merupakan bagian penting dari tata kelola kekuasaan yang dihadapkan dengan semakin rumitnya lingkungan sosial.


    Penyebab konflik yang ada:
    Kurang pahamnya tentang pelaksanaan dan tanggung jawab sosial dalam mengubah kekuasaan bisnis keluarga dari kelas kepemilikan ke distribusi pedapatan lewat birokratisasi.

    Analisis pemecahan konflik yang ada:
    Dengan melakukan tata kelola yang baik secara formal dan informal tentang beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan dari bisnis keluarga ini seperti : komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan agar terwujudnya Good Corporate Governance .
    Kajian teoritis SWOT dari konflik :
    Strength : Kekuasaan yang menggerakkan roda alat-alat produksi dengan
    maupun tanpa konflik kelas bukan perjuangan kelas
    Weakness : faktor-faktor yang memengaruhi kebijakan bisnis keluarga seperti komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang merusak.
    Opportunity : menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif serta
    membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi
    Threath : Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak
    organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan sehingga sering memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan.
    Strategi Restrukturisasi :
    Menggeser konsep kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi sehingga tercapai Corporate Good Governance (CGG).

    ReplyDelete
  60. NAMA : PUTU SRI SUKEMI
    NIM : 13. 01. 1. 1. 163
    Jurusan /Semester : S1 Manajemen/III
    Kelas : Reguler Sore

    UTS MANAJEMEN STRATEGI

    Elemen dasar dari konflik organisasi adalah :
    1. Adanya dua atau lebih unit unit atau bagian bagian yang terlibat di dalam konflik.
    2. Adanya unit unit tersebut mempunyai perbedaan perbedaan yang tajam dalam kebutuhan, tujuan, masalah, nilai, sikap, maupun gagasan.
    3. Terdapatnya interaksi di antara bagian yangmempunyi perbedaan tersebut

    Penyebab konflik yang ada :
    1. Adanya hubungan timbale balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal social dan system lama yang sudah tidak berfungsi lagi

    Analisis Pemecahan Konflik yang Ada :
    1. Dengan Melakukan tata kelola yang baik secara formal dan informal tentang beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan dari bisnis keluarga seperti komunikasi, sikap, sumber daya struktur organisasi kontens kebijakandan kontens kekuasaan agar terwujud good corporate govermance
    2. Menempatkan tenaga tenaga yang ahli yang sesuai dengan keahlian dan tingkat kopentensi

    Kajian teoritis SWOT dari konflik :
    1. Strength : Kekuasaan yang menggerakan roda alat alat produksi dengan maupun tanpa konflik kelas bukan perjuangan kelas
    2. Weakness : Faktor factor yang mempengaruhi kebijakan bisnis keluarga seperti komunikasi,sikap,sumber daya, struktur organisasi, konteks kekuasaan yang memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error,instrument error dan media error, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang merusak
    3. Opportunity : menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif serta membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi.
    4. Threath : Kekuasaan dan pengaruh modal social sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan sehingga sering memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik dan pertentangan kekuasaan.

    ReplyDelete
  61. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  62. A.A.Ngr Heri Hermawan
    13.01.1.1.184
    Eksekutif sore Semester 3
    Ujian UTS Tengah Semester

    1. Elemen dasar dari konflik organisasi yang ada adalah :
    a. Human Error (konflik fungsional) konflik yang terjadi pada level terbawah atau staf, pada konflik ini terjadi pertengkaran birokrasi dan mencari kambing hitam;
    b. Instrumen Error (konflik business) konflik yang terjadi pada level menengah atau manajer, ditandai dengan adanya politik yang picik;
    c. Media Error (konflik corporate) konflik yang terjadi pada level paling atas, ditandai dengan adanya perselisihan kekuasaan yang merusak.
    2. Penyebab konflik adalah :
    a. Hubungan timbal balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal sosial (baca: komunikasi, sumber daya, disposisi atau sikap, struktur birokrasi atau organisasi, kontens kebijakan, dan konteks kekuasaan serta sistem lama terbukti sudah kropos, tak berfungsi. Karena itu, kekuasaan mesti digeser dari kelas kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi;
    b. Sejumlah kecenderungan ekonomi dan sosial yang sangat mendasar selama beberapa dekade terakhir telah berdampak kumulatif meningkatkan kerumitan lingkungan sosial menuntut kepemimpinan yang kuat.
    3. Analisis pemecahan konflik :
    a. Mula-mula kekuasaan bisnis keluarga bertujuan formal, yakni merubah struktur organisasi, mencari akses ke lembaga-lembaga tertentu, membuat peraturan, dan akhirnya membentuk penguatan-penguatan baru yang sudah pasti bertujuan melanggengkan kekuasaan. Karena itu, selama proses kekuasaan bisnis keluarga berlangsung masalah moral, norma, etika serta perilaku terasa semakin penting;
    b. Pentingnya sistem kepercayaan yang bersifat empiris, simbol-simbol yang ekspresif serta nilai-nilai untuk menguraikan situasi di mana tindakan-tindakan organisasi berlangsung;
    c. Pentingnya menggeser konsep kepemilikan ke distribusi pendapatan sehingga mengubah perjuangan kelas menjadi konflik kelas lewat birokratisasi;
    d. Konflik tidak bisa dibiarkan terjadi begitu saja namun harus diarahkan secara benar oleh pihak manajemen di perusahaan keluarga. Pada beberapa keadaan, manajemen justru perlu menumbuhkan konflik dalam perusahaan keluarga. Para manajer di perusahaan keluarga harus mampu melihat konflik sebagai kondisi alamiah dan sebagai sesuatu yang harus dikendalikan guna mencapai perubahan yang diinginkan dalam suatu badan usaha. Kemampuan mengelola konflik secara positif mungkin merupakan kekuatan tersembunyi yang amat penting bagi bisnis keluarga yang mampu membawa perusahaan untuk berkompetisi secara global.

    4. Teoritis SWOT
    Strengths (Kekuatan) : mereka yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menjalankan alat-alat produksi baru . Meningkatkan inisiatif, inovasi, semangat kerja dan kesempurnaan kekuasaan bisnis keluarga dengan menggunakan metode studi pustaka.
    Weaknesses (Kelemahan) : terdapatnya kekurangan pada kondisi internal organisasi, akibatnya hubungan timbal balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal sosial (baca: komunikasi, sumber daya, disposisi atau sikap, struktur birokrasi atau organisasi, kontens kebijakan, dan konteks kekuasaan, serta sistem lama terbukti sudah kropos, tak berfungsi.
    Opportunities (Peluang) : peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan bukan mandeg dan menjadi tanggung jawab profesional.
    Threats (Ancaman) : faktor lingkungan luar yang mampu menghambat pergerakan organisasi, misalnya Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan yang merusak.

    ReplyDelete
  63. Pt Sri Purnami Dewi
    13.01.1.1.184
    Eksekutif sore semester 3

    1. Soal no.2 : Elemen dasar dari konflik organisasi adalah :
    Mis komunikasi pada lingkungan organisasi atau bisnis keluarga dapat menyebabkan terjadinya konflik antar staf dengan atasan, dan atasan dengan pemilik perusahaan atau organisasi.
    Sumber daya yang dimaksud disini adalah sikap, mental dan intelegensi dari sumber daya manusianya serta faktor-faktor produksi lainnya seperti : bahan baku, bahan penolong dll.
    Kesalahan dalam penempatan sumber daya manusia dan sumber daya yang lain juga akan menyebabkan konflik.
    Struktur birokrasi yang rumit dan banyak pintu akan memicu terjadinya konflik karena mempengaruhi kenyamanan pelayanan , waktu dan biaya .
    Salah dalam mengeluarkan kebijakan dan tidak sesuai dengan keadaan riil dilapangan akan memicu konflik.
    Kekuasaan yang otoriter akan terjadi tekanan mental dan fisik terhadap sumber daya manusia sehingga lambat laun akan terjadi pemberontakan terhadap kekuasaan itu sendiri.

    2. Soal no.3 : Penyebab Konflik :
    Adanya perbedaan individu antara latar belakang kebudayaan, kepentingan antara individu atau kelompok dan adanya perubahan nilai-nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat, serta adanya hubungan timbal balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal sosial.

    3. Soal no.4 : Analisis Pemecahan Konflik adalah :
    Menekan serendah mungkin hubungan saling ketergantungan yang rumit diantara berbagai kelompok orang.
    Menggunakan kekuasaan secara bertanggung jawab untuk memimpin sejumlah bawahan , atasan, rekan kerja dan orang luar menuju tercapainya sasaran yang berarti.
    Menghindari hubungan timbal- balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal social.
    Pembagian kue atau keuntungan dan kerugian yang fair dari pemilik agar organisasi bergerak kekondisi social ekonomi yang lebih baik.
    Mengganti system lama menjadi system kekuasaan dari kelas kepemilikan ketangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi.

    4. Soal no.5 : Kajian SWOT :
    1. Faktor Internal
    - Kekuatan : Meningkatnya inisiatif, inovasi, semangat kerja dan kesempurnaan kekuasaan.
    - Kelemahan : Timbulnya kesenjangan kewenangan yang dapat memicu pertengkaran birokrasi, politik dan pertentangan kekuasaan.
    2. Faktor Eksternal
    - Peluang : Terciptanya hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan kerja untuk organisasi.
    - Tantangan : Cenderung menghasilkan konflik yang buruk menjadi politik picik, perselisihan birokrasi dan pertentangan kekuasaan.
    3. Alternatif Strategi :
    - Mengontrol kekuasaan sebagai penggerak organisasi dalam memproduksi / memberi kontribusi (dalam arti tanpa ada kesenjangan dengan kewenangan dengan yang lainnya).
    - Menghindari konflik yang berkepanjangan.
    - Menambah administrator dan sumber daya yang ahli.
    - Membuka komunikasi, koordinasi yang terbuka dalam organisasi.

    4. Soal no.5 : Strategi retrukturisasi konflik :
    Menggunakan kekuasaan secara bertanggung jawab untuk memimpin sejumlah bawahan, atasan, rekan kerja, dan orang luar menuju tercapainya sasaran yang berarti.
    Menghindari hubungan timbal balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal social.
    Pembagian keuntungan dan kerugian yang terukur dari pemilik agar organisasi bergerak kekondisi social ekonomi yang lebih jelas.
    Mengganti system lama ke system baru yaitu ke system kekuasaan dari kelas kepemilikan ketangan distribusi pendapatan lewat birokrasi.

    Menggeser kekuasaan dari kelas kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokrasi dengan strategi meningkatkan produktifitas, sumber daya, komunikasi, koordinasi dan pembagian yang merata dari pemilik organisasi agar dapat bergerak ke sosial ekonomis yang lebih baik serta kekuasaan yang dapat menggerakkan roda alat-alat produksi dengan konflik maupun tanpa konflik dengan cara yang bijak sesuai dengan aturan organiasi itu sendiri.

    ReplyDelete
  64. nama : yullia trisna yanti
    nim : 13.01.1.1.129
    Reg Sore / Smtr 3
    Manajemen Strategi

    Jawaban :
    * elemen dasar dari konflik organisasi yang ada adalah
    a. Terdapatnya dua atau lebih unit-unit atau bagian-bagian yang terlibat di dalam konflik.
    b. Unit-unit tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan-
    kebutuhan, tujuan-tujuan, masalah-masalah, nilai-nilai, sikap-sikap, maupun gagasan-
    gagsan.
    c. Terdapatnya interaksi di antara bagian-bagian yang mempunyai perbedaan-perbedaan
    tersebut.

    * Penyebab konflik yang ditemukan adalah
    Kurang pahamnya tentang pelaksanaan dan tanggung jawab sosial dalam mengubah kekuasaan bisnis keluarga dari kelas kepemilikan ke distribusi seperti komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, dll

    * Analisis Pemecahan Konflik
    Esensi mengelola kekuasaan bisnis keluarga adalah policy bukan aset. Gampangnya logika kekuasaan bukan keadaan yang hanya diukur dengan pasar, namun lebih kepada:
    1. pentingnya sistem kepercayaan yang bersifat empiris, simbol-simbol yang ekspresif serta nilai-nilai untuk menguraikan situasi di mana tindakan-tindakan organisasi berlangsung; dan mengelola kekuasaan itu menjadi sesuatu yang mampu mengarahkan nilai benar atau salah secara mendasar;
    2. pentingnya menggeser konsep kepemilikan ke distribusi pendapatan sehingga mengubah perjuangan kelas menjadi konflik kelas lewat birokratisasi, melalui pendekatan penempatan tenaga – tenaga ahli sesuai dengan tingkat kompetensinya

    * Teoritis SWOT
    -Strenghts: Kekuasaan kepemilikan yang dominan dapat menggerakkan roda alat-alat produksi dengan maupun tanpa konflik kelas bukan perjuangan kelas.
    -Weakness: Faktor-faktor yang memengaruhi kebijakan dari bisnis keluarga seperti komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error, sering kali dapat memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang dapat merusak suatu organisasi.
    -Opportunity: Transformasi kekuasaan bisnis keluarga dari kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi dapat menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi.
    -Threats : Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan sehingga sering memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. UTS MANAJEMEN STRATEGI
      Nama : Ketut Sumitri
      Nim : 13.01.1.1.141
      Jurusan : Manajemen
      Regular sore/Semester 3

      1. Elemen dasar dari konflik organisasi yang ada adalah :

      a. Human Error (konflik fungsional) konflik yang terjadi pada level terbawah atau staf, pada konflik ini terjadi pertengkaran birokrasi dan mencari kambing hitam;
      b. Instrumen Error (konflik business) konflik yang terjadi pada level menengah atau manajer, ditandai dengan adanya politik yang picik;
      c. Media Error (konflik corporate) konflik yang terjadi pada level paling atas, ditandai dengan adanya perselisihan kekuasaan yang merusak.

      2. Penyebab konflik adalah :

      a. Hubungan timbal balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal sosial (baca: komunikasi, sumber daya, disposisi atau sikap, struktur birokrasi atau organisasi, kontens kebijakan, dan konteks kekuasaan serta sistem lama terbukti sudah kropos, tak berfungsi. Karena itu, kekuasaan mesti digeser dari kelas kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi;
      b. Sejumlah kecenderungan ekonomi dan sosial yang sangat mendasar selama beberapa dekade terakhir telah berdampak kumulatif meningkatkan kerumitan lingkungan sosial menuntut kepemimpinan yang kuat.

      3. Analisis pemecahan konflik :

      a. Mula-mula kekuasaan bisnis keluarga bertujuan formal, yakni merubah struktur organisasi, mencari akses ke lembaga-lembaga tertentu, membuat peraturan, dan akhirnya membentuk penguatan-penguatan baru yang sudah pasti bertujuan melanggengkan kekuasaan. Karena itu, selama proses kekuasaan bisnis keluarga berlangsung masalah moral, norma, etika serta perilaku terasa semakin penting;
      b. Pentingnya sistem kepercayaan yang bersifat empiris, simbol-simbol yang ekspresif serta nilai-nilai untuk menguraikan situasi di mana tindakan-tindakan organisasi berlangsung;
      c. Pentingnya menggeser konsep kepemilikan ke distribusi pendapatan sehingga mengubah perjuangan kelas menjadi konflik kelas lewat birokratisasi;
      d. Konflik tidak bisa dibiarkan terjadi begitu saja namun harus diarahkan secara benar oleh pihak manajemen di perusahaan keluarga. Pada beberapa keadaan, manajemen justru perlu menumbuhkan konflik dalam perusahaan keluarga. Para manajer di perusahaan keluarga harus mampu melihat konflik sebagai kondisi alamiah dan sebagai sesuatu yang harus dikendalikan guna mencapai perubahan yang diinginkan dalam suatu badan usaha. Kemampuan mengelola konflik secara positif mungkin merupakan kekuatan tersembunyi yang amat penting bagi bisnis keluarga yang mampu membawa perusahaan untuk berkompetisi secara global.

      4. Teoritis SWOT

      1. Strengths (Kekuatan) : mereka yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menjalankan alat-alat produksi baru . Meningkatkan inisiatif, inovasi, semangat kerja dan kesempurnaan kekuasaan bisnis keluarga dengan menggunakan metode studi pustaka.
      2. Weaknesses (Kelemahan) : terdapatnya kekurangan pada kondisi internal organisasi, akibatnya hubungan timbal balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal sosial (baca: komunikasi, sumber daya, disposisi atau sikap, struktur birokrasi atau organisasi, kontens kebijakan, dan konteks kekuasaan, serta sistem lama terbukti sudah kropos, tak berfungsi.
      3. Opportunities (Peluang) : peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan bukan mandeg dan menjadi tanggung jawab profesional.
      4. Threats (Ancaman) : faktor lingkungan luar yang mampu menghambat pergerakan organisasi, misalnya Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan yang merusak.

      Strategi Restrukturisasi

      Transformasi kekuasaan ke birokratisasi yang memadai dan kompatibel masih diduga dan mungkin bisa menyelesaikan pertentangan organisasi dan keluar dari proses pembusukan birokrasi, politik dan kekuasaan;

      Delete
  65. nama :muhammad rizki
    nim : 13.01.1.1.136
    Reg Sore / Smtr 3
    "Manajemen Strategi"

    1) Elemen dasar dari konflik organisasi adalah :
    Mis komunikasi pada lingkungan organisasi atau bisnis keluarga dapat menyebabkan terjadinya konflik antar staf dengan atasan, dan atasan dengan pemilik perusahaan atau organisasi.
    Sumber daya yang dimaksud disini adalah sikap, mental dan intelegensi dari sumber daya manusianya serta faktor-faktor produksi lainnya seperti : bahan baku, bahan penolong dll.
    Kesalahan dalam penempatan sumber daya manusia dan sumber daya yang lain juga akan menyebabkan konflik.
    Struktur birokrasi yang rumit dan banyak pintu akan memicu terjadinya konflik karena mempengaruhi kenyamanan pelayanan , waktu dan biaya .
    Salah dalam mengeluarkan kebijakan dan tidak sesuai dengan keadaan riil dilapangan akan memicu konflik.
    Kekuasaan yang otoriter akan terjadi tekanan mental dan fisik terhadap sumber daya manusia sehingga lambat laun akan terjadi pemberontakan terhadap kekuasaan itu sendiri.

    2)Penyebab konflik yang ada:
    Kurang pahamnya tentang pelaksanaan dan tanggung jawab sosial dalam mengubah kekuasaan bisnis keluarga dari kelas kepemilikan ke distribusi pedapatan lewat birokratisasi.

    3) Pemecahan KONFLIK tersebut Bisa dengan.
    * Merubah struktur organisasi, mencari akses ke lembaga-lembaga tertentu, membuat peraturan, dan akhirnya membentuk penguatan-penguatan baru yang sudah pasti bertujuan melanggengkan kekuasaan.
    * Menempatkan tenaga-tenaga yang ahli yang sesuai dengan keahlian dan tingkat kompetensinya.
    * Pembagian kue yang fair dari pemilik agar organisasi bergerak ke kondisi sosial ekonomis yang lebih baik
    * Pentingnya sistem kepercayaan yang bersifat empiris, simbol-simbol yang ekspresif serta nilai-nilai untuk menguraikan situasi di mana tindakan-tindakan organisasi berlangsung.
    * Pentingnya menggeser konsep kepemilikan ke distribusi pendapatan sehingga mengubah perjuangan kelas menjadi konflik kelas lewat birokratisasi.

    4) Kajian teoritis SWOT dari konflik :
    a. Strength : Kekuasaan yang menggerakan roda alat alat produksi dengan maupun tanpa konflik kelas bukan perjuangan kelas
    b. Weakness : Faktor factor yang mempengaruhi kebijakan bisnis keluarga seperti komunikasi,sikap,sumber daya, struktur organisasi, konteks kekuasaan yang memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error,instrument error dan media error, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang merusak
    3. Opportunity : menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif serta membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi.
    4. Threath : Kekuasaan dan pengaruh modal social sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan sehingga sering memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik dan pertentangan kekuasaan.
    Reply

    ReplyDelete
    Replies
    1. NAMA :MISBAKHUL GUFRON
      NIM : 13.01.1.1.130
      KELAS : REG. SORE / SEMESTER III

      Elemen dasar dari konflik organisasi adalah :
      a. Human Error
      Penyebab konflik yang sering terjadi pada Low Level. Secara umum human error ini terjadi dalam bentuk pertengkaran birokrasi pada suatu Organisasi tersebut.
      b. Instrument Error
      Konflik yang terjadi pada tingkatan Medium lavel dari suatu Organisasi
      c. Media Error
      Penyebab Konflik yang berada pada tingkat High Level. Pertentangan Kekuasaan biasanya melalui media cetak ataupun media lainnya ( Perang Media ) dimana nantinya dapat merusak organisasi tersebut.

      Penyebab konflik yang ada:
      Adanya Hubungan timbal balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal sosial, dan sistem lama yang sudah kropos dan tidak berfungsi lagi

      Analisis Pemecahan Konflik adalah :
      Menekan serendah mungkin hubungan saling ketergantungan yang rumit diantara berbagai kelompok orang.
      Menggunakan kekuasaan secara bertanggung jawab untuk memimpin sejumlah bawahan , atasan, rekan kerja dan orang luar menuju tercapainya sasaran yang berarti.
      Menghindari hubungan timbal- balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal social.
      Pembagian kue atau keuntungan dan kerugian yang fair dari pemilik agar organisasi bergerak kekondisi social ekonomi yang lebih baik.
      Mengganti system lama menjadi system kekuasaan dari kelas kepemilikan ketangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi.

      SWOT, Strategi Restrukturisasi berbasis teoritis konflik yang ada :
      a. Strenghts ( Kekuatan )
      Kekuasaan kepemilikan yang dominan dapat menggerakkan roda alat-alat produksi dengan maupun tanpa konflik kelas bukan perjuangan kelas.
      b. Weakness ( Kelemahan )
      Komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error, sering kali dapat memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang dapat merusak suatu organisasi.
      c. Opportunity ( Peluang )
      Transformasi kekuasaan bisnis keluarga dari kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi dapat menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi.
      d. Threats ( Ancaman )
      Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan sehingga sering memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan.

      Strategi Restrukturisasi dilakukan dengan :
      Menggeser konsep kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi untuk mewujudkan clean governance lewat kertas kerja bukan ruang suka dan tidak suka dan menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi.

      Delete
  66. Nama : Naomi Andira
    NIM:130111155
    Kelas: Reguler Sore Sem III

    Elemen dasar dari konflik organisasi adalah:
    1. Human Error, yaitu penyebab konflik yang sering terjadi pada level organisasi yang paling bawah (fungsional). Secara umum human error ini terjadi dalam bentuk Pertengkaran Birokrasi di organisasi tsb.
    2. bahwa peningkatan keragaman dan saling ketergantungan diantara pelaku organisasi telah mengubah banyak pekerjaan hasil individual dan pekerjaan manajemen menjadi pekerjaan yang menuntut kepemimpinan yang kuat, yaitu pekerjaan yang mengharuskan pemegang pekerjaan itu membuat berbagai hal terlaksana melalui orang-orang lain, tetapi ia tidak memiliki kendali atas orang-orang tersebut, sehingga dalam pengelolaan manajemen sering terjadi kecurangan atau kurang harmonisan diantara pelaku organisasi itu sendiri;
    3. Media Error, yaitu penyebab konflik yang berada pada tingkat paling atas. Ditandai dengan terjadinya Pertentangan Kekuasaan yang nantinya dapat merusak organisasi tsb. Ketiganya merupakan bagian penting dari tata kelola kekuasaan yang dihadapkan dengan semakin rumitnya lingkungan sosial.
    4. Instrument Error, yaitu penyebab konflik yang terjadi pada level menengah dari suatu organisasi dan umumnya hal ini berbentuk Politik yang Picik.
    Penyebab konflik yang ada:
    1. Adanya Hubungan timbal balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal sosial, dan sistem lama yang sudah kropos dan tidak berfungsi lagi
    Penyelesaian konflik tersebut adalah kekuasaan mesti digeser dari kelas kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi.
    SWOT, Strategi Restrukturisasi berbasis teoritis konflik yang ada.
    1. Strenghts ( Kekuatan ).Kekuasaan kepemilikan yang dominan dapat menggerakkan roda alat-alat produksi dengan maupun tanpa konflik kelas bukan perjuangan kelas.

    2. Weakness ( Kelemahan ).Komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error, sering kali dapat memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang dapat merusak suatu organisasi.

    3. Opportunity ( Peluang ).Transformasi kekuasaan bisnis keluarga dari kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi dapat menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi.

    4. Threats ( Ancaman ).Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan sehingga sering memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan.
    Strategi Restrukturisasi dilakukan dengan :
    Menggeser konsep Kekuasaan Bisnis Keluarga dari kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi untuk mewujudkan Corporate Good Governance (CGG) . Serta dengan mentranformasikannya ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan dengan baik dan menjadi tanggung jawab professional

    ReplyDelete
  67. Konflik merupakan kondisi yang terjadi ketika dua pihak atau lebih menganggap ada perbedaan posisi yang tidak selaras, tidak cukup sumber dan tindakan salahsatu pihak menghalangi, atau mencampuri atau dalam beberapa hal membuat tujuan pihak lain kurang berhasil. Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. Sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik
    . PENGERTIAN KONFLIK Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik dilatar belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. Sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik. Beberapa pengertian konflik menurut para ahli yakni sebagai berikut: 1. Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan. 2. Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik.

    ReplyDelete
  68. STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK Pendekatan penyelesaian konflik oleh pemimpin dikategorikan dalam dua dimensi ialah kerjasama/ tidak kerjasama dan tegas/ tidak tegas. Dengan menggunakan kedua macam dimensi tersebut ada 5 macam pendekatan penyelesaian konflik ialah : 1. Kompetisi Penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau mengorbankan yang lain. Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan istilah win-lose orientation. 2. Akomodasi Penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang memberikan keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses tersebut adalah taktik perdamaian. 3. Sharing Suatu pendekatan penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok dan kelompok damai. Satu pihak memberi dan yang lain menerima sesuatu. Kedua kelompok berpikiran moderat, tidak lengkap, tetapi memuaskan. 4. Kolaborasi Bentuk usaha penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak.

    ReplyDelete
  69. Nama : Putu Umi Nirmala Sari
    NIM : 13.01.1.116
    Jurusan : Manajemen Semester 3 Reg.Pagi

    1. Organisasi merupakan kumpulan dari beberapa orang bahwa kelompok semua orang atau kelompok dalam sebuah organisasi sudah pasti memiliki tujuan dan pandangan masing-masing dari kerjanya dalam organisasi. Mereka bersaing untuk mencapai kepentingannya masing-masing dalam organisasi tersebut. Hal ini juga ditandai dengan perbedaan yang ada mengenai segala macam sifat daam anggota organisasi.
    Perbedaan-perbedaan yang ada akan menimbulkan perselisihan paham antara para anggota organisasi. Perselisihan paham ini dinamakan konflik. Konflik ini bisa muncul secara terus menerus apabila manajer dalam organisasi tersebut tidak bisa menciptakan situasi sepaham dalam semua anggota organisasi. Konflik tidak dapat dihindari dalam suatu organisasi karena disebabkan oleh perbedaan-perbedaan yang datangnya dari dalam sifat manusia. Sifat manusia ini bukanlah hal yang dengan mudah bisa diubah.
    Munculnya konflik dalam sebuah organisasi tidak selalu bersifat negatif. Konflik bisa dijadikan alasan untuk mengadakan perubahan dalam keorganisasian. Perubahan ini dapat terjadi apabila manajer mengadakan evaluasi terhadap perbedaan pandangan antar elemen-elemen organisasi. Evaluasi ini bisa menimbulkan berbagai kesimpulan dan ditemukannya cara-cara baru untuk memecahkan masalah-masalah yang timbul akibat dari konflik yang terjadi. Penemuan cara-cara baru ini dapat memperbaiki pengambilan keputusan. Apabila konflik yang ada bisa dikembangkan menjadi hal tadi maka munculnya konflik bisa berdampak positif terhadap organisasi.
    Akan tetapi, apabila munculnya konflik menyebabkan adanya diskusi-diskusi panjang tanpa menemukan kata sepakat antara para anggota organisasi dan tidak adanya prioritas-prioritas keorganisasian maka konflik berdampak negatif terhadap organisasi. Hal ini bisa menyebabkan organisasi dalam keadaan terpuruk dan penghambatan dalam pengambilan keputusan aktual. Oleh karena itu dalam suatu organisasi harusnya tidak memiliki perbedaan persepsi, perbedaan cara merealisasikan tujuan, perbedaan kepentingan, suatu pihak melakukan sabotase terhadap yang lain serta sumber-sumber yang terbatas adanya. Sebagai kita mengetahui bahwa setiap makhluk memiliki sikap dan pikiran yang berbeda atau anti-konflik. Amupun seperti itu dari semua konflik yang terjadi akan menghasilkan suatu keputusan yang diinginkan.
    Oleh karena hal-hal yang diatas, solusi awalnya itu setiap organisasi harus memiliki manajer yang terampil dan profesional.

    ReplyDelete
  70. Desak putu Ryapratiwi
    13.01.1.1.143
    Reguler Sore / III

    1. Elemen dasar dari konfik organisasi :
    a. Konflik Fungsional (Human Error) yaitu Konflik yang terjadi dalam bentuk Pertengkaran Birokrasi di organisasi.
    b. Konflik Business (instrument error ) yaitu konflik yang terjadi pada level menengah.
    c. Media Error yaitu konflik yang terjadi pada level paling atas, ditandai dengan adanya perselisihan kekuasaan yang merusak.
    2. Penyebab Konflik yang ada :
    Lingkungan bisnis keluarga cenderung menghasilkan konflik yang bersifat merusak tatanan organisasi adalah hubungan timbal balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal sosial. adanya perbedaan pandangan yang memengaruhi kebijakan bisnis keluarga.
    3. Pemecahan Konflik :
    Kekuasaan mesti digeser dari kelas kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi, kepercayaan, melihat konflik sebagai kondisi alamiah dan sebagai sesuatu yang harus dikendalikan guna mencapai perubahan yang diinginkan dalam suatu badan usaha.

    4. SWOT
    a. Kekuatan:
    kekuatan terletak pada kekuasaan-lah yang menggerakkan roda alat-alat produksi dengan maupun tanpa konflik kelas bukan perjuangan kelas. Meningkatkan inisiatif, inovasi, semangat kerja dan kesempurnaan kekuasaan bisnis keluarga dengan menggunakan metode studi pustaka.

    b. Kelemahan :
    terdapatnya kekurangan pada kondisi internal organisasi, akibatnya hubungan timbal balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal sosial.

    c. Peluang :
    Transformasi kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi bukan bermaksud merampas kekuasaan pemilik, namun ingin menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi.



    d. Ancaman:
    Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi.

    Strategi Restrukturisasi berbasis teoritis konflik.
    adanya penggeseran konsep kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi yang merupakan salah satu dari beberapa konsep CGG Corporate Good Governance mampu menyelesaikan konflik yang timbul dari sistem sebelumnya.

    ReplyDelete
  71. Nama : Komang Ovi Erny Sintiana
    Nim : 13011103
    Jurusan : Reg Pagi / Manajemen / 3
    1. Elemen dasar dari konflik organisasi
    a. Human Error yaitu penyebab konflik yang sering terjadi pada level organisasi yang paling bawah, terjadi akibat kesalahan dalam pekerjaan disebabkan oleh ketidak sesuaian atas pencapaian dengan apa yang diharapkan, sehingga pada kenyataannya menimbulkan pertengkaran birokrasi
    b. Instrument Error, situasi konflik yang seperti ini biasanya terjadi pada level menengah dari suatu organisasi dan umumnya hal ini berbentuk Politik yang Picik
    c. Media Error yaitu penyebab konflik yang berada pada tingkat paling atas. Konflik yang muncul yaitu terjadinya Pertentangan ekuasaan yang dapat merusak suatu organisasi
    2. Penyebab konflik yang ada yaitu kekuasaan bisnis keluarga sering kali berpengaruh terhadap tugas dan wewenang terutama pengambilan kebijakan. Kebijakan bisnis keluarga yang dimaksud seperti komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal maupun non formal terhadap human error, instrument error dan media error yang sering kali dapat memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang merusak tatanan organisasi..
    3. Analisis pemecahan konflik yang ada yaitu dengan melaksanakan pergeseran kekuasaan bisnis keluarga dari kelas kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi. Dirokratisasi bukan dimaksudkan untuk menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi, sehingga organisasi dapat bergerak ke kondisi sosial ekonomis yang lebih baik dan profesional dalam pekerjaan, seta tata kelola yang baik yang menyangkut tentang beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan seperti komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal agar terwujudnya Good Corporate Governance
    4. Kajian secara teoritis SWOT, Strategi Restrukturisasi berbasis teoritis konflik yang ada.
    a. Strenghts: kekuasaan bisnis keluarga untuk meningkatkan sekala bisnis, namun lebih kepada policy/kebijakan yang mencangkup otimalisasi produktivitas dan pembagian kerja atas kompleksitas alat-alat produksi, yang membutuhkan keahlian organisasi dan pengetahuan teknis yang lebih baik dan lebih bernilai tambah.
    b. Weakness: Sering terjadi perbedaan kepentingan bisnis dan keluarga yang sarat akan konflik, konflik ini akan memicu keretakan yang akan berimbas pada keberlangsungan bisnis, serta faktor-faktor yang memengaruhi kebijakan bisnis keluarga seperti komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error, kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang merusak tatanan organisasi.
    c. Opportunity: Pergeseran kekuasaan bisnis keluarga dari kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi dapat menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsive. Karenanya peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan dan menjadi tanggung jawab profesional.
    d. Threats: Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan sehingga sering memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan.
    Strategi Restrukturisasi dilakukan dengan menggeser konsep kekuasaan bisnis keluarga dari kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi untuk mewujudkan Corporate Good Governance, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan dengan baik dan menjadi tanggung jawab profesional.

    ReplyDelete
  72. nama: ketut adi wiranata
    nim: 13.01.1.098
    jurusan: manajemen
    reguler: pagi
    semester: 3
    Strategi Restrukturisasi dilakukan dengan :
    Menggeser konsep Kekuasaan Bisnis Keluarga dari kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi untuk mewujudkan Corporate Good Governance (CGG) . Serta dengan mentranformasikannya ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan dengan baik dan menjadi tanggung jawab professional.
    PENGERTIAN KONFLIK Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik tidak dapat dihindari dalam suatu organisasi karena disebabkan oleh perbedaan-perbedaan yang datangnya dari dalam sifat manusia. Sifat manusia ini bukanlah hal yang dengan mudah bisa diubah.


    ReplyDelete
  73. putu sanista herdiani
    13.01.1.104
    manajemen reguler pagi ( smstr 3 )

    Konflik timbul karena merasa kepemilikkannya diambil oleh orang lain.
    Transformasi Kepemilikan ke Tangan Distribusi Pendapatan
    Lewat Birokratisasi ada 3 yaitu
    1. Fungsional (Human Error), yaitu penyebab konflik yang sering terjadi pada level organisasi yang paling bawah Secara umum human error ini terjadi dalam bentuk Pertengkaran Birokrasi di organisasi. Dimana dalam konflik ini akan selalu mencari kambing hitam untuk menyembunyikan kesalahannya.
    2. Instrument Error, yaitu penyebab konflik yang terjadi pada level menengah dari suatu organisasi dan umumnya hal ini berbentuk Politik yang Picik.
    3. Media Error, yaitu penyebab konflik yang berada pada tingkat paling atas. Ditandai dengan terjadinya Pertentangan Kekuasaan yang nantinya dapat merusak organisasi tersebut. Dimana hal ini terjadi karena media yang menjadi sebabnya akan tetapi pada kenyataanya tidak seperti yang ada dimedia tersebut.
    Cara memecahkan konflik tersebut yaitu : dengan cara membuat struktur organisasi yang baru dan memilih anggota atau perangkat organisasi dengan cara menempatkannya pada kemampuan yang dimilikinya dan memberikan kepercayaan terhadap tugas yang diberikan supaya selesaii dengan baik tanpa adanya konflik.

    ReplyDelete
  74. Nama : I Putu Yudi Herdiyana
    Nim : 13 01 1 105
    Jurusan : Manajemen
    Semester : 3

    Strategi Restrukturisasi dilakukan dengan : Menggeser konsep Kekuasaan Bisnis Keluarga dari kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi untuk mewujudkan Corporate Good Governance (CGG) . Serta dengan mentranformasikannya ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan dengan baik dan menjadi tanggung jawab professional.Transformasi kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi bukan bermaksud merampas kekuasaan pemilik, namun ingin menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi, John P. Kotter (1997). Dengan kata lain, tata kelola human error, instrument error maupun media error merupakan bagian penting dari tata kelola kekuasaan yang dihadapkan dengan semakin rumitnya lingkungan sosial. Oleh karena itu, transformasi kekuasaan ke birokratisasi yang memadai dan kompatibel masih diduga dan mungkin (baca: perlu diteliti lebih lanjut) bisa menyelesaikan pertentangan organisasi dan keluar dari proses pembusukan birokrasi, politik dan kekuasaan.
    Sekecil apapun ancaman yang ada, selaku pemimpin organisasi semestinya tidak mengabaikan begitu saja, namun harus mempersiapkan sedini mungkin untuk menanggulangi ancaman itu. Bahwa seorang pemimpin harus bisa mengelola setiap ancaman untuk menjadikan arah organisasi lebih ke arah yang lebih baik
    Misalnya : ancaman mogok makan dari karyawan, tidak mesti karyawan itu harus dikeluarkan tetapi mestinya justru harus diberikan solusi dalam menyelesaikan masalah kenapa harus karyawan itu mogok, sehingga hasil akhir yang diharapkan adalah adanya perbaikan mutu kerja dari tindakan karyawan itu sendiri yang nantinya bisa mempengaruhi tingkat produktivitas kerja yang lebih maksimal.
    Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan sehingga sering memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik dan pertentangan kekasaan
    Strategi Restrukturisasi di lakukan dengan :
    Menggeser konsep kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi merupakan satu dari beberapa konsep Corporate Good Governance (CGG).
    Karenanya peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan bukan mandeg dan menjadi tanggung jawab kita semua serta Transformasi kepemilikan ke birokratisasi merupakan sarana penilai sekaligus sarana penghukum yang kompatibel yang bersifat professional
    Reply

    ReplyDelete
  75. NAMA : DEWA KETUT SATRIAWAN
    NIM : 13.01.1.095
    KELAS : SEMESTER III

    Elemen dasar dari konflik organisasi adalah :
    1. Human Error
    Penyebab konflik yang sering terjadi pada Low Level. Secara umum human error ini terjadi dalam bentuk pertengkaran birokrasi pada suatu Organisasi tersebut.

    2. Instrument Error
    Konflik yang terjadi pada tingkatan Medium lavel dari suatu Organisasi

    3. Media Error
    Penyebab Konflik yang berada pada tingkat High Level. Pertentangan Kekuasaan biasanya melalui media cetak ataupun media lainnya ( Perang Media ) dimana nantinya dapat merusak organisasi tersebut.

    Penyebab konflik yang ada:
    Adanya Hubungan timbal balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal sosial, dan sistem lama yang sudah kropos dan tidak berfungsi lagi

    Analisis pemecahan konflik yang ada:
    1. Pembagian kue yang fair dari pemilik agar organisasi bergerak ke kondisi sosial ekonomis yang lebih baik.

    2. Komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal.

    SWOT, Strategi Restrukturisasi berbasis teoritis konflik yang ada.
    1. Strenghts ( Kekuatan )
    Kekuasaan kepemilikan yang dominan dapat menggerakkan roda alat-alat produksi dengan maupun tanpa konflik kelas bukan perjuangan kelas.

    2. Weakness ( Kelemahan )
    Komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error, sering kali dapat memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang dapat merusak suatu organisasi.

    3. Opportunity ( Peluang )
    Transformasi kekuasaan bisnis keluarga dari kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi dapat menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi.

    4. Threats ( Ancaman )
    Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan sehingga sering memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan.


    Strategi Restrukturisasi dilakukan dengan :
    Menggeser konsep kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi untuk mewujudkan clean governance lewat kertas kerja bukan ruang suka dan tidak suka dan menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi.

    ReplyDelete
  76. Nama:: Luh Yulita Indrayani
    Nim:: 13.01.1.107
    Jurs:: Manj. Reg Pagi

    Konflik dapat berupa perselisihan adanya ketegangan atau munculnya kesulitan lain di antara dua pihak atau lebih. Konflik sering menimbulkan sikap oposisi antara kedua belah pihak, sampai ke tahap di mana pihak yang terlibat memandang satu sama lain sebagai penghalang dan pengganggu tercapainya kebutuhan dan tujuan masing-masing. Situasi yang terjadi ketika ada perbedaan pendapat atau perbedaan cara pandang diantara beberapa orang, kelompok atau organisasi.
     FAKTOR PENYEBAB KONFLIK

    1. Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
    2. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
    3. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
    4. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat..

     STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK
    1. Menghindar
    Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah yang memicu konflik tidak terlalu penting atau jika potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang akan ditimbulkannya. Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak yang berkonfrontasi untuk menenangkan diri. Manajer perawat yang terlibat didalam konflik dapat menepiskan isu dengan mengatakan “Biarlah kedua pihak mengambil waktu untuk memikirkan hal ini dan menentukan tanggal untuk melakukan diskusi”

    2. Mengakomodasi
    Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan masalah, khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan. Perawat yang menjadi bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan pihak lain dengan menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama.

    3. Kompetisi
    Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih banyak informasi dan keahlian yang lebih dibanding yang lainnya atau ketika anda tidak ingin mengkompromikan nilai-nilai anda. Metode ini mungkin bisa memicu konflik tetapi bisa jadi merupakan metode yang penting untuk alasan-alasan keamanan.

    4. Kompromi atau Negosiasi
    Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan, saling memberi dan menerima, serta meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.

    5. Memecahkan Masalah atau Kolaborasi
    Pemecahan sama-sama menang dimana individu yang terlibat mempunyai tujuan kerja yang sama. Perlu adanya satu komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk saling mendukung dan saling memperhatikan satu sama lainnya.

    ReplyDelete
  77. Nama : Wayan Hengky Marta Anggriawan
    Nim : 13.01.1.092
    Jurusan : Reg Pagi / Manajemen / 3
    Elemen dasar dari konflik organisasi yaitu Konflik bisa muncul secara terus menerus apabila di dalam bisnis keluarga tersebut tidak bisa menciptakan situasi sepaham dalam semua anggota organisasi. Konflik tidak dapat dihindari dalam suatu organisasi karena disebabkan oleh perbedaan-perbedaan yang datangnya dari dalam sifat manusia. Lewat Birokratisasi ada 3 yaitu 1. Fungsional (Human Error), yaitu penyebab konflik yang sering terjadi pada level organisasi yang paling bawah Secara umum human error ini terjadi dalam bentuk Pertengkaran Birokrasi di organisasi. Dimana dalam konflik ini akan selalu mencari kambing hitam untuk menyembunyikan kesalahannya.2. Instrument Error, yaitu penyebab konflik yang terjadi pada level menengah dari suatu organisasi dan umumnya hal ini berbentuk Politik yang Picik.3. Media Error, yaitu penyebab konflik yang berada pada tingkat paling atas. Ditandai dengan terjadinya Pertentangan Kekuasaan yang nantinya dapat merusak organisasi tersebut.Penyebab konflik yang ada yaitu Perubahan dalam bisnis keluarga,sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Analisis pemecahan konflik yang ada yaitu dengan melaksanakan pergeseran kekuasaan bisnis keluarga dari kelas kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi. Dirokratisasi bukan dimaksudkan untuk menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi. Kajian secara teoritis SWOT yaitu : a. Strengths (Kekuatan) : mereka yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menjalankan alat-alat produksi baru . Meningkatkan inisiatif, inovasi, semangat kerja dan kesempurnaan kekuasaan bisnis keluarga dengan menggunakan metode studi pustaka. b. Weaknesses (Kelemahan) : terdapatnya kekurangan pada kondisi internal organisasi, akibatnya hubungan timbal balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal sosial (baca: komunikasi, sumber daya, disposisi atau sikap, struktur birokrasi atau organisasi, kontens kebijakan, dan konteks kekuasaan, serta sistem lama terbukti sudah kropos, tak berfungsi. C.Opportunity ( Peluang )
    Transformasi kekuasaan bisnis keluarga dari kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi dapat menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi.
    d. Threats ( Ancaman )Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan sehingga sering memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan.

    ReplyDelete
  78. Nama : Kadek Meliana Windawati
    Jurusan : manajemen (III)
    NO :13.01.1.091
    Didalam suatu perusahaan karyawan merupakaan aset penting dimana dialah yang membantu dan menjalankan usaha, hal yang paling penting bagi kesejahteraan perusahaan adalah produktivitas, identitas, pembagian kerja. Dalam artikel yang telah diberikan penyebab terjadinya konflik tidak lain adalah hal yang lazim timbul atau terjadi di dalam organisasi. Yang mengubah perjuangan kelas menjadi konflik kelas pada bisnis kluarga adalah transformasi kensep kepemimpinan ke distribusi pendapatan lewat borokratisasi dimana hal yang dititik bebankan adalah kekuasaan yang cendrung menggerakkan sistrm organisasi. Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan yang merusak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Karenanya peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi ke wadah kekuasaan yang lain. Seharusnya harus ada pengertian bahwa perusahaan perusahaan besar menjadi lebih sulit dikendalikan meskipun ukuran dapat meningkatkan efesiensi dengan menyebar biaya biaya tetap ke unit unit yang lebih banyak hal ini juga dapat menimbulkan kesulitan kesulitan administratif yang menghalangi kinerja secara efisien. Satu istilah baru dalam kosakata bisnis yang harus diingat adalah small is beauty.kasus ini dapat disandingkan dan di baurkan dengan kasus yang ada di artikel sebab, tanpa adanya campur tangan pihak lain atau metode lain seharusnya perusahaan mampu bergerak dengan metodenya sendiri. Birokratisasi akan meningkatkan efesiensi hamun menurunkan kemampuan sebuah perusahaan untuk berinovasi. Pemecahan dari konflik yang terjadi seharusnya dapat terjadi dengan mengubah tatanan kekuasaan sebab pada dasarnya adalah mempertahankan kekuasaannya di satu pihak, dan mengeliminir ancaman yang bisa menghancurkan di lain pihak, apapun caranya. Logika ini sudah menjadi dalil pokok setiap orde yang berkuasa sebab hal ini dapat memechkan masalh yg terjadi pada bisnis ini.kekuasaan-lah yang menggerakkan roda alat-alat produksi dengan maupun tanpa konflik kelas bukan perjuangan kelas. Jadi konflik kelas dalam konteks kekuasaan pada bisnis keluarga merupakan kemungkinan konflik yang sengaja dilakukan secara sadar guna kelanggengan kekuasaan pemilik. Pemimpin bisa merubah tatanan ini,Para manajer juga harus bisa menjadikan konflik di dalam organisasi ini yang sudah terlanjur muncul menjadi berdampak positif pada organisasi dan karyawan. Sehingga pada akhirnya tercapainya tujuan-tujuan organisasi menjadi prioritas.Jadi konflik itu hanya berawal jika dalm organisasi itu akna mengambil suatu keputusan, tapi keputusan itu tidak semua harapkan oleh para karyawan. Maka akan terjadi suatu perdebatan yang sangat rumit, jika sudah terjadi ini solusi yang harus diambil adalah manajer karena dia yang memiliki wewenang di dalam organisasi tersebut.Jadi hubungan konflik antara keputusan dan solusi didalam organisasi itu adalah sejalan. Secara Teoritis SWOT

      1. Strengths (Kekuatan) : mereka yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menjalankan alat-alat produksi baru . Meningkatkan inisiatif, inovasi, semangat kerja dan kesempurnaan kekuasaan bisnis keluarga dengan menggunakan metode studi pustaka.
      2. Weaknesses (Kelemahan) : terdapatnya kekurangan pada kondisi internal organisasi, akibatnya hubungan timbal balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal sosial (baca: komunikasi, sumber daya, disposisi atau sikap, struktur birokrasi atau organisasi, kontens kebijakan, dan konteks kekuasaan, serta sistem lama terbukti sudah kropos, tak berfungsi. 
      3. Opportunities (Peluang) : peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan bukan mandeg dan menjadi tanggung jawab profesional.
      4. Threats (Ancaman) : faktor lingkungan luar yang mampu menghambat pergerakan organisasi, misalnya Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan yang merusak. 

      Strategi Restrukturisasi

      Transformasi kekuasaan ke birokratisasi yang memadai dan kompatibel masih diduga dan mungkin bisa menyelesaikan pertentangan organisasi dan keluar dari proses pembusukan birokrasi, politik dan kekuasaan;

      Delete
  79. Nama : Ni Komang resnadi
    Nim : 13.01.1.113
    Jurusan : Reg.pagi /Manajemen/ III

    2. Elemen dasar dari konflik organisasi yang ada
    A. Pertengkaran Birokrasi merupakan elemen dasar dari konflik ada tingkat paling bawah
    B. Politik yang Picik merupakan konflik yang terjadi pada tingkat menengah
    C. Perselisihan kekuasaan yang merupakan konflik pada tingkat paling atas pada organisasi.
    3. Adapun penyebab konflik yang telah ditemukan
    a. Penyebab sesungguhnya ketika lingkungan bisnis keluarga cenderung menghasilkan konflik yang bersifat merusak tatanan organisasi adalah hubungan timbal balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal sosial
    b. sistem lama terbukti sudah kropos, tak berfungsi. Karena itu, kekuasaan mesti digeser dari kelas kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi. Dengan kata lain, pembagian kue yang fair dari pemilik agar organisasi bergerak ke kondisi sosial ekonomis yang lebih baik
    4. Analisis Swot yang dilakukan menunjukkan :
    a. Peluang, Transformasi kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi bukan bermaksud merampas kekuasaan pemilik.
    b. Ancaman Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan yang dapat merusak.
    c. Kekuatan peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan bukan mandeg dan menjadi tanggung jawab profesional.
    d. Kelemahan faktor-faktor yang memengaruhi kebijakan bisnis keluarga seperti komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan.
    Strategi Restrukturisasi adalah memperbesar atau memperkecil struktur perusahaan. Adapun beberapa jenis Restrukturisasi diantaranya yaitu Restrukturisasi Portofolio, Restrukturisasi Modal atau Keuangan, Restrukturisasi Manajemen. Dalam konflik diatas dapat dilakukan dengan memindahkan konsep Kekuasaan Bisnis Keluarga dari kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi untuk mewujudkan Corporate Good Governance . Serta dengan mentranformasikannya ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan dengan baik dan menjadi tanggung jawab professional.

    ReplyDelete
  80. Nama: Ida Ayu Putu Eni Suastini
    NIM: 13011112
    Jurusan: Manajemen/Semester 3/ Reg. Pagi

    Kita ketahui bahwa ssetiap didalam suatu organisasi kadang pasti saja terjadi konflik, yang biasanya konflik ini disebabkan oleh perbedaan pendapat dan hal-hal yang lain. Setiap orang memiliki persepsi dan pendapat yang berbeda, karena setiap karakter seorang berbeda-beda. Munculnya konflik dalam sebuah organisasi tidak selalu bersifat negatif. Konflik bisa dijadikan alasan untuk mengadakan perubahan dalam keorganisasian. Perubahan ini dapat terjadi apabila manajer mengadakan evaluasi terhadap perbedaan pandangan antar elemen-elemen organisasi. Evaluasi ini bisa menimbulkan berbagai kesimpulan dan ditemukannya cara-cara baru untuk memecahkan masalah-masalah yang timbul akibat dari konflik yang terjadi. Penemuan cara-cara baru ini dapat memperbaiki pengambilan keputusan. Apabila konflik yang ada bisa dikembangkan menjadi hal tadi maka munculnya konflik bisa berdampak positif terhadap organisasi. Akan tetapi, apabila munculnya konflik menyebabkan adanya diskusi-diskusi panjang tanpa menemukan kata sepakat antara para anggota organisasi dan tidak adanya prioritas-prioritas keorganisasian maka konflik berdampak negatif terhadap organisasi. Hal ini bisa menyebabkan organisasi dalam keadaan terpuruk dan penghambatan dalam pengambilan keputusan aktual. Oleh karena itu dalam suatu organisasi harusnya tidak memiliki perbedaan persepsi, perbedaan cara merealisasikan tujuan, perbedaan kepentingan, suatu pihak melakukan sabotase terhadap yang lain serta sumber-sumber yang terbatas adanya. Sebagai kita mengetahui bahwa setiap makhluk memiliki sikap dan pikiran yang berbeda atau anti-konflik. Amupun seperti itu dari semua konflik yang terjadi akan menghasilkan suatu keputusan yang diinginkan.
    Jadi konflik itu hanya berawal jika dalam organisasi itu akan mengambil suatu keputusan, tapi keputusan itu tidak semua harapkan oleh para karyawan. Maka akan terjadi suatu perdebatan yang sangat rumit, jika sudah terjadi ini solusi yang harus diambil adalah manajer karena dia yang memiliki wewenang di dalam organisasi tersebut. Jadi hubungan konflik antara keputusan dan solusi didalam organisasi itu adalah sejalan. Cara pemecahan konflik yang ada yaitu:
    1. Bersikap proaktif
    2. Komunikasi
    3. Keterbukaan
    4. Mencari tahu akar masalah
    5. Bersikap fleksible
    6. Harus adil
    7. Bersekutu
    Strategi Restrukturisasi di lakukan dengan : Menggeser konsep kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi merupakan satu dari beberapa konsep Corporate Good Governance (CGG). Karenanya peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan bukan mandeg dan menjadi tanggung jawab kita semua serta Transformasi kepemilikan ke birokratisasi merupakan sarana penilai sekaligus sarana penghukum yang kompatibel yang bersifat professional
    Sekian dan terima kasih,, 

    ReplyDelete
  81. Nama : Desak Kadek Ryanti Dewi
    Nim : 13.01.1.106
    Kelas : Reguler Pagi(semester III)
    Jurusan : Manajemen

    Opini saya untuk elemen dasar konflik dari suatu organisasi tersebut adalah Perbedaan-perbedaan yang ada akan menimbulkan perselisihan seperti masalah politik atau perebutan suatu kekuasaan, kesalah pahaman yang terjadi antara para anggota organisasi,Perselisihan paham inilah yang dinamakan konflik, Konflik ini bisa muncul secara terus menerus apabila manajer dalam organisasi tersebut tidak bisa menciptakan situasi sepaham dalam semua anggota organisasi,namun,munculnya konflik dalam sebuah organisasi tidak selalu bersifat negatif, Konflik bisa dijadikan alasan untuk mengadakan perubahan dalam keorganisasian. Perubahan ini dapat terjadi apabila manajer mengadakan evaluasi terhadap perbedaan pandangan antar elemen-elemen organisasi dan Apabila konflik yang ada bisa dikembangkan menjadi hal tadi maka munculnya konflik bisa berdampak positif terhadap organisasi, akan tetapi, apabila munculnya konflik menyebabkan adanya diskusi-diskusi panjang tanpa menemukan kata sepakat antara para anggota organisasi dan tidak adanya prioritas-prioritas keorganisasian maka konflik berdampak negatif terhadap organisasi. Untuk konflik ini, perlu adanya analisis swotnya, dimana metoda analisa swot bisa dianggap sebagai metoda analisa yg paling dasar, yg berguna utk melihat suatu topik atau permasalahan dari 4 sisi yg berbeda. Hasil analisa biasanya adalah arahan/rekomendasi utk mempertahankan kekuatan dan menambah keuntungan dari peluang yg ada, sambil mengurangi kekurangan dan menghindari ancaman.Jika digunakan dgn benar, analisa swot akan membantu kita utk melihat sisi-sisi yg terlupakan atau tidak terlihat selama ini.Analisa ini bersifat deskriptif dan terkadang akan sangat subjektif, karena bisa jadi dua orang yang menganalisis sebuah organisasi akan memandang berbeda ke empat bagian tersebut.Hal ini diwajarkan, karena analisis swot adalah sebuah analisis yang akan memberikan output berupa arahan dan tidak memberikan solusi “ajaib” dalam sebuah permasalahan/ sebuah konflik yang dihadapi dalam suatu organisasi bahkan pada dunia politik.

    ReplyDelete
  82. Nama : Ni Luh Sudiastini
    NIM : 13011089
    Jur/Smster : Manajemen/ III
    Organisasi adalah sekelompok orang (dua atau lebih) yang secara formal dipersatukan dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
    Munculnya konflik dalam sebuah organisasi tidak selalu bersifat negatif. Konflik bisa dijadikan alasan untuk mengadakan perubahan dalam keorganisasian. Perubahan ini dapat terjadi apabila manajer mengadakan evaluasi terhadap perbedaan pandangan antar elemen-elemen organisasi. Evaluasi ini bisa menimbulkan berbagai kesimpulan dan ditemukannya cara-cara baru untuk memecahkan masalah-masalah yang timbul akibat dari konflik yang terjadi. Penemuan cara-cara baru ini dapat memperbaiki pengambilan keputusan. Apabila konflik yang ada bisa dikembangkan menjadi hal tadi maka munculnya konflik bisa berdampak positif terhadap organisasi.
    1. Sumber Konflik dalam Organisasi
    Sumber konflik dalam organisasi dapat ditelusuri melalui Konflik dalam diri individu (intrapersonal conflict), Konflik antarindividu (Interpersonal conflict), Konflik antarkelompok (Intergroup conflict), ataupun Konflik antar individu dengan kelompok.
    Intrapersonal Conflict.
    Konflik ini bisa berasal dari dalam diri. penyebab dari dalam bisa bersumber dari sifat-sifat atau ciri-ciri kepribadian dari orang yang bersangkutan. Hal ini terjadi karena seseorang diperhadapkan pada dua tujuan atau karena harus membuat keputusan untuk memilih alternative yang terbaik.

    Konflik yang ada yaitu:
    1. Bekerjanya kekuasaan dalam organisasi keluarga memerlukan bantuan modal sosial dari bawahan, teman sejawat, atasan maupun orang luar ini berarti peranan kekuasaan bukan lagi milik sendiri tetapi akan menyangkut dengan orang luar yang belum tentu mempunyai pikiran yang sejalan dengan kita. Seiring dengan waktu akan memunculkan suatu konflik dalam sebuah bisnis tersebaut.
    2. Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan yang merusak.

    Analisis pemecahan konflik yang ada yaitu:
    1. Transformasi kekuasaan ke birokratisasi yang memadai dan kompatibel mungkin akan bisa menyelesaikan pertentangan organisasi dan keluar dari proses pembusukan birokrasi, politik dan kekuasaan. Pemindahan Transformasi kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi bukan bermaksud merampas kekuasaan pemilik, namun ingin menciptakan hubungan kerja yang lancar.
    2. Mungkin bisa dengan suatu usaha pendekatan dan hasrat untuk kerja-sama dan menjalani hubungan yang lebih baik, demi kepentingan bersama sehingga bisa terjalin hubungan kerja yang bagus.

    Analisis Swott
    1. Kekuatannya:
    Peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan bukan mandeg dan menjadi tanggung jawab profesional.
    2. Kelemahannya:
    Bekerjanya kekuasaan dalam organisasi keluarga memerlukan bantuan modal sosial dari bawahan, teman sejawat, atasan maupun orang luar yang berarti kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan yang merusak.

    3. Peluangnya:
    Transformasi kekuasaan bisnis keluarga dari kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi dapat menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi.

    4. Ancamannya:
    Dalam menjalankan suatu organisasi seorang pemimpin harus bisa memprediksi ancaman apa yang ada sehingga saat ancaman tersebut sudah nyata ada didepan kita pemimpin sudah berani mengambil suatu keputusan dan bertindak. Sehingga seorang pemimpin harus bisa mengelola setiap ancaman untuk menjadikan arah organisasi lebih ke arah yang lebih baik.

    ReplyDelete
  83. nama : sri lenak maryana
    nim : 13.01.1.110


    Sebelum kita melangkah terlalau jauh kita harus mengetahui apa itu organisasi? Seseorang mengatakan bahwa Organisasi merupakan kumpulan dari beberapa orang.sudah dapat kita pastikan bahwa jika dalam organisasi tidak hanya ada satu orang melainkan terdapat banyak orang secara langsung kita mengacu pada identitas yang berbeda-beda baik itu identitas nyata maupun identitas pemikiran yaitu pasti terdapat pemikiran atau pendapat yang berbeda-beda dan secara tidak sadar konflik akan mulai muncul karena memiliki ego masing –masing untuk mencapai tujuan msing-masing.nahhh seperti yang kita bahas sekarang bahwa Tranformasi Kepemilikan ke Tangan Distribusi Pendapatan Lewat Birokratisasi,satu yang ditanyakan,mengapa itu terjadi?awal mula hal tersebut pasti karena terjadi konflik.hal awal yang harus kita lakukan untuk mengetahuinya adalah mencari tahu tentang elemen dasar konflik yang terjadi.elemen dasar sebuah konflik menurut saya adalah ego antar anggota.sehingga konflik yang semakin memuncak.menyangkut pada birokratisasi bahwa konflik yang terjadi sangat sering karena birokratisasi karena pada dasarnya birokratisasi adalah pemilihan pegawai atau karyawan yang tidak terdapat keterbukaan pada anggotanya.secara langsung konflik akan terjadi,konflik tersebut dapat berupa konflik individual maupun konflik antar kelompok nantinya.dari masalah di atas dapat kita anaisis jika menggunakan restrukturisasi adalah dengan cara membenahi sistem pegawainya,mulai dari pimpinan atas sampai bawahan,kemudian ubah sistem prekrutan,selanjutnya ubah sisitem administrasi yang sudah ada,kemudian kaji kembali mengapa hal tersebut terjadi.jika kita analisis menggunakan swot
    1. Kekuatan : pada suatu organisasi kekuatan terbesr adalah karyawan,karena karyawan merupakan darah perusahaan selain dari laporan keuangan.
    2. Kelemahan : pada organisasi kelemahan terletak juga pada karyawan,mengacu pada kalimat birokratisasi.
    3. Peluang : peluang yang ada pada organisasi pasti juga di peroleh dari karyawan
    4. Ancaman : pada organisasi ancaman terbesar juga muncul dari karyawan.mengapa terjadi pemindah tanganan karena terdapat karyawan yang tidak menunjukkan loyalitasnya.

    ReplyDelete
  84. Nama : Ni komang Ari Sukenadi
    NIM : 13.01.1.108
    Jurusan/smtr : Manajemen/3
    Kelas : Reg. Pagi

    Di dalam sebuah organisasi konflik sangat tidak bisa dihindari karena Konflik adalah perbedaan-perbedaan yang datangnya dari dalam sifat manusia, setiap orang memiliki persepsi, karakter dan pendapat yang berbeda-beda. Perbedaan-perbedaan yang ada akan menimbulkan perselisihan paham antara para anggota organisasi.
    Elemen dasar dari konflik organisasi yaitu
    a. Human Error (konflik fungsional) konflik yang terjadi pada level terbawah atau staf, pada konflik ini terjadi pertengkaran birokrasi dan mencari kambing hitam;
    b. Instrumen Error (konflik business) konflik yang terjadi pada level menengah atau manajer, ditandai dengan adanya politik yang picik;
    c. Media Error (konflik corporate) konflik yang terjadi pada level paling atas, ditandai dengan adanya perselisihan kekuasaan yang merusak.

    2. Penyebab konflik :
    Penyebab konflik dalam bisnis keluarga umumnya berawal dari kepentingan keluarga dan kepentingan profesional yang saling tumpang tindih. Sifat Individu, yang meliputi kepribadian seseorang, nilai, tujuan, komitmen pada organisasi, dan kemampuan menangani stres.Pola Perilaku, yang terdiri atas tumpang tindihnya kehidupan keluarga dan bisnis, perbedaan antar generasi dan proses suksesi. Komunikasi, yakni tingkat distorsi komunikasi, pengertian, dan kejelasan komunikasi.Struktur Hubungan, yang terdiri atas perimbangan kekuasaan, perbedaan status, tingkat kebebasan, dan sifat pilih kasih diantara anggota keluarga.Sejarah Pola Interaksi, yakni kegagalan kerjasama di masa lalu, kebiasaan menutup diri, dendam, dan asumsi konflik.
    3. pemecahan konflik
    Konflik tidak bisa dibiarkan terjadi begitu saja namun harus diarahkan secara benar oleh pihak manajemen di perusahaan keluarga. Pada beberapa keadaan, manajemen justru perlu menumbuhkan konflik dalam perusahaan keluarga. Para manajer di perusahaan keluarga harus mampu melihat konflik sebagai kondisi alamiah dan sebagai sesuatu yang harus dikendalikan guna mencapai perubahan yang diinginkan dalam suatu badan usaha. Kemampuan mengelola konflik secara positif mungkin merupakan kekuatan tersembunyi yang amat penting bagi bisnis keluarga yang mampu membawa perusahaan untuk berkompetisi secara global.
    Tata kelola konflik yang konstruktif juga perlu dilakukan dengan simulasi situasi sosial dengan memberikan pertanyaan seperti: Bagaimana jika kita tidak mengangkat lagi anggota keluarga untuk menduduki posisi manajer senior untuk mendapatkan talenta dari luar? Hal ini kerap kali justru bisa menumbuhkan kerjasama dan mengurangi reaksi negatif atau persaingan di dalam keluarga.

    Teoritis SWOT :
    1. Strengths (kekuatan)
    mampu meningkatkan inisiatif, inovasi, semangat kerja dan kesempurnaan kekuasaan bisnis keluarga dengan menggunakan metode studi pustaka.
    2. Weakness (kelemahan)
    hubungan timbal balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal sosial serta sistem lama terbukti sudah kropos, tak berfungsi.
    3. Opportunities (peluang)
    bertanggung jawab untuk memimpin sejumlah bawahan, atasan, rekan kerja, dan orang luar menuju tercapainya sasaran yang berarti. menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi.
    4. Threats (ancaman)
    tak tertutup kemungkinan terjadi penggunaan kekerasan dalam pelaksanaannya. Dan juga kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi.

    ReplyDelete
  85. Nama: KETUT ARIYANI
    NIM: 13.01.1.096
    Kelas: manajemen pagi

    Konflik di dunia ini pasti tidak jauh dengan konflik,meskipun kita tidak bersalah,pasti kita akan mendapat masalah, jadi wajar saja kalau kita mendapat masalah, itu namanya hidup,kalau tidak ada masalah itu hidupnya di akhirat.
    1. Elemen dasar dari konflik organisasi yang ada adalah : Kekuasaan bisnis keluarga bergeser dari kelas kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi memproduksi tiga komponen utama yaitu : tata kelola human error, tata kelola instrument error, tata kelola media error terkait perselisihan birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan.
    2. Identifikasi penyebab konflik yaitu:
    Ketika lingkungan bisnis keluarga cenderung menghasilkan konflik yang bersifat merusak tatanan organisasi yaitu hubungan timbal balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal sosial, serta sistem lama terbukti sudah kropos, tak berfungsi. Karena itu, kekuasaan mesti digeser dari kelas kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi. Dengan kata lain, pembagian kue yang fair dari pemilik agar organisasi bergerak ke kondisi sosial ekonomis yang lebih baik. Kekuasaan bisnis keluarga yang merupakan tindakan tradisional yang sepenuhnya self-evident, konvensional dan habitual, dan hampir bersifat mekanis yang didasarkan pada kebiasaan yang diinternalisasikan Dinamika ini timbul sebagai akibat dari perubahan, persaingan, konflik, krisis dan teror yang ada di organisasi keluarga tersebut, karena aturan main maupun institusi tak berfungsi sebagaimana semestinya.
    3. Analisis pemecahan konflik
    Bekerjanya kekuasaan dalam organisasi keluarga (baca: hierarki kekuasaan) memerlukan bantuan modal sosial dari bawahan, teman sejawat, atasan maupun orang luar. Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan yang merusak. Karenanya peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi ke wadah kekuasaan yang lain (baca: distribusi pendapatan lewat birokratisasi), sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan bukan mandeg dan menjadi tanggung jawab profesional.
    4. Pengkajian dengan teori SWOT
    a. Kekuatannya yaitu
    1.Mampu menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi, 2. Mampu meningkatkan inisiatif, inovasi, semangat kerja dan kesempurnaan kekuasaan bisnis keluarga dengan menggunakan metode studi pustaka.
    b. Kelemahannya yaitu
    Pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan yang merusak
    c. Peluangnya yaitu
    1.Di bisnis keluarga yang demokratis maupun tidak, kekuatan-kekuatan sosial reformis di luar kekuasaan masih tetap diperhitungkan.
    d. Ancamannya yaitu
    Perselisihan birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan dan masalah ekonomi dan kesenjangan modal sosial, dan sistem lama terbukti sudah kropos dan tidak berfungsi.

    ReplyDelete
  86. Nama : Putu Sudianti
    Nim : 13.01.1.097
    jurusan : S1 Manajemen

    Konflik atau pertentangan mengandung suatu pengertian tingkah laku yang lebih luas dari pada yang biasa dibayangkan orang dengan mengartikannya sebagai pertentangan yang kasar atau perang. Dasar konflik berbeda-beda. Terdapat tiga elemen dasar yang merupakan ciri-ciri dari situasi konflik yaitu :
    1. Terdapatnya dua atau lebih unit-unit atau bagian-bagian yang terlibat dalam konflik. Dengan kata lain jika hanya ada satu unit saja maka ini tidak dapat dinyatakan dalam sitiasi konflik karena tidak akan terjadi masalah jika ada lawan.
    2. Perbedaan yang tajam dalam kebutuhan-kebutuhan, tujuan-tujuan, masalah-masalah, nilai-nilai, sikap-sikap, maupun gagasan-gagasan pada setiap unit atau bagian-bagiannya.
    3. Terdapatnya interaksi di antara bagian-bagian yang mempunyai perbedaan.

    Selain itu konflik merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang sering dihubungkan dengannya, misalnya kebencian atau permusuhan. Konflik dapat terjadi pada lingkungan yang paling kecil yaitu individu, sampai kepada lingkungan yang luas yaitu masyarakat :
    a) Pada taraf di dalam diri seseorang, konflik yang menunjuk kepada adanya pertentangan, ketidakpastian, atau emosi-emosi dan dorongan yang antagonistic didalam diri seseorang.
    b) Pada taraf kelompok, perbedaan-perbedaan dalam anggota kelompok dalam tujuan-tujuan, nilai-nilai, dan norma-norma, motivasi-motivasi mereka untuk menjadi anggota kelompok serta minat mereka.
    c) Pada tahap masyarakat, konflik juga bersumber pada perbedaan di antara norma-norma kelompok dengan nilai norma-norma kelompok yang bersangkutan berbeda.

    Adapun cara untuk memecahkan konflik tersebut ialah :
    1. Elimination; yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang telibat dalam konflik yang diungkapkan dengan : kami mengalah, kami mendongkol, kami keluar, kami membentuk kelompok kami sendiri.
    2. Subjugation atau domination, artinya orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar dapat memaksa orang atau pihak lain untuk mentaatinya.
    3. Mjority Rule artinya suara terbanyak yang ditentukan dengan voting akan menentukan keputusan, tanpa mempertimbangkan argumentasi.
    4. Minority Consent; artinya kelompok mayoritas yang memenangkan, namun kelompok minoritas tidak merasa dikalahkan dan menerima keputusan serta sepakan untuk melakukan kegiatan bersama.
    5. Compromise; artinya kedua atau semua sub kelompok yang telibat dalam konflik berusaha mencari dan mendapatkan jalan tengah.
    6. Integration; artinya pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan dan ditelaah kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan yang memuaskan bagi semua pihak.

    Tidak ada dua orang atau lebih yang sama persis di dalam aspek-aspek pribadinya, baik jasmani maupun rohani, maka dengan sendirinya timbul perbedaan individu dalam hal kepentingannya. Perbedaan-perbedaan tersebut secara garis besar disebabkan oleh 2 faktor, yaitu faktor pembawaan (Hereditas) dan faktor lingkungan sosial sebagai komponen utama bagi terbentuknya keunikan individu.
    Sikap enthosentrisme ini diajarkan kepada anggota kelompok baik secara sadar maupun secara tidak sadar, bersama dengan nilai-nilai kebudayaan. Sikap ini dipanggil oleh suatu anggapan bahwa kebudayaan dirinya kebih unggul dari kebudayaan lainnya. Bersama itu pula ia menyebarkan kebudayaannya, bila perlu dengan kekuatan atau paksaan.
    Proses diatas sering dipergunakan stereotype, yaitu gambaran atau anggapan ejek. Dengan demikian dikembangkan sikap-sikap tertentu, misalnya mengejek, mengdeskreditkan atau mengkambinghitamkan golongan-golongan tertentu. Stereotype diartikan sebagai tanggapan mengenai sifat-sifat dan waktu pribadi seseorang atau golongan yang bercorak nnegatif sebagai akibat tidak lengkapnya informasi dan sifatnya yang subjektif.

    ReplyDelete
  87. Nama : kadek sinta pradnya mita
    Nim : 14.01.1.033
    Jurusan: reg pagi/ manajemen

    Konflik dapat berupa perselisihan (disagreement), adanya ketegangan (the presence of tension), atau munculnya kesulitan-kesulitan lain di antara dua pihak atau lebih. Konflik sering menimbulkan sikap oposisi antara kedua belah pihak, sampai kepada tahap di mana pihak-pihak yang terlibat memandang satu sama lain sebagai penghalang dan pengganggu tercapainya kebutuhan dan tujuan masingmasing.
    Subtantive conflicts merupakan perselisihan yang berkaitan dengan tujuan kelompok, pengalokasian sumber daya dalam suatu organisasi, distribusi kebijaksanaan dan prosedur, dan pembagian jabatan pekerjaan.
    Emotional conflicts terjadi akibat adanya perasaan marah, tidak percaya, tidak simpatik, takut dan penolakan, serta adanya pertentangan antar pribadi (personality clashes).
    Konflik organisasi ( organizational conflict ) Adalah ketidak sesuaian antara dua atau lebih anggota atau kelompok – kelompok organisasi, biasanya timbul karena adanya kenyataan berbeda bagi mereka tentang pembagian sumberdaya yang terbatas, status, tujuan, nilai atau persepsi dan kegiatan – kegiatan.
    Cara atau Taktik Mengatasi Konflik
    Mengatasi dan menyelesaikan suatu konflik bukanlah suatu yang sederhana. Cepat-tidaknya suatu konflik dapat diatasi tergantung pada kesediaan dan keterbukaan pihak-pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan konflik, berat ringannya bobot atau tingkat konflik tersebut serta kemampuan campur tangan (intervensi) pihak ketiga yang turut berusaha mengatasi konflik yang muncul.
    Diatasi oleh pihak-pihak yang bersengketa:
    Rujuk: Merupakan suatu usaha pendekatan dan hasrat untuk kerja-sama dan menjalani hubungan yang lebih baik, demi kepentingan bersama.
    Persuasi: Usaha mengubah po-sisi pihak lain, dengan menunjukkan kerugian yang mungkin timbul, dengan bukti faktual serta dengan menunjukkan bahwa usul kita menguntungkan dan konsisten dengan norma dan standar keadilan yang berlaku.
    Tawar-menawar: Suatu penyelesaian yang dapat diterima kedua pihak, dengan saling mempertukarkan konsesi yang dapat diterima. Dalam cara ini dapat digunakan komunikasi tidak langsung, tanpa mengemukakan janji secara eksplisit.
    Pemecahan masalah terpadu: Usaha menyelesaikan masalah dengan memadukan kebutuhan kedua pihak. Proses pertukaran informasi, fakta, perasaan, dan kebutuhan berlangsung secara terbuka dan jujur. Menimbulkan rasa saling percaya dengan merumuskan alternatif pemecahan secara bersama de¬ngan keuntungan yang berimbang bagi kedua pihak.

    ReplyDelete
  88. nama : kadek sinta pradnya mita
    nim : 14.01.1.033
    jurusan : manajemen reg pagi/3

    Konflik dapat berupa perselisihan (disagreement), adanya ketegangan (the presence of tension), atau munculnya kesulitan-kesulitan lain di antara dua pihak atau lebih. Konflik sering menimbulkan sikap oposisi antara kedua belah pihak, sampai kepada tahap di mana pihak-pihak yang terlibat memandang satu sama lain sebagai penghalang dan pengganggu tercapainya kebutuhan dan tujuan masingmasing.
    Subtantive conflicts merupakan perselisihan yang berkaitan dengan tujuan kelompok, pengalokasian sumber daya dalam suatu organisasi, distribusi kebijaksanaan dan prosedur, dan pembagian jabatan pekerjaan.
    Emotional conflicts terjadi akibat adanya perasaan marah, tidak percaya, tidak simpatik, takut dan penolakan, serta adanya pertentangan antar pribadi (personality clashes).
    Konflik organisasi ( organizational conflict ) Adalah ketidak sesuaian antara dua atau lebih anggota atau kelompok – kelompok organisasi, biasanya timbul karena adanya kenyataan berbeda bagi mereka tentang pembagian sumberdaya yang terbatas, status, tujuan, nilai atau persepsi dan kegiatan – kegiatan.
    Cara atau Taktik Mengatasi Konflik
    Mengatasi dan menyelesaikan suatu konflik bukanlah suatu yang sederhana. Cepat-tidaknya suatu konflik dapat diatasi tergantung pada kesediaan dan keterbukaan pihak-pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan konflik, berat ringannya bobot atau tingkat konflik tersebut serta kemampuan campur tangan (intervensi) pihak ketiga yang turut berusaha mengatasi konflik yang muncul.
    Diatasi oleh pihak-pihak yang bersengketa:
    Rujuk: Merupakan suatu usaha pendekatan dan hasrat untuk kerja-sama dan menjalani hubungan yang lebih baik, demi kepentingan bersama.
    Persuasi: Usaha mengubah po-sisi pihak lain, dengan menunjukkan kerugian yang mungkin timbul, dengan bukti faktual serta dengan menunjukkan bahwa usul kita menguntungkan dan konsisten dengan norma dan standar keadilan yang berlaku.
    Tawar-menawar: Suatu penyelesaian yang dapat diterima kedua pihak, dengan saling mempertukarkan konsesi yang dapat diterima. Dalam cara ini dapat digunakan komunikasi tidak langsung, tanpa mengemukakan janji secara eksplisit.
    Pemecahan masalah terpadu: Usaha menyelesaikan masalah dengan memadukan kebutuhan kedua pihak. Proses pertukaran informasi, fakta, perasaan, dan kebutuhan berlangsung secara terbuka dan jujur. Menimbulkan rasa saling percaya dengan merumuskan alternatif pemecahan secara bersama de¬ngan keuntungan yang berimbang bagi kedua pihak.

    ReplyDelete
  89. Nama : I.Nym.Surya Adnyana
    NIM : 13.01.1.117
    Jurusan : Manajemen
    Kelas : Reguler Pagi(Semester 3)
    Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
    Ciri-ciri dari konflik organisasi yang ada antara lain :
    a. Terdapatnya dua atau lebih unit-unit atau bagian-bagian yang terlibat di dalam konflik.
    b. Unit-unit tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan-
    kebutuhan, tujuan-tujuan, masalah-masalah, nilai-nilai, sikap-sikap, maupun gagasan-
    gagsan.
    c. Terdapatnya interaksi di antara bagian-bagian yang mempunyai perbedaan-perbedaan
    tersebut.
    Penyebab konflik yang ada:
    Penyebab adanya konflik yaitu Kurang pahamnya tentang pelaksanaan dan tanggung jawab sosial dalam mengubah kekuasaan bisnis keluarga dari kelas kepemilikan ke distribusi pedapatan lewat birokratisasi, itu adalah salah satu yang bisa menyebabkan konflik danileh sebab itu pentingnya suatu komunikasi dan pemahaman antara satu dengan yang lain biar tidak terjadi konflik.
    Analisis pemecahan konflik yaitu :
    a. pertama-tama yang dilakukan yaitu merubah struktur organisasi, mencari akses ke lembaga-lembaga tertentu, membuat peraturan, dan akhirnya membentuk penguatan-penguatan baru yang sudah pasti bertujuan melanggengkan kekuasaan. Karena itu, selama proses kekuasaan bisnis keluarga berlangsung masalah moral, norma, etika serta perilaku terasa semakin penting.
    b. Pentingnya sistem kepercayaan yang bersifat empiris, simbol-simbol yang ekspresif serta nilai-nilai untuk menguraikan situasi di mana tindakan-tindakan organisasi berlangsung.
    c. Pentingnya menggeser konsep kepemilikan ke distribusi pendapatan sehingga mengubah perjuangan kelas menjadi konflik kelas lewat birokratisasi.
    d. Konflik tidak bisa dibiarkan terjadi begitu saja namun harus diarahkan secara benar oleh pihak manajemen di perusahaan keluarga. Pada beberapa keadaan, manajemen justru perlu menumbuhkan konflik dalam perusahaan keluarga. Para manajer di perusahaan keluarga harus mampu melihat konflik sebagai kondisi alamiah dan sebagai sesuatu yang harus dikendalikan guna mencapai perubahan yang diinginkan dalam suatu badan usaha. Kemampuan mengelola konflik secara positif mungkin merupakan kekuatan tersembunyi yang amat penting bagi bisnis keluarga yang mampu membawa perusahaan untuk berkompetisi secara global.
    Kajian teoritis SWOT dari konflik yaitu antara lain :
    1. Strength : Kekuasaan yang menggerakan roda alat alat produksi dengan maupun tanpa konflik kelas bukan perjuangan kelas.
    2. Weakness : Faktor factor yang mempengaruhi kebijakan bisnis keluarga seperti komunikasi,sikap,sumber daya, struktur organisasi, konteks kekuasaan yang memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error,instrument error dan media error, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang merusak.
    3. Opportunity : menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif serta membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi.
    4. Threath : Kekuasaan dan pengaruh modal social sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan sehingga sering memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik dan pertentangan kekuasaan.

    ReplyDelete
  90. Nama : Ni Nyoman Budesari
    Nim : 13.01.1.111
    Kelas/Semester : Reguler Pagi/ 3
    Jurusan : Manajemen

    Konflik adalah adanya pertentangan yang timbul di dalam seseorang (masalah intern) maupun dengan orang lain (masalah ekstern) yang ada di sekitarnya. Konflik dapat berupad perselisihan (disagreement), adanya keteganyan (the presence of tension), atau munculnya kesulitan-kesulitan lain di antara dua pihak atau lebih. Konflik sering menimbulkan sikap oposisi antar kedua belah pihak, sampai kepada mana pihak-pihak yang terlibat memandang satu sama lain sebagai pengahalang dan pengganggu tercapainya kebutuhan dan tujuan masing-masing.
    Organisasi merupakan kumpulan dari beberapa orang bahwa kelompok semua orang atau kelompok dalam sebuah organisasi sudah pasti memiliki tujuan dan pandangan masing-masing dari kerjanya dalam organisasi. Mereka bersaing untuk mencapai kepentingannya masing-masing dalam organisasi tersebut. Hal ini juga ditandai dengan perbedaan yang ada mengenai segala macam sifat daam anggota organisasi.Perbedaan-perbedaan yang ada akan menimbulkan perselisihan paham antara para anggota organisasi. Perselisihan paham ini dinamakan konflik. Konflik ini bisa muncul secara terus menerus apabila manajer dalam organisasi tersebut tidak bisa menciptakan situasi sepaham dalam semua anggota organisasi. Konflik tidak dapat dihindari dalam suatu organisasi karena disebabkan oleh perbedaan-perbedaan yang datangnya dari dalam sifat manusia. Sifat manusia ini bukanlah hal yang dengan mudah bisa diubah.Munculnya konflik dalam sebuah organisasi tidak selalu bersifat negatif. Konflik bisa dijadikan alasan untuk mengadakan perubahan dalam keorganisasian. Perubahan ini dapat terjadi apabila manajer mengadakan evaluasi terhadap perbedaan pandangan antar elemen-elemen organisasi. Evaluasi ini bisa menimbulkan berbagai kesimpulan dan ditemukannya cara-cara baru untuk memecahkan masalah-masalah yang timbul akibat dari konflik yang terjadi. Penemuan cara-cara baru ini dapat memperbaiki pengambilan keputusan. Apabila konflik yang ada bisa dikembangkan menjadi hal tadi maka munculnya konflik bisa berdampak positif terhadap organisasi.
    Teoritis SWOT, Strategi Restrukturisasi berbasis teoritis konflik yang ada:
    1. Kekuatan peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan bukan mandeg dan menjadi tanggung jawab profesional.
    2. Kelemahan faktor-faktor yang memengaruhi kebijakan bisnis keluarga seperti komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang merusak.
    3. Peluang, Transformasi kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi bukan bermaksud merampas kekuasaan pemilik, namun ingin menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi,
    4. Ancaman Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan yang dapat merusak.
    Strategi Restrukturisasi dilakukan dengan :
    Menggeser konsep kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi merupakan satu dari beberapa konsep Corporate Good Governance (CGG).
    Karenanya peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan bukan mandeg dan menjadi tanggung jawab professional
    Transformasi kepemilikan ke birokratisasi merupakan sarana penilai sekaligus sarana penghukum yang kompatibel yang bersifat profesional

    ReplyDelete
  91. NAMA : LUH PUTU ARSITA NINGSIH
    NIM : 13.01.1.1.149
    KELAS : REGULER SORE/SEMESTER 3

    Pada masa terakhir ini ditengah-tengah modernisme yang melaju begitu cepat, pergeseran paradigma berpikir masyarakat pun terus bergerak progresif, masyarakat berevolusi dari pola berpikir yang berdasarkan dogma, mitos dan takhayul beralih menjadi semakin masyarakat yang rasional dan fungsional. Hal ini dapat dilihat dari keteraturan spesikasi pekerjaan dalam struktur social dan orientasi hidup yang lebih materialistis.
    Harta, Tahta dan Wanita. Ketiga hal itu mampu membuat manusia mempertaruhkan apa saja, termasuk dirinya sendiri.
    Segalanya akan mencapai batas akhir. Pengalaman sejarah kehidupan memberikan pelajaran yang sangat berharga. Bagi mereka yang bisa memahami dan mengerti tentang kehidupan. Banyak pelajaran yang sangat berharga, dan memberikan manfaat yang tidak ada bandingnya. Tiap orang berbeda daya tahannya terhadap ketiga godaan itu. Ada yang tahan terhadap godaan wanita, tetapi tidak tahan terhadap tahta dan harta. Yang paling banyak adalah mereka yang tidak tahan terhadap godaan harta. Hasrat untuk meraih tahta pasti tidak lepas dari mengejar harta. Lalu berkembang menjadi siklus dengan mengejar kekuasaan yang lebih besar untuk mendapatkan harta yang lebih besar lagi.

    ReplyDelete
  92. Nama : SETYA DEWI
    NIM : 13.01.1.1.142
    Jrsn/Smster: Manajemen/III
    Kelas : Reguler Sore
    Manajemen Strategi

    Elemen dasar dari konflik organisasi adalah:
    1. Human Error, yaitu penyebab konflik yang sering terjadi pada level organisasi yang paling bawah (fungsional). Secara umum human error ini terjadi dalam bentuk Pertengkaran Birokrasi di organisasi tsb.
    2. Instrument Error, yaitu penyebab konflik yang terjadi pada level menengah dari suatu organisasi dan umumnya hal ini berbentuk Politik yang Picik.
    3. Media Error, yaitu penyebab konflik yang berada pada tingkat paling atas. Ditandai dengan terjadinya Pertentangan Kekuasaan yang nantinya dapat merusak organisasi tsb. Ketiganya merupakan bagian penting dari tata kelola kekuasaan yang dihadapkan dengan semakin rumitnya lingkungan sosial.

    Penyebab konflik yang ada:
    Kurang pahamnya tentang pelaksanaan dan tanggung jawab sosial dalam mengubah kekuasaan bisnis keluarga dari kelas kepemilikan ke distribusi pedapatan lewat birokratisasi.

    Analisis pemecahan konflik yang ada:
    Dengan melakukan tata kelola yang baik secara formal dan informal tentang beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan dari bisnis keluarga ini seperti : komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan agar terwujudnya Good Corporate Governance .

    Kaji dengan teoritis SWOT, Strategi Restrukturisasi berbasis teoritis konflik yang ada.
    -Strenghts: Kekuasaan kepemilikan yang dominan dapat menggerakkan roda alat-alat produksi dengan maupun tanpa konflik kelas bukan perjuangan kelas.
    -Weakness: Faktor-faktor yang memengaruhi kebijakan dari bisnis keluarga seperti komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error, sering kali dapat memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang dapat merusak suatu organisasi.
    -Opportunity: Transformasi kekuasaan bisnis keluarga dari kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi dapat menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi.
    -Threats : Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan sehingga sering memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan.

    Strategi Restrukturisasi dilakukan dengan :
    Menggeser konsep Kekuasaan Bisnis Keluarga dari kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi untuk mewujudkan Corporate Good Governance (CGG) . Serta dengan mentranformasikannya ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan dengan baik dan menjadi tanggung jawab professional.

    ReplyDelete
  93. Nama : Gede Mahendra Putra
    NIM : 13.01.1.119
    Jurusan: Manajemen/ III
    Kelas : Reguler pagi

    Konflik merupakan masalah yang sering terjadi dan sulit dielakkan dalam suatu organisasi, baik antar individu, individu dengan kelompok, maupun antar kelompok. Bagaimanapun jenis konflik, baik yang mengganggu (disfungsional) maupun yang bermanfaat (fungsional) harus dihilangkan, karena pada akhirnya akan membawa kekacauan dan merintangi pencapaian tujuan organisasi. Persoalannya sekarang bukan terletak pada konflik itu sendiri, tetapi kepada cara kita untuk memahami konflik, menghindari sumber-sumber konflik; mendeteksi konflik dan menyelesaikan konflik yang muncul sedini mungkin dengan cara yang terbaik.

    Faktor Penyebab konflik :
    1. Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
    Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
    2. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
    Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para petani menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.
    Hal-hal yang Perlu Diperhati-kan Dalam Mengatasi Konflik:
    1. Ciptakan sistem dan pelaksanaan komunikasi yang efektif.
    2. Cegahlah konflik yang destruktif sebelum terjadi.
    3. Tetapkan peraturan dan prosedur yang baku terutama yang menyangkut hak karyawan.
    4. Atasan mempunyai peranan penting dalam menyelesaikan konflik yang muncul.
    5. Ciptakanlah iklim dan suasana kerja yang harmonis.
    6. Bentuklah team work dan kerja-sama yang baik antar kelompok/ unit kerja.
    7. Semua pihak hendaknya sadar bahwa semua unit/eselon merupakan mata rantai organisasi yang saling mendukung, jangan ada yang merasa paling hebat.

    ReplyDelete
  94. Manajemen Strategi
    Nama : Nyoman Kertiasih
    Nim : 13.01.1.1.168
    Kelas : Manajemen, Reguler Sore/ Semester 3


    2).Elemen dasar dari konflik organisasi yang ada yaitu:
    a. Human Error, Pertengkaran Birokrasi merupakan elemen dasar dari konflik ada tingkat paling bawah
    b.Instrument Error, Politik yang Picik merupakan konflik yang terjadi pada tingkat menengah
    c. Media Error, Perselisihan kekuasaan yang merupakan konflik pada tingkat paling atas pada organisasi.
    Ketiganya merupakan bagian penting dari tata kelola kekuasaan yang dihadapkan dengan semakin rumitnya lingkungan sosial.
    3). Penyebab konflik yang ada yaitu:
    - Hubungan timbal balik antara masalah ekonomi,kesenjangan modal social ( komunikasi, sumber daya, disposisi atau sikap, struktur birokrasi atau organisasi, konten kebijakan dan konten kekuasaan) serta sistem lama terbukti sudah kropos bahkan tidak berfungsi.
    4). Analisis pemecahan konflik yang ada yaitu:
    a. Kekuasaan mesti digeser dari kelas kepemimpinan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi.
    5). Kaji dengan teoritis SWOT diantaranya:
    -Kekuatan ( Streangths ):
    Kekuasaan pemilik dalam bisnis sangat berpengaruh seperti : merubah struktur organisasi, mencari akses ke lembaga-lembaga tertentu, membuat peraturan bahkan menggerakkan roda alat-alat produksi dengan maupun tanpa konflik dan pada akhirnya membentuk penguatan-penguatan baru yang sudah pasti bertujuan melanggengkan kekuasan.
    -Kelemahan( Weakness )
    komunikasi ,sikap,sumberdaya ,struktur organisasi ,kontens kebijakan dan kontens kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error.
    -Kesempatan ( Opportunity ):
    Transformasi kekuasaan bisnis keluarga dari kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi dapat menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi. peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan bukan mandeg dan menjadi tanggung jawab profesional.
    -Tantangan(Threats )
    Faktor lingkungan luar yg mampu menghambat pergerakan organisasi ,misalnya kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dan suatu kesenjangan kewenangan ,yang kerap memicu pertengkaran birokrasi ,politik yg picik,dan pertentangan kekuasaan yg merusak organisasi tersebut.
    * Strategi Restrukturisasi dilakukan dengan :
    Menggeser konsep kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi untuk mewujudkan Corporate Good Governance (CGG) karena CGG merupakan Clean Governance lewat kertas kerja bukan ruang suka atau tidak suka.

    ReplyDelete
  95. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  96. nama : ni kadek mika cahyati
    nim : 13.01.1.121
    semester: reguler pagi/3
    jurusan : manajemen



    Konflik adalah adanya pertentangan yang timbul di dalam seseorang (masalah intern) maupun dengan orang lain (masalah ekstern) yang ada di sekitarnya. Konflik dapat berupad perselisihan (disagreement), adanya keteganyan (the presence of tension), atau munculnya kesulitan-kesulitan lain di antara dua pihak atau lebih. Konflik sering menimbulkan sikap oposisi antar kedua belah pihak, sampai kepada mana pihak-pihak yang terlibat memandang satu sama lain sebagai pengahalang dan pengganggu tercapainya kebutuhan dan tujuan masing-masing.
    Organisasi merupakan kumpulan dari beberapa orang bahwa kelompok semua orang atau kelompok dalam sebuah organisasi sudah pasti memiliki tujuan dan pandangan masing-masing dari kerjanya dalam organisasi. Mereka bersaing untuk mencapai kepentingannya masing-masing dalam organisasi tersebut. Hal ini juga ditandai dengan perbedaan yang ada mengenai segala macam sifat daam anggota organisasi.Perbedaan-perbedaan yang ada akan menimbulkan perselisihan paham antara para anggota organisasi. Perselisihan paham ini dinamakan konflik. Konflik ini bisa muncul secara terus menerus apabila manajer dalam organisasi tersebut tidak bisa menciptakan situasi sepaham dalam semua anggota organisasi. Konflik tidak dapat dihindari dalam suatu organisasi karena disebabkan oleh perbedaan-perbedaan yang datangnya dari dalam sifat manusia. Sifat manusia ini bukanlah hal yang dengan mudah bisa diubah.Munculnya konflik dalam sebuah organisasi tidak selalu bersifat negatif. Konflik bisa dijadikan alasan untuk mengadakan perubahan dalam keorganisasian. Perubahan ini dapat terjadi apabila manajer mengadakan evaluasi terhadap perbedaan pandangan antar elemen-elemen organisasi. Evaluasi ini bisa menimbulkan berbagai kesimpulan dan ditemukannya cara-cara baru untuk memecahkan masalah-masalah yang timbul akibat dari konflik yang terjadi. Penemuan cara-cara baru ini dapat memperbaiki pengambilan keputusan.
    Analisis pemecahan konflik yang ada yaitu:
    1. Transformasi kekuasaan ke birokratisasi yang memadai dan kompatibel mungkin akan bisa menyelesaikan pertentangan organisasi dan keluar dari proses pembusukan birokrasi, politik dan kekuasaan. Pemindahan Transformasi kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi bukan bermaksud merampas kekuasaan pemilik, namun ingin menciptakan hubungan kerja yang lancar.
    2. Mungkin bisa dengan suatu usaha pendekatan dan hasrat untuk kerja-sama dan menjalani hubungan yang lebih baik, demi kepentingan bersama sehingga bisa terjalin hubungan kerja yang bagus.

    Analisis Swott
    1. Kekuatannya:
    Peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan bukan mandeg dan menjadi tanggung jawab profesional.
    2. Kelemahannya:
    Bekerjanya kekuasaan dalam organisasi keluarga memerlukan bantuan modal sosial dari bawahan, teman sejawat, atasan maupun orang luar yang berarti kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan yang merusak.

    3. Peluangnya:
    Transformasi kekuasaan bisnis keluarga dari kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi dapat menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi.

    4. Ancamannya:
    Dalam menjalankan suatu organisasi seorang pemimpin harus bisa memprediksi ancaman apa yang ada sehingga saat ancaman tersebut sudah nyata ada didepan kita pemimpin sudah berani mengambil suatu keputusan dan bertindak. Sehingga seorang pemimpin harus bisa mengelola setiap ancaman untuk menjadikan arah organisasi lebih ke arah yang lebih baik.

    ReplyDelete
  97. Nama : KADEK ENI RUSMIATI
    Nim : 13.01.1.1.133
    Kelas : Reguler sore
    Semester : III
    Materi : MANAJEMENT STRATEGI

    1.Human Error, yaitu penyebab konflik yang sering terjadi pada level organisasi yang paling bawah (fungsional). Secara umum human error ini terjadi dalam bentuk Pertengkaran Birokrasi di organisasi tsb.
    2. Instrument Error, yaitu penyebab konflik yang terjadi pada level menengah dari suatu organisasi dan umumnya hal ini berbentuk Politik yang Picik.
    3. Media Error, yaitu penyebab konflik yang berada pada tingkat paling atas. Ditandai dengan terjadinya Pertentangan Kekuasaan yang nantinya dapat merusak organisasi tsb. Ketiganya merupakan bagian penting dari tata kelola kekuasaan yang dihadapkan dengan semakin rumitnya lingkungan sosial.
    Penyebab konflik yang ada:
    Kurang pahamnya tentang pelaksanaan dan tanggung jawab sosial dalam mengubah kekuasaan bisnis keluarga dari kelas kepemilikan ke distribusi pedapatan lewat birokratisasi.

    Analisis pemecahan konflik yang ada:
    Dengan melakukan tata kelola yang baik secara formal dan informal tentang beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan dari bisnis keluarga ini seperti : komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan agar terwujudnya Good Corporate Governance .
    SWOT, Strategi Restrukturisasi berbasis teoritis konflik yang ada.
    1. Strenghts ( Kekuatan )
    Kekuasaan kepemilikan yang dominan dapat menggerakkan roda alat-alat produksi dengan maupun tanpa konfl1. Strenghts ( Kekuatan )
    Kekuasaan kepemilikan yang dominan dapat menggerakkan roda alat-alat produksi dengan maupun tanpa konflik kelas bukan perjuangan kelas.

    2. Weakness ( Kelemahan )
    Komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error, sering kali dapat memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang dapat merusak suatu organisasi.

    3. Opportunity ( Peluang )
    Transformasi kekuasaan bisnis keluarga dari kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi dapat menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi.

    4. Threats ( Ancaman )
    Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan sehingga sering memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan.ik kelas bukan perjuangan kelas.
    Peluang: Transformasi kekuasaan bisnis keluarga dari kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi dapat menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi.

    Ancaman: yaitu dalam menjalankan roda organisasi seorang pemimpin mestinya sudah bisa memprediksi setiap tindakan yang dilakukannya terhadap setiap ancaman yang ditimbulkan dari tindakan itu sendiri.
    Sekecil apapun ancaman yang ada, selaku pemimpin organisasi semestinya tidak mengabaikan begitu saja, namun harus mempersiapkan sedini mungkin untuk menanggulangi ancaman itu. Bahwa seorang pemimpin harus bisa mengelola setiap ancaman untuk menjadikan arah organisasi lebih ke arah yang lebih baik

    ReplyDelete
  98. Konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik dilatar belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Elemen dasar dari konflik organisasi yaitu Konflik bisa muncul secara terus menerus apabila di dalam bisnis keluarga tersebut tidak bisa menciptakan situasi sepaham dalam semua anggota organisasi. Konflik tidak dapat dihindari dalam suatu organisasi karena disebabkan oleh perbedaan-perbedaan yang datangnya dari dalam sifat manusia. Lewat Birokratisasi ada 3 yaitu:
    1. Fungsional (Human Error), yaitu penyebab konflik yang sering terjadi pada level organisasi yang paling bawah. Secara umum human error ini terjadi dalam bentuk Pertengkaran Birokrasi di organisasi. Dimana dalam konflik ini akan selalu mencari kambing hitam untuk menyembunyikan kesalahannya.
    2. Instrument Error, yaitu penyebab konflik yang terjadi pada level menengah dari suatu organisasi dan umumnya hal ini berbentuk Politik yang Picik.
    3. Media Error, yaitu penyebab konflik yang berada pada tingkat paling atas. Ditandai dengan terjadinya Pertentangan Kekuasaan yang nantinya dapat merusak organisasi tersebut.Penyebab konflik yang ada yaitu Perubahan dalam bisnis keluarga,sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Analisis pemecahan konflik yang ada yaitu dengan melaksanakan pergeseran kekuasaan bisnis keluarga dari kelas kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi.
    Untuk konflik ini, perlu adanya analisis swotnya, dimana metoda analisa swot bisa dianggap sebagai metoda analisa yg paling dasar, yg berguna utk melihat suatu topik atau permasalahan dari 4 sisi yg berbeda. Hasil analisa biasanya adalah arahan/rekomendasi untuk mempertahankan kekuatan dan menambah keuntungan dari peluang yang ada, sambil mengurangi kekurangan dan menghindari ancaman.
    a. Kekuatannya adalah mampu menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi, serta mampu meningkatkan inisiatif, inovasi, semangat kerja dan kesempurnaan kekuasaan bisnis keluarga dengan menggunakan metode studi pustaka.
    b. Kelemahannya adalah pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan yang merusak.
    c. Peluangnya yaitu Di bisnis keluarga yang demokratis maupun tidak, kekuatan-kekuatan sosial reformis di luar kekuasaan masih tetap diperhitungkan.
    d. Ancamannya adalah Perselisihan birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan dan masalah ekonomi dan kesenjangan modal sosial, dan sistem lama terbukti sudah kropos dan tidak berfungsi.

    Nama : Nengah Utamiati
    NIM :13.01.1.122
    Kelas : Reguler Pagi
    Semester: III

    ReplyDelete
  99. NAMA : NI LUH TASIH LESMANA
    NIM : 13.01.1.102
    SEMESTER : III Reguler Pagi


    1. elemen dasar dari konflik organisasi yang ada yaitu :
    a. kekuasaan fungsional yang menimbulkan pertengkaran birokrasi .
    b. kekuasaan business yang menimbulkan politik yang picik .
    c. kekuasaan corparate yang menimbulkan pertentangan kekuasaan yang merusak.
    2. Peyebab konflik organisasi adalah Penyebab konflik dalam bisnis keluarga umumnya berawal dari kepentingan keluarga dan kepentingan profesional yang saling tumpang tindih. Sifat Individu, yang meliputi kepribadian seseorang, nilai, tujuan, komitmen pada organisasi. Hubungan timbal balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal social dan sistem lama terbukti sudah kropos, tidak berfungsi.
    3. Penyelesaian konflik tersebut adalah kekuasaan mesti digeser dari kelas kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi.
    4. Kajian teoritis SWOT dari konflik :
    Strength : Kekuasaan yang menggerakkan roda alat-alat produksi dengan
    maupun tanpa konflik kelas bukan perjuangan kelas
    Weakness : faktor-faktor yang memengaruhi kebijakan bisnis keluarga seperti komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang merusak.
    Opportunity : menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif serta
    membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi
    Threath : Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak
    organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan sehingga sering memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan.
    Strategi Restrukturisasi : Menggeser konsep kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi sehingga tercapai Corporate Good Governance (CGG).

    ReplyDelete
  100. Ni Putu Onik Okariska
    13.01.1.1.134
    Manajemen Reg. Sore/ Semester III


    1.Human Error, yaitu penyebab konflik yang sering terjadi pada level organisasi yang paling bawah (fungsional). Secara umum human error ini terjadi dalam bentuk Pertengkaran Birokrasi di organisasi tsb.
    2. Instrument Error, yaitu penyebab konflik yang terjadi pada level menengah dari suatu organisasi dan umumnya hal ini berbentuk Politik yang Picik.
    3. Media Error, yaitu penyebab konflik yang berada pada tingkat paling atas. Ditandai dengan terjadinya Pertentangan Kekuasaan yang nantinya dapat merusak organisasi tsb. Ketiganya merupakan bagian penting dari tata kelola kekuasaan yang dihadapkan dengan semakin rumitnya lingkungan sosial.
    Penyebab konflik yang ada:
    Kurang pahamnya tentang pelaksanaan dan tanggung jawab sosial dalam mengubah kekuasaan bisnis keluarga dari kelas kepemilikan ke distribusi pedapatan lewat birokratisasi.

    Analisis pemecahan konflik yang ada:
    Dengan melakukan tata kelola yang baik secara formal dan informal tentang beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan dari bisnis keluarga ini seperti : komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan agar terwujudnya Good Corporate Governance .


    4. Analisis Swot yang dilakukan menunjukkan :
     Kekuatan peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan bukan mandeg dan menjadi tanggung jawab profesional.
     Kelemahan faktor-faktor yang memengaruhi kebijakan bisnis keluarga seperti komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang merusak.
     Peluang, Transformasi kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi bukan bermaksud merampas kekuasaan pemilik, namun ingin menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi,
     Ancaman Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan yang dapat merusak.
    Strategi Restrukturisasi dilakukan dengan :
    - Menggeser konsep kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi merupakan satu dari beberapa konsep Corporate Good Governance (CGG). Mengapa? Karena capaian CGG adalah clean governance lewat kertas kerja bukan ruang suka dan tidak suka.
    - Karenanya peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan bukan mandeg dan menjadi tanggung jawab profesional



    ReplyDelete
  101. Nama : Gede Wirawan
    NIM : 13.01.1.115
    Kelas : Reg.Pagi / Semester 3
    Mata Kuliah : Manajemen Strategi

    1.Elemen dasar dari konfliksuatu organisasi :
    Kata konflik memang sudah tidak asing lagi bagi kita, konflik tidak bisa dihindarkan dalam suatu organisasi karena disebabkan oleh sifat dan karakter seseorag yang berbeda-beda. Birokrasi berasal dari kata bureaucracy (bahasa inggris bureau + cracy), diartikan sebagai suatu organisasi yang memiliki rantai komando dengan bentukpiramida, dimana lebih banyak orang berada ditingkat bawah dari pada tingkat atas, biasanya ditemui pada instansi yang sifatnya administratif maupun militer.
    Ada 3 elemen dasar dari konflik organisasi yang ada yaitu ::
    1.Human Error (Hierarki kekuasaan fungsional), yaitu penyebab konflik yang sering terjadi pada level organisasi yang paling bawah. (yang menimbulkan pertengkaran birokrasi)
    2. Instrument Error(Hierarki kekuasaan business), yaitu penyebab konflik yang terjadi pada level menengah dari suatu organisasi dan umumnya hal ini berbentuk politik yang picik.( yang menimbulkan politik yang picik)
    3. Media Error(Hierarki kekuasaan corporate), yaitu penyebab konflik yang berada pada tingkat paling atas. Ditandai dengan terjadinya Pertentangan Kekuasaan yang nantinya dapat merusak organisasi tersebut..( yang menimbulkan pertentangan kekuasaan yang merusak)

    2. Penyebab Konflik
    Mungkin menrut saya penyebab konflik salah satunya adalah Birokrasi dibangun di atas loyalitas atau kepatuhan bawahan kepada atasan. Akibatnya, saat atasan sudah dikuasai oleh kepentingan jahat dan berlawanan dengan kepentingan rakyat, maka bawahan cenderung menurut. Ini nampak dalam penyelesaian konflik agraria, dimana birokrasi di daerah cenderung mengikut pada atasannya, sekalipun hal itu sangat berlawanan dengan konstitusi dan kepentingan rakyat banyak.Disamping itu, konflik timbu akibat l masalah komunikasi, hubungan pribadi, struktur organisasi sehingga kerap menjadi konflik dalam organisasi

    3.Pemecahan Konflik
    Pemecahan konflik yang ada menurut saya hendaknya masnyarakat mengerti tentang biokrasi dan tidak selalu berpikir negatif , Birokratisasi tidaklah bermaksud merampas kekuasaan pemilik, tapi ingin menciptakan hubungan kerja yang lancar. Disamping itu Transformasi kekuasaan ke birokratisasi yang memadai dan cocokl masih diperkirakan bisa menyelesaikan pertentangan dalam suatu organisasi dan meredam konflik dalam suatu organisasi.

    4.Teoritis SWOT dari konflik :
    a.Strength (Kekuatan) :
    Dapat meningkatkan pertumbuhan, melalui pembelajaran untuk mengatasi tantangan-tantangan dalam satu kebersamaan dengan orang lain serta meningkatkan kreativitas dan perubahan sebagai solusi untuk mengatasi perbedaaan-perbedaan diantara orang-orang yang terlibat

    b. Weakness (Kelemahan)
    Produktivitas yang menurun karena usaha dan sumber daya diarahkan kembali pada konflik, bukannya pada pekerjaan dan Interaksi yang lebih rendah karena individu-individu dan para pendukung mereka memihak dan mulai saling mengkotak-kotakkan satu sama lain

    c. Opportunity (Peluang)
    Dapat membentuk hubungan kerja yang lancar dan memunculkan dinamika kekuasaan bekerja untuk suatu organisasi bukan menentang organisasi dapat menciptakan hubungan kerja yang lancar.

    d. Threath (Ancaman)
    Adanya peluang yang memicu kembali munculnya konflik sehingga bisa mengancam bubarnya suatu organisasi serta pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan.

    Strategi Restrukturisasi :
    Munculnya peluang untuk menggeser konsep kepemilikan kepada tangan distribusi pendapatan melalui birokratisasi sehingga tercapai Corporate Good Governance.

    ReplyDelete
  102. Nama : Gede Pandri Hendranata
    Nim : 13.01.1.1.166
    Kelas : Eksekutif
    Semester : 3 (Tiga)
    Materi : Manajemen Strategi
    Jawaban menurut saya :
    Elemen dasar dari konflik organisasi adalah :
    1. Human Error
    Penyebab konflik yang sering terjadi pada Low Level. Secara umum human error ini terjadi dalam bentuk pertengkaran birokrasi pada suatu Organisasi tersebut.
    2. Instrument Error
    Konflik yang terjadi pada tingkatan Medium lavel dari suatu Organisasi
    3. Media Error
    Penyebab Konflik yang berada pada tingkat High Level. Pertentangan Kekuasaan biasanya melalui media cetak ataupun media lainnya ( Perang Media ) dimana nantinya dapat merusak organisasi tersebut.
    Penyebab konflik yang ada:
    Adanya Hubungan timbal balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal sosial, dan sistem lama yang sudah kropos dan tidak berfungsi lagi
    Analisis pemecahan konflik yang ada:
    1. Pembagian kue yang fair dari pemilik agar organisasi bergerak ke kondisi sosial ekonomis yang lebih baik.
    2. Komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal.
    SWOT, Strategi Restrukturisasi berbasis teoritis konflik yang ada.
    1. Strenghts ( Kekuatan )
    Kekuasaan kepemilikan yang dominan dapat menggerakkan roda alat-alat produksi dengan maupun tanpa konflik kelas bukan perjuangan kelas.
    2. Weakness ( Kelemahan )
    Komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error, sering kali dapat memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang dapat merusak suatu organisasi.
    3. Opportunity ( Peluang )
    Transformasi kekuasaan bisnis keluarga dari kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi dapat menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi.
    4. Threats ( Ancaman )
    Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan sehingga sering memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan.

    Strategi Restrukturisasi dilakukan dengan :
    Menggeser konsep kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi untuk mewujudkan clean governance lewat kertas kerja bukan ruang suka dan tidak suka dan menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi.

    ReplyDelete
  103. Nama: Made Agus Putra Juliawan
    Kelas: reguler pagi/smester3
    Jurusan: Manajemen
    1. Penyebab sesungguhnya ketika lingkungan bisnis keluarga cenderung menghasilkan konflik yang bersifat merusak tatanan organisasi adalah hubungan timbal balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal sosial, serta sistem lama terbukti sudah kropos, tak berfungsi. Karena itu, kekuasaan mesti digeser dari kelas kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi. Dengan kata lain, pembagian kue yang fair dari pemilik agar organisasi bergerak ke kondisi sosial ekonomis yang lebih baik.
    2. Sebut dan jelaskan elemen dasar dari konflik organisasi yang ada antara lain :
    a. Terdapatnya dua atau lebih unit-unit atau bagian-bagian yang terlibat di dalam konflik.
    b. Unit-unit tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan-
    kebutuhan, tujuan-tujuan, masalah-masalah, nilai-nilai, sikap-sikap, maupun gagasan-
    gagsan.
    c. Terdapatnya interaksi di antara bagian-bagian yang mempunyai perbedaan-perbedaan
    tersebut.
    3. Penyebab konflik yang ditemukan adalah :
    a. Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan yang merusak.
    b. Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan yang dapat merusak.
    4. Pemecahan konflik yang ada yaitu ada tiga metode pemecahan konflik yang sering digunakan, yaitu dominasi atau penekanan, kompromi, dan pemecahan masalah integratif.Dominasi atau penekanan. Dominasi atau penekanan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: Kekerasan (forcing) yang bersifat penekanan otokratik, penenangan (smoothing), merupakan cara yang lebih diplomatis,penghindaran (avoidance) dimana manajer menghindar untuk mengambil posisi yang tegas, aturan mayoritas (majority rule), mencoba untuk menyelesaikan konflik antar kelompok dengan melakukan pemungutan suara (voting) melalui prosedur yang adil.
    5. Kaji dengan teoritis SWOT, Strategi Restrukturisasi berbasis teoritis konflik yang ada.
    a. Strenghts: Kekuasaan kepemilikan yang dominan dapat menggerakkan roda alat-alat produksi dengan maupun tanpa konflik kelas bukan perjuangan kelas.
    b. Weakness: Faktor-faktor yang memengaruhi kebijakan dari bisnis keluarga seperti komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error, sering kali dapat memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang dapat merusak suatu organisasi.
    c. Opportunity: Transformasi kekuasaan bisnis keluarga dari kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi dapat menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi.
    d. Threats : Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan sehingga sering memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan.

    ReplyDelete
  104. IDA AYU NININGFEBRIYANI
    13.01.1.1.189
    MANAJEMEN (3) EKSKUTIF

    2.Elemen dasar dari konflik organisasi yang ada adalah :
    a. Human Error, Pertengkaran Birokrasi merupakan elemen dasar dari konflik ada tingkat paling bawah
    b.Instrument Error, Politik yang Picik merupakan konflik yang terjadi pada tingkat menengah
    c. Media Error, Perselisihan kekuasaan yang merupakan konflik pada tingkat paling atas pada organisasi. Ketiganya merupakan bagian penting dari tata kelola kekuasaan yang dihadapkan dengan semakin rumitnya lingkungan social

    3. Penyebab konflik yang ditemukan adalah :
    a. Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan yang merusak.
    b. Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalamsuatukesenjangan kewenangan, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politikyang picik, danpertentangankekuasaan yang dapat merusak.

    4. Analisis pemecahan konflik yang ada:
    a. Pelaksanaan dan tanggung jawab sosial dalam menggeser kepemilikan ke distribusi pendapatan lewat birokratisasi,
    b. birokratisasi bukan bermaksud merampas kekuasaan pemilik, namun ingin menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi

    5. Kaji dengan teoritis SWOT, Strategi Restrukturisasi berbasis teoritis konflik yang ada.
    a. Strengh, yaitu kekuatan yang harus menjadi titik tolak dalam bergerak guna mengelola kaedah konflik itu sendiri.Sebagai orang yang mengendalikan manajemen dalam berorganisasi sudah barang tentu harus mengetahui lebih awal seberapa besar kekuatan yang dimiliki, sehingga dalam menjalankan roda organisasi akan dapat memperhitungkan akibat yang akan ditimbulkan dari kekuatan tersebut. Artinya nilai kekuatan itu sendiri akan tetap terukur dan dapat dikendalikan dengan baik guna mencapai tujuan yang ingin diharapkan.
    b Weakness, yaitu bentuk kelemahan yang mesti harus sedini mungkin diketahui oleh seorang manajerial dalam menjalankan fungsinya, sehingga dari kelemahan itu akan dapat diukur seberapa besar kerugian yang akan ditimbulkan. Sehingga dalam menyimpulkan bahwa organisasi itu dapat bergerak dengan baik atau buruk sudah dapat diketahui atau diprediksi lebih awal.
    c Opportunity, yaitu bentuk kesempatan yang dimiliki agar dimanfaatkan dengan baik guna melancarkan setiap tindakan yang telah diprogramkan, sehingga dalam mengukur kinerja orgnisasi tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada. artinya bahwa seorang dalam melaksanakan manajemennya tidak boleh mengesampingkan kesempatan yang muncul walaupun hanya memiliki nilai yang kecil, karena melalui kesempatan itu nilai yang besar akan dikawal oleh kesempatan yang nilainya kecil. Terlepas dari itu organisasi sudah semestinya menjadikan setiap kesempatan sebagai peluang untuk merubah dirinya kea rah yang lebih baik dan lebih menguntungkan.
    d. Threat, yaitu dalam menjalankan roda organisasi seorang pemimpin mestinya sudah bisa memprediksi setiap tindakan yang dilakukannya terhadap setiap ancaman yang ditimbulkan dari tindakan itu sendiri. Sekecil apapun ancaman yang ada, selaku pemimpin organisasi semestinya tidak mengabaikan begitu saja, namun harus mempersiapkan sedini mungkin untuk menanggulangi ancaman itu. Bahwa seorang pemimpin harus bisa mengelola setiap ancaman untuk menjadikan arah organisasi lebih ke arah yang lebih baik.

    ReplyDelete
  105. NAMA : KOMANG AGUS WIRASATRIA
    NOMOR : 13.01.1.099
    JURUSAN : MANAJEMEN
    KELAS : REGULER PAGI

    1. Sebut dan jelaskan elemen dasar dari konflik organisasi yang ada.
    Jawaban :
    1. Terdapatnya dua atau lebih unit-unit atau bagian-bagian yang terlibat di dalam konflik.
    2. Unit-unit tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan-
    kebutuhan, tujuan-tujuan, masalah-masalah, nilai-nilai, sikap-sikap, maupun gagasan-
    gagsan.

    2. Alanisis Pemecahan masalah yang ada :
    Jawaban :

    - Pelaksanaan dan tanggung jawab sosial dalam menggeser kepemilikan ke distribusi pendapatan lewat birokratisasi
    - birokratisasi bukan bermaksud merampas kekuasaan pemilik, namun ingin menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi

    3. Analisis Swot yang dilakukan menunjukkan :
    Kekuatan peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan bukan mandeg dan menjadi tanggung jawab profesional.
    Kelemahan faktor-faktor yang memengaruhi kebijakan bisnis keluarga seperti komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang merusak.
    Peluang, Transformasi kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi bukan bermaksud merampas kekuasaan pemilik, namun ingin menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi,
    Ancaman Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan yang dapat merusak.
    Strategi Restrukturisasi dilakukan dengan :
    - Menggeser konsep kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi merupakan satu dari beberapa konsep Corporate Good Governance (CGG). Mengapa? Karena capaian CGG adalah clean governance lewat kertas kerja bukan ruang suka dan tidak suka.
    - Karenanya peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan bukan mandeg dan menjadi tanggung jawab profesional

    ReplyDelete
  106. Bagus Ketut Supardi
    III/Regules Pagi/manajemen/14.01.1.006

    1.Human Error, yaitu penyebab konflik yang sering terjadi pada level organisasi yang paling bawah (fungsional). Secara umum human error ini terjadi dalam bentuk Pertengkaran Birokrasi di organisasi tsb.
    2. Identifikasi penyebab konflik yaitu:
    Ketika lingkungan bisnis keluarga cenderung menghasilkan konflik yang bersifat merusak tatanan organisasi yaitu hubungan timbal balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal sosial, serta sistem lama terbukti sudah kropos, tak berfungsi. Karena itu, kekuasaan mesti digeser dari kelas kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi. Dengan kata lain, pembagian kue yang fair dari pemilik agar organisasi bergerak ke kondisi sosial ekonomis yang lebih baik. Kekuasaan bisnis keluarga yang merupakan tindakan tradisional yang sepenuhnya self-evident, konvensional dan habitual, dan hampir bersifat mekanis yang didasarkan pada kebiasaan yang diinternalisasikan Dinamika ini timbul sebagai akibat dari perubahan, persaingan, konflik, krisis dan teror yang ada di organisasi keluarga tersebut, karena aturan main maupun institusi tak berfungsi sebagaimana semestinya.
    3. Analisis pemecahan konflik

    3. Penyebab konflik yang ditemukan adalah :
    a. Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan yang merusak.
    b. Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan yang dapat merusak.
    4. Pemecahan konflik yang ada yaitu ada tiga metode pemecahan konflik yang sering digunakan, yaitu dominasi atau penekanan, kompromi, dan pemecahan masalah integratif.Dominasi atau penekanan. Dominasi atau penekanan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: Kekerasan (forcing) yang bersifat penekanan otokratik, penenangan (smoothing), merupakan cara yang lebih diplomatis,penghindaran (avoidance) dimana manajer menghindar untuk mengambil posisi yang tegas, aturan mayoritas (majority rule), mencoba untuk menyelesaikan konflik antar kelompok dengan melakukan pemungutan suara (voting) melalui prosedur yang adil.
    5. analisis swot
    1. Strength : Kekuasaan yang menggerakan roda alat alat produksi dengan maupun tanpa konflik kelas bukan perjuangan kelas.
    2. Weakness : Faktor factor yang mempengaruhi kebijakan bisnis keluarga seperti komunikasi,sikap,sumber daya, struktur organisasi, konteks kekuasaan yang memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error,instrument error dan media error, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang merusak.
    3. Opportunity : menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif serta membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi.
    4. Threath : Kekuasaan dan pengaruh modal social sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan sehingga sering memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik dan pertentangan kekuasaan.

    ReplyDelete
  107. Nama : Putu Mahessa Bayu Santosa
    NIM : 13.01.1.090
    Jurusan : Manajemen Reg. Pagi




    Elemen dasar dari konflik organisasi yang ada yakni kesenjangan modal sosial yang terdiri dari komunikasi, sumber daya, disposisi atau sikap, struktur birokrasi atau organisasi, kontens kebijakan, dan konteks kekuasaan.
    Penyebab terjadinya konflik ini sesungguhya ketika lingkungan bisnis keluarga cenderung menghasilkan konflik yang bersifat merusak tatanan organisasi adalah hubungan timbal balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal sosial. Pada awalnya kekuasaan bisnis keluarga bertujuan formal, namun pada akhirnya membentuk penguatan – penguatan baru yang sudah pasti bertujuan melanggengkan kekuasaan.
    Pemecahan dari konflik ini yaitu dengan mentransformasi peran kekuasaan kepemilikan yang dominan ke wadah kekuasaan yang lain (distribusi pendapatan lewat birokratisasi), sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan dan menjadi tanggung jawab profesional. Tata kelola error, instrument error maupun media error merupakan bagian penting dari tata kelola kekuasaan yang dihadapkan dengan semakin rumitnya lingkungan sosial. Oleh karena itu, transformasi kekuasaan ke birokratisasi yang memadai dan kompatibel masih diduga dan mungkin bisa menyelesaikan pertentangan organisasi dan keluar dari proses pembusukan birokratisasi, politik dan kekuasaan.
    Apabila dikaji dengan analisa SWOT, bisnis keluarga memiliki kekuatan yang terletak pada organisasi keluarga (hierarki kekuasaan) dimana di dalamnya memerlukan bantuan modal sosial dari bawahan, teman sejawat, atasan maupun orang luar. Yang menjadi kelemahan disini adalah bahwa kekuasaan dan pengaruh dari modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan yang merusak. Proses restrukturisasi berbasis teoritis menciptakan peluang untuk membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi. Dimana nantinya diharapkan dengan adanya penggeseran konsep kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi yang merupakan salah satu dari beberapa konsep CGG Corporate Good Governance mampu menyelesaikan konflik yang timbul dari sistem sebelumnya.

    ReplyDelete
  108. Kadek Suci Mahayuni
    13.01.1.1.195
    semester 3 Eksekutif
    Manajemen Strategi

    Elemen dasar dari konflik organisasi adalah:
    1. Human Error, yaitu penyebab konflik yang sering terjadi pada level organisasi yang paling bawah (fungsional). Secara umum human error ini terjadi dalam bentuk Pertengkaran Birokrasi di organisasi tsb.
    2. Instrument Error, yaitu penyebab konflik yang terjadi pada level menengah dari suatu organisasi dan umumnya hal ini berbentuk Politik yang Picik.
    3. Media Error, yaitu penyebab konflik yang berada pada tingkat paling atas. Ditandai dengan terjadinya Pertentangan Kekuasaan yang nantinya dapat merusak organisasi tsb. Ketiganya merupakan bagian penting dari tata kelola kekuasaan yang dihadapkan dengan semakin rumitnya lingkungan sosial.
    Peyebab konflik organisasi adalah hubungan timbal balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal social dan sistem lama terbukti sudah kropos, tidak berfungsi.
    Penyelesaian konflik tersebut adalah kekuasaan mesti digeser dari kelas kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi.
    Analisis pemecahan konflik yang ada:
    1. Pembagian kue yang fair dari pemilik agar organisasi bergerak ke kondisi sosial ekonomis yang lebih baik.
    2. Komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal.
    Kaji dengan teoritis SWOT, Strategi Restrukturisasi berbasis teoritis konflik yang ada.
    -Strenghts: Kekuasaan kepemilikan yang dominan dapat menggerakkan roda alat-alat produksi dengan maupun tanpa konflik kelas bukan perjuangan kelas.
    -Weakness: Faktor-faktor yang memengaruhi kebijakan dari bisnis keluarga seperti komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error, sering kali dapat memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang dapat merusak suatu organisasi.
    -Opportunity: Transformasi kekuasaan bisnis keluarga dari kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi dapat menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi.
    -Threats : Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan sehingga sering memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan.

    ReplyDelete
  109. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kadek Sonita Dewi
      13.01.1.109
      Semester 3/Reg Pagi
      Jurusan : Manajemen

      Strengths (Kekuatan) : mereka yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menjalankan alat-alat produksi baru . Meningkatkan inisiatif, inovasi, semangat kerja dan kesempurnaan kekuasaan bisnis keluarga dengan menggunakan metode studi pustaka.
      Weaknesses (Kelemahan) : terdapatnya kekurangan pada kondisi internal organisasi, akibatnya hubungan timbal balik antara masalah ekonomi dan kesenjangan modal sosial (baca: komunikasi, sumber daya, disposisi atau sikap, struktur birokrasi atau organisasi, kontens kebijakan, dan konteks kekuasaan, serta sistem lama terbukti sudah kropos, tak berfungsi.
      Opportunities (Peluang) : peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan bukan mandeg dan menjadi tanggung jawab profesional.
      Threats (Ancaman) : faktor lingkungan luar yang mampu menghambat pergerakan organisasi, misalnya Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan yang merusak. Analisis pemecahan konflik yang ada:
      Dengan melakukan tata kelola yang baik secara formal dan informal tentang beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan dari bisnis keluarga ini seperti : komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan agar terwujudnya Good Corporate Governance .
      SWOT, Strategi Restrukturisasi berbasis teoritis konflik yang ada.
      1. Strenghts ( Kekuatan )
      Kekuasaan kepemilikan yang dominan dapat menggerakkan roda alat-alat produksi dengan maupun tanpa konfl1. Strenghts ( Kekuatan )
      Kekuasaan kepemilikan yang dominan dapat menggerakkan roda alat-alat produksi dengan maupun tanpa konflik kelas bukan perjuangan kelas.

      2. Weakness ( Kelemahan )
      Komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal dan non formal terhadap human error, instrument error dan media error, sering kali dapat memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang dapat merusak suatu organisasi.

      3. Opportunity ( Peluang )
      Transformasi kekuasaan bisnis keluarga dari kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi dapat menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi.

      4. Threats ( Ancaman )
      Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan sehingga sering memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan.ik kelas bukan perjuangan kelas.
      Peluang: Transformasi kekuasaan bisnis keluarga dari kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi dapat menciptakan hubungan kerja yang lancar dan responsif dan membuat dinamika kekuasaan bekerja untuk organisasi bukan menentang organisasi.

      Ancaman: yaitu dalam menjalankan roda organisasi seorang pemimpin mestinya sudah bisa memprediksi setiap tindakan yang dilakukannya terhadap setiap ancaman yang ditimbulkan dari tindakan itu sendiri.

      Delete
  110. Nama: I Gede Agus Alklenet
    NIM: 13.01.1.118
    Kelas: Reguler Pagi
    Smester: 3
    1. Elemen dasar dari konflik organisasi
    a. Human Error yaitu penyebab konflik yang sering terjadi pada level organisasi yang paling bawah, terjadi akibat kesalahan dalam pekerjaan disebabkan oleh ketidak sesuaian atas pencapaian dengan apa yang diharapkan, sehingga pada kenyataannya menimbulkan pertengkaran birokrasi
    b. Instrument Error, situasi konflik yang seperti ini biasanya terjadi pada level menengah dari suatu organisasi dan umumnya hal ini berbentuk Politik yang Picik
    c. Media Error yaitu penyebab konflik yang berada pada tingkat paling atas. Konflik yang muncul yaitu terjadinya Pertentangan ekuasaan yang dapat merusak suatu organisasi
    2. Penyebab konflik yang ada yaitu kekuasaan bisnis keluarga sering kali berpengaruh terhadap tugas dan wewenang terutama pengambilan kebijakan. Kebijakan bisnis keluarga yang dimaksud seperti komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan dan konteks kekuasaan memerlukan tata kelola otoritas formal maupun non formal terhadap human error, instrument error dan media error yang sering kali dapat memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik serta pertentangan kekuasaan yang merusak tatanan organisasi..
    3. Analisis Swot yang dilakukan menunjukkan :
    a. Peluang, Transformasi kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi bukan bermaksud merampas kekuasaan pemilik.
    b. Ancaman Kekuasaan dan pengaruh modal sosial sering menjebak organisasi keluarga dalam suatu kesenjangan kewenangan, yang kerap memicu pertengkaran birokrasi, politik yang picik, dan pertentangan kekuasaan yang dapat merusak.
    c. Kekuatan peran kekuasaan kepemilikan yang dominan hendaknya ditranformasi ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan bukan mandeg dan menjadi tanggung jawab profesional.
    d. Kelemahan faktor-faktor yang memengaruhi kebijakan bisnis keluarga seperti komunikasi, sikap, sumber daya, struktur organisasi, kontens kebijakan.

    4. Strategi Restrukturisasi adalah memperbesar atau memperkecil struktur perusahaan. Adapun beberapa jenis Restrukturisasi diantaranya yaitu Restrukturisasi Portofolio, Restrukturisasi Modal atau Keuangan, Restrukturisasi Manajemen. Dalam konflik diatas dapat dilakukan dengan memindahkan konsep Kekuasaan Bisnis Keluarga dari kepemilikan ke tangan distribusi pendapatan lewat birokratisasi untuk mewujudkan Corporate Good Governance . Serta dengan mentranformasikannya ke wadah kekuasaan yang lain, sehingga pelaksanaan kebijakan lewat hierarki kekuasaan pada level corporate ke level bisnis dan ke level fungsional berjalan dengan baik dan menjadi tanggung jawab professional.

    ReplyDelete