Kombinasi antara ketakutan dan kekaguman, yang bercampur aduk dengan keterasingan
dan kerinduan merupakan inti dari manajemen permainan. Ia merupakan suatu seni guna
merampas kekebasan sumber daya organisasi, dan yang dirampas tetap bersorak,
baik pada tingkat pertengkaran birokrasi di tataran staf yang sering frustasi
dan skeptis, politik dunia kerja yang picik di level supervisor yang punya hobi
mengukir dirinya sendiri, maupun pada level perselisihan kekuasaan antar
pemilik. Pendeknya, bagaimana
manajemen memenangkan hati sumber daya. Dengan demikian, manajemen akan meraih
kebebasannya. Hal ini menjadi penting sejak teori motivasi dan teori pendekatan
pengambilan keputusan sepakat untuk tidak sepakat (baca: bercengkrama) dengan
model-model dan simulasi manajemen yang ada. Kiranya tidaklah ngawur kalau
analisa mengenai manajemen permainan dibahas dalam artikel yang separuh ngawur
ini.
Nama : I Made Edy Wirawan
ReplyDeleteNim : 13.01.1.1.14
Jawaban No 1
Tahap I (potential opposition or incompatibility). Kondisi ketidakcocokan tersebut dapat disebabkan oleh:gagguan,kesulitan,kesalahpahaman,derajat spesialisasi, gaya kepemimpinan, sistem balas jasa
A. Tahap II (cognition and personalization). Pada tahap ini pihak yang terkena kondisi ketidakocokan mulai menyadari dan merasakan sehingga menjadi frustasi / Stress.
B. Tahap III (intention). Pada tahap ini konflik mulai terbuka, dimana seseorang memutuskan melakukan tindakan untuk menggagalkan usaha pencapaian tujuan orang.
C. Tahap IV (behavior). Pada tahap ini konflik semakin jelas, melilbatkan pernyataan, tindakan, dan reaksi dari pihak yang berkonflik. Supaya konflik tidak menghambat kinerja perlu dimanajemenisasi Seperti penyelesaian masalah
D. Tahap V (outcomes). Pada tahap terakhir konflik akan memberikan hasil yaitu hasil fungsional : meningkatkan kualitas keputusan, merangsang kreatifitas dan inovasi, serta mampu menciptakan kesadaran untuk introspeksi diri, Hasil yang disfungsional : kekompakan kelompok akan turun, terjadi perkelahian, komunikasi terhenti.
Jawaban No 2
Banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya konflik di tempat kerja, antara lain: perbedaan karakter, persaingan kerja, perbedaan kepentingan kelompok, kepemimpinan dalam organisasi dan sebagainya
Jawaban No 3
Untuk menilai kinerja organisasi ini tentu saja diperlukan pengukuran kinerja secara jelas dengan menggunakn indikator-indikator tertentu. Adapun perspektif-perspektif yang di gunakan dalam menentukan kinerja dengan sistem BSC adalah sebagai berikut:
1. Perspektif Keuangan
BSC memakai tolak ukur kinerja keuangan seperti laba bersih dan ROI, karena tolak ukur tersebut secara umum digunakan dalam perusahaan untuk mengetahui laba. Ada 3 peningkatan yaitu :
1.Peningkatan customer 'yang puas sehingga meningkatkan laba
2.Peningkatan produktivitas dan komitmen karyawan sehingga meningkatkan laba
3.Peningkatan kemampuan perasahaan untuk menghasilkan financial returns dengan mengurangi modal yang digunakan atau melakukan investasi daiam proyek yang menghasilkan return yang tinggi.
2. Perspektif Pelanggan
Dalam perspektif pelanggan, perusahaan perlu terlebih dahulu menentukan segmen pasar dan pelanggan yang menjadi target bagi organisasi atau badan usaha.
3. Perspektif Proses Bisnis Internal
Perspektif proses bisnis internal menampilkan proses kritis yang memungkinkan unit bisnis untuk memberi value proposition yang mampu menarik dan mempertahankan pelanggannya di segmen pasar yang diinginkan dan memuaskan harapan para pemegang saham
4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Perspektif ini menyediakan infrastruktur bagi tercapainya ketiga perspektif sebelumnya.Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan mencakup prinsip kapabilitas yang terkait dengan kondisi intemal perusahaan, yaitu:
A. Kapabilitas pekerja.
KapabiLitas pekerja adalah merupakan bagian kontribusi pekerja pada perusahaan. Sehubungan dengan kapabilitas pekerja, ada 3 hal yang harus diperhatikan oleh manajemen
a.Kepuasan pekerja.
Kepuasan pekerja merupakan prakondisi untuk meningkatkan produktivitas, tanggungjawab, kualitas, dan pelayanan kepada konsumen.
b. Retensi pekerja.
Retensi pekerja adalah kemampuan untuk mempertahankan pekerja terbaik dalam perusahaan.
c. Produktivitas pekerja.
Produktivitas pekerja merupakan hasil dari pengaruh keseluruhan dari peningkatan keahlian dan moral, inovasi, proses internal, dan kepuasan pelanggan.
Nama : PUTU WIRIASA
ReplyDeleteNim : 13.01.1.1.139
Semester : III
Kelas : Manajemen Reg-Sore
Mata Kuliah : Manajemen Strategi
1. Tahap-Tahap Konflik
a. Tahap konflik diawali dengan rasa tidak nyaman, hal ini bisa dihindari dengan mememberikan rasa empati dan melakukan komunikasi kepada orang yang bersangkutan.
b. Insiden, seandainya rasa ketidaknyamanan tersebut tidak ditangani maka insiden akan terjadi pada organisasi ini
c. Kesalahpahaman, Konflik yang terjadi bisa juga disebabkan karena kesalahpahaman, hal tersebut dapat dihindari dengan cara mengamati bagian dari diri kita sendiri.
d. Ketegangan, dalam sebuah konflik akan menimbulkan ketegangan antara yang terlibat konflik, untuk itu kita perlu meneliti keemosian diri kita sendiri
e. Krisis, merupakan tahap konflik yang paling puncak, karena sudah berada diluar kemampuan kita untuk mengatasi konflik tersebut. sehingga perlu dicari pihak ketiga untuk mengatasinya.
2. FAKTOR PENYEBAB KONFLIK
a. Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap orang atau individu memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Dengan perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya.
b. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
c. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok. Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.
d. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam Organisasi. Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik.
3. Konsep Kinerja Berbasis BSC (Balanced Scorecard)
Balanced scorecard dapat mengubah strategi menjadi tindakan, menjadikan strategi sebagai pusat organisasi, mendorong terjadinya komunikasi yang lebih baik antar karyawan dan manajemen, meningkatkan mutu pengambilan keputusan dan memberikan informasi peringatan dini, serta mengubah budaya kerja. Potensi untuk mengubah budaya kerja ada karena dengan balanced scorecard, perusahaan lebih transparan, informasi dapat diakses dengan mudah, pembelajaran organisasi dipercepat, umpan balik menjadi obyektif, terjadwal, dan tepat untuk organisasi dan individu; dan membentuk sikap mencari konsensus karena adanya perbedaan awal dalam menentukan sasaran, langkah-langkah strategis yang diambil, ukuran yang digunakan, dll.
Berdasarkan hal tersebut dapat saya gambarkan contoh kecil dalam sebuah kegiatan pada suatu organisasi, yaitu :
a. dalam penyusunan kegiatan, didasari oleh sasaran prioritas dan rencana kerja yang telah ditetapkan.
b. Dalam hal penyusunan kegiatan terdapat aspek-aspek yaitu :
- Indikator, yang terdiri dari capaian program, masukan, keluaran dan hasil
- Tolok ukur Kinerja, yang didalamnya termuat hal-hal yang ingin dicapai dalam penyusunan kegiatan tersebut, serta hal-hal yang mendukung pelaksanaan kegiatan tersebut
- Target Kinerja, merupakan bagian yang memuat nilai jumlah dana, SDM yang diperlukan, serta hasil capaian program dan kegiatan
c. Ketiga aspek tersebut dijadikan landasan atau acuan untuk melaksanakan suatu kegiatan atau pekerjaan.
d. Berdasarkan ketiga aspek tersebut diatas juga akan dipakai untuk menilai kinerja baik dalam hal realisasi dana maupun fisik dari kegiatan yang telah dilaksanakan.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteNAMA : NI KADEK AYU WAHYUNI
ReplyDeleteNIM : 13.01.1.1.137
KELAS : REG.SORE
SEMESTER : 3 ( TIGA )
Jawaban ;
1. Konflik berkembang melalui lima fase secara beruntun, yaitu : latent conflict, perceived conflict, felt conflict, manifest conflict and conflict aftermath.
1). Tahap I, Konflik terpendam. Konflik ini merupakan bibit konflik yang bisa terjadi dalam interaksi individu ataupun kelompok dalam organisasi, oleh karena set up organisasi dan perbedaan konsepsi, namun masih dibawah permukaan. Konflik ini berpotensi untuk sewaktu-waktu muncul ke permukaan.
2). Tahap II, Konflik yang terpersepsi. Fase ini dimulai ketika para actor yg terlibat mulai mengkonsepsi situasi-situasi konflik termasuk cara mereka memandang, menentukan pentingnya isu-isu, membuat asumsi-asumsi terhadap motif-motif dan posisi kelompok lawan.
3). Tahap III, Konflik yang terasa. Fase ini dimulai ketika para individu atau kelompok yang terlibat menyadari konflik dan merasakan penglaman-pengalaman yang bersifat emosi, seperti kemarahan, frustasi, ketakutan, dan kegelisahan yang melukai perasaan.
4). Tahap IV, Konflik yang termanifestasi. Pada fase ini salah satu pihak memutuskan bereaksi menghadapi kelompok dan sama-sama mencoba saling menyakiti dan menggagalkan tujuan lawan. Misalnya agresi terbuka, demonstrasi, sabotase, pemecatan, pemogokan dan sebagainya.
5). Tahap V, Konflik sesudah penyelesaian. Fase ini adalah fase sesudah konflik diolah. Bila konflik dapat diselesaikan dengan baik hasilnya berpengaruh baik pada organisasi (fungsional) atau sebaliknya (disfungsional).
2. Dalam organisasi, terdapat beberapa factor yang menyebabkan konflik yaitu ;
1. Perbedaan dalam tujuan dan prioritas. Setiap sub unit dalam organisasi memiliki tujuan dan prioritas khusus. Misalnya, dalam hubungan kerja, bagian pemasaran ingin agar produknya cepat laku. Kalau perlu dijual murah dan dengan cara kredit. Sebaliknya, bagian keuangan menghendaki pembayaran harus tunai agar posisi kekuangan perusahaan tetap stabil.
2. Saling ketergantungan tugas (task interdependence). Ada yang disebut ketergantungan berurutan (sequential interdependence), dimana output dari suatu unit merupakan input dari unit lain. Misalnya, untuk merespon suatu surat permohonan, kepala bagian masih harus menunggu disposisi dari atasannya.
3. Konflik yang disebabkan oleh pembagian sumber daya (resource interdependence). Antarunit kerja bersaing karena untuk mendapatkan sumber daya yang lebih (personil, dana, material, peralatan, ruangan, fasilitas computer dan lainnya).
4. Deskripsi tugas yang tidak jelas. Ini pun akan mengakibatkan konflik. Kekaburan karena tidak ada guide lines dan policies yang jelas, akan membuat kelompok lainnya tersinggung karena dilangkahi.
5. Perbedaan kekuasaan dan status. Biasanya terjadi karena suatu departemen merasa lebih penting atau memiliki rasa over value ketimbang departemen lainnya. Departemen yang lainnya pasti akan merasa dilecehkan.
6. Perbedaan sistim imbalan dan intensif yang diatur per-unit, bukan berdasarkan tujuan organisasi.
7. Faktor birokratik (lini-staf), dimana pegawai lini memiliki wewenang dalam proses pengambilan keputusan sementara staf lebih pada memberikan rekomendasi atau saran. Sering pegawai lini merasa lebih penting, sementara staf merasa lebih ahli.
3. BSC merefleksikan ukuran kinerja komprehensif yang mencerminkan lingkungan kompetitif dan strategi yang digunakan. BSC berfokus pada strategi yang diterapkan bukan pada pengendalian penerapan scorecard, meskipun pengawasan terhadap scorecard perlu dilakukan mengingat fokus strategi terus berubah seiring dengan perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat.Pengukuran kinerja dilakukan dengan mempertimbangkan empat perspektif BSC yaitu perspektif financial, customer, internal business dan learning and growth secara proporsional. Dengan demikian, pemimpin seharusnya tidak hanya diukur dengan kinerja keuangan, tetapi juga kinerjanya dalam memenuhi kebutuhan organisasi secara ekonomis, efisien, dan tepat sasaran guna menghindari konflik yang berkelanjutan.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteNama : Luh Sukaniti
ReplyDeleteNIM : 13.01.1.1.126
Kelas : Reguler Sore
Jurusan : Manajemen
Semester : III (tiga)
I. TAHAPAN KONFLIK DI DUNIA KERJA
Tahapan Konflik di Dunia Kerja yang saya ketahui diantaranya :
I.Konflik tersembunyi (latent conflic)
Konflik ini disebabkan karena berbagai macam kondisi emosional yang dirasakan individu dalam dunia kerja.
II.Konflik yang mendahului (antecedent condition)
Tahap ini merupakan perubahan dari apa yang dirasakan secara tersembunyi yang belum mengganggu individu, seperti timbulnya tujuan dan nilai yang berbeda, perbedaan peran dan sebagainya.
III.Konflik yang dapat diamati (perceived conflicts)
Pada tahap ini, individu yg terlibat mulai mengkonsepsi situasi-situasi konflik yang dapat diamati dari cara mereka memandang.
IV.Konflik yang dapat dirasakan (felt conflict)
Konflik ini muncul sebagai akibat antecedent condition yang tidak terselesaikan, sehingga individu yang terlibat mulai merasakan konflik di dunia kerja mereka yang ditandai dengan adanya rasa marah, stress dan lain sebagainya.
V.Konflik terlihat secara terwujud dalam perilaku (manifest behavior)
Pada tahap ini konflik telah mencapai puncak dimana setiap individu yang terlibat berupaya untuk mengantisipasi timbulnya konflik dan sebab serta akibat yang ditimbulkannya sehingga melakukan berbagai mekanisme pertahanan diri melalui perilaku.
II. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMBENTUK KONFLIK
Faktor-faktor yang membentuk Konflik diantaranya berasal dari dalam diri individu (Intrapersonal Conflict) dan konflik yang berasal dari luar, seperti konflik antar individu (Interpersonal Conflict), Konflik antar kelompok (Intergroup Conflict), ataupun Konflik antar individu dengan kelompok.
A.Intrapersonal Conflict
Konflik ini bisa berasal dari dalam diri, yang bersumber dari sifat-sifat atau ciri-ciri kepribadian dari orang yang bersangkutan dan yang berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai (Goal Conflict).
B.Konflik yang berasal dari luar
Konflik ini disebabkan karena tuntutan lingkungan kerja yang baru, kehilangan kebebasan pribadi, erosi kontak wajah, terus-menerus dipaksa mempelajari keterampilan kerja baru karena tuntutan pekerjaan, dan terlewatkan dalam promosi jabatan.
1.Interpersonal Conflict, konflik ini terjadi karena perbedaan latar belakang individu (perbedaan pendidikan, keahlian, keterampilan, pengalaman kerja, dan nilai hidup), perbedaan latar belakang sosial (perbedaan budaya, agama, dan sebagainya), serta perbedaan ciri-ciri pribadi (lemah lembut, kasar, tegas, plin-plan, agresif, dan sebagainya).
2.Intergroup Conflict, konflik ini terjadi karena perbedaan dalam tujuan dan prioritas, saling ketergantungan tugas, pembagian sumber daya, deskripsi tugas yang tidak jelas, perbedaan kekuasaan dan status, perbedaan sistim imbalan dan intensif dan faktor birokrasi.
3.Konflik antara individu dan kelompok
Konflik ini dipicu oleh beberapa hal, seperti : anggota kelompok yang tidak dapat memenuhi harapan dan standar kerja, individu yang melanggar norma yang disepakati, serta individu yang melecehkan atau mempermalukan kelompok.
III. KONSEP KINERJA BERBASIS BSC
BSC berasal dari dua kata yaitu balanced (berimbang) dan scorecard (kartu skor). Balanced (berimbang) berarti adanya keseimbangan antara performance keuangan dan non-keuangan, performance jangka pendek dan performance jangka panjang, antara performance yang bersifat internal dan performance yang bersifat eksternal. Sedangkan scorecard (kartu skor) yaitu kartu yang digunakan untuk mencatat skor performance seseorang. Kartu skor juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh seseorang di masa depan. BSC adalah suatu mekanisme sistem manajemen yang mampu menerjemahkan visi dan strategi organisasi ke dalam tindakan nyata di lapangan.
Perspektif dalam Balanced Scorecard yaitu :
1.Perspektif Keuangan
2.Perspektif Pelanggan
3.Perspektif Proses Bisnis Internal
4.Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Nama : Ni Kadek Yullia Trisna Yanti
ReplyDeleteNim : 13.01.1.1.129
Class : Reguler Sore / Semester III (3)
Jawaban 1 :
Tahapan – tahapan konflik diantaranya,,
A. Potensi oposisi atau ketidakcocokan.
Konflik muncul karena terjadi perbedaan pandangan. Perbedaan pandangan ini harus menjadi sebuah perbedaan pribadi.
B. Pengamatan dan personalisasi.
Pada tahap ini pihak yang berselisih akan masuk dalam tahap keinginan berkompetisi untuk memenangkan konflik guna mendapatkan kepuasaan pribadinya ataupun keinginan kelompok. Pada tahap ini pihak yang terkena kondisi spt ini akan mulai menyadari dan merasakan sehingga menjadi frustasi.
C. Keinginan atau niat.
Pihak yang berselisih berusaha mengalah untuk tidak terlibat dalam konflik dengan mendukung pendapat pihak yang berlawanan dengannya, sehingga tidak ada pihak yang dirugikan atau dikalahkan.
D. Tingkah laku.
Dalam tahap ini mulai dilakukan suatu perbuatan untuk melawan baik berupa pernyataan ataupun perbuatan.
E. Hasil.
Ada dua kemungkinan hasil dari sebuah konflik, menaikkan kualitas kerja kelompok atau menurunkan kualitas kerja kelompok. Maka dari itu di perlukan kesadaran sendiri untuk mampu meng-intropeksi diri sendiri.
Jawaban 2
Faktor-faktor penyebab konflik :
1. Perbedaan karakter
2. Persaingan kerja
3. Perbedaan kepentingan kelompok
4. Kepemimpinan dalam organisasi
Jawaban 3
BSC berasal dari dua kata yaitu balanced (berimbang) dan scorecard (kartu skor). Balanced (berimbang) berarti adanya keseimbangan antara performance keuangan dan non-keuangan, performance jangka pendek dan performance jangka panjang, antara performance yang bersifat internal dan performance yang bersifat eksternal. Sedangkan scorecard (kartu skor) yaitu kartu yang digunakan untuk mencatat skor performance seseorang. Jadi, BSC adalah suatu mekanisme sistem manajemen yang mampu menerjemahkan visi dan strategi organisasi ke dalam tindakan nyata di lapangan. Adapun perspektif-perspektif yang di gunakan dalam menentukan kinerja dengan sistem BSC adalah sebagai berikut:
a. Perspektif Keuangan
b. Perspektif Pelanggan
c. Perspektif Proses Bisnis Internal
d. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Maka dari itu, pemimpin seharusnya tidak hanya diukur dengan kinerja keuangan, tetapi juga kinerjanya dalam memenuhi kebutuhan organisasi agar dapat menghindari konflik yang berkelanjutan.
1. Ada beberapa tahapan konflik yang saya ketahui di antaranya :
ReplyDelete-Tahap Pertama
Dimana terjadi perselisihan-perselisihan kecil sehari-hari. Biasanya dalam kelompok terdapat perbedaan nilai kehidupan, budaya, kebutuhan, dan tujuan hidup. Perbedaan-perbedaan ini, mulai bersinggungan dan menimbulkan rasa jengkel, dan sebagainya.
-Tahap Kedua
Dimana tantangan menjadi lebih besar. Unsur persaingan mulai menonjol. Bahkan sudah menyangkut urusan pribadi, dan mulai mencari kesalahan orang lain.
-Tahap Ketiga
Dimana terjadi pertarungan terbuka, mengakibatkan tujuan bergeser dari ingin menang
menjadi ingin menyakiti.
2. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya konflik adalah :
a.Faktor Manusia
Ditimbulkan oleh atasan, terutama karena gaya kepemimpinannya, Personil yang mempertahankan peraturan-peraturan secara kaku, Timbul karena ciri-ciri kepriba-dian individual antara lain : sikap egoistis, temperamental, sikap fanatik, dan sikap otoriter.
b.Faktor Organisasi
Persaingan dalam menggunakan sumberdaya. Apabila sumber daya baik berupa uang, material, atau sarana lainnya terbatas atau dibatasi, maka dapat timbul persaingan dalam penggunaannya. Ini merupakan potensi terjadinya konflik antar unit/departemen dalam suatu organisasi.
c.Perbedaan tujuan antar unit-unit organisasi.
Tiap-tiap unit dalam organisasi mempunyai spesialisasi dalam fungsi, tugas, dan bidangnya. Perbedaan ini sering mengarah pada konflik minat antar unit tersebut. Misalnya, unit penjualan menginginkan harga yang relatif rendah dengan tujuan untuk lebih menarik konsumen, sementara unit produksi menginginkan harga yang tinggi dengan tujuan untuk memajukan perusahaan.
d.Interdependensi tugas.
Konflik terjadi karena adanya saling ketergantungan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Kelompok yang satu tidak dapat bekerja karena menunggu hasil kerja dari kelompok lainnya.
e.Perbedaan nilai dan persepsi.
Suatu kelompok tertentu mempunyai persepsi yang negatif, karena merasa mendapat perlakuan yang tidak “adil”. Para manajer yang relatif muda memiliki presepsi bahwa mereka mendapat tugas-tugas yang cukup berat, rutin dan rumit, sedangkan para manajer senior mendapat tugas yang ringan dan sederhana.
f.Kekaburan yurisdiksional.
Konflik terjadi karena batas-batas aturan tidak jelas, yaitu adanya tanggung jawab yang
tumpang tindih.
g.Masalah “status”.
Konflik dapat terjadi karena suatu unit/departemen mencoba memperbaiki dan
meningkatkan status, sedangkan unit/departemen yang lain menganggap sebagai
sesuatu yang mengancam posisinya dalam status hirarki organisasi.
h. Hambatan komunikasi.
Hambatan komunikasi, baik dalam perencanaan, pengawasan, koordinasi bahkan
kepemimpinan dapat menimbulkan konflik antar unit/ departemen
3. Konsep Kinerja berbasis BSC adalah :
Balanced scorecard merupakan salah satu metode yang banyak digunakan untuk mensinkronkan program dan kegiatan perusahaan dengan visi dan strategi organisasi, meningkatkan komunikasi internal dan eksternal dan memantau kinerja organisasi.
Pada prinsipnya, Balanced Scorecard adalah konsep yang merupakan penerjemahan
strategi dan tujuan yang ingin dicapai perusahaan dalam jangka panjang, yang
kemudian diukur dan dimonitor secara berkelanjutan. Metode Balanced Score Card
menyediakan metode pengukuran kinerja yang mengkombinasikan pengukuran
tradisional yang menggunakan parameter finansial dengan pengukuran yang bersifat
non-finansial secara seimbang, dengan menggunakan empat perspektif, yaitu :
perspektif finansial, pelanggan, proses bisnis internal, dan pertumbuhan &
pembelajaran.
Nama : Ketut Sumitri
DeleteNIM : 13.01.1.1.141
Jurusan : Manajemen/Semester III/Regular Sore
Jawaban :
1.Tahapan Konflik di dunia kerja
Ada 5 (lima) tahapan dalam konflik;
1. Potensi oposisi atau ketidakcocokan
2. Pengamatan dan personalisasi
3. Keinginan atau niat
4. Tingkah laku
5. Hasil.
Pertama konflik muncul karena terjadi perbedaan pandangan. Perbedaan pandangan ini harus menjadi sebuah perbedaan pribadi. Sebagai contoh A dan B berdebat mengenai sesuatu hal, namun perdebatan A dan B ini jika belum sampai pada tahap keterlibatan secara emosional maka belum menjadi sebuah konflik. Dari pelibatan emosional tersebut kemudian konflik memasuk tahap keinginan atau niat. Pada tahap ini pihak yang berselisih akan masuk dalam tahap keinginan berkompetisi untuk memenangkan konflik guna mendapatkan kepuasaan pribadinya ataupun keinginan kelompok. Dalam proses ini juga bisa terjadi sebaliknya yaitu berusaha mencegah lebih dalam terlibat konflik dengan mengacuhkan konflik tersebut. Pada tahap ketiga pula ada kemungkinan pula bahwa pihak yang berselisih berusaha mengalah untuk tidak terlibat dalam konflik dengan mendukung pendapat pihak yang berlawanan dengannya atau ada kemungkinan pula melakukan tahap kompromi sehingga tidak ada pihak yang dirugikan atau dikalahkan. Tahap keempat yang merupakan tingkah laku berarti dalam tahap ini mulai dilakukan suatu perbuatan untuk melawan baik berupa pernyataan ataupun perbuatan. Demonstrasi, perang atau kekacauan terjadi pada tahap keempat ini. Pada tahap kelima konflik adalah hasil dari konflik itu sendiri. Ada dua kemungkinan hasil dari sebuah konflik, menaikkan kualitas kerja kelompok atau menurunkan kualitas kerja kelompok.
2. Faktor – faktor Penyebab Konflik dalam dunia kerja
Penyebab terjadinya konflik pada setiap organisasi sangat bervariasi tergantung dengan cara individu menafsirkan persepsi dan memberikan tanggapan terhadap lingkungan kerja.
Secara umum faktor – faktor penyebabnya adalah sebagai berikut :
1. Salah pengertian karena kegagalan komunikasi
2. Perbedaan tujuan karena perbedaan nilai hidup
3. Persaingan mendapatkan sumber daya organisasi terbatas
4. Masalah wewenang dan tanggung jawab
5. Perbedaan penafsiran terhadap peraturan atau kebijakan
6. Kurang kerjasama
7. Adanya usaha untuk mendominasi
8. Tidak mentaati tata tertib dan peraturan kerja
9. Perubahan dan saran prosedur kerja
3. Konsep Dasar BSC
Balanced Scorecard terdiri dari 2 suku kata yaitu kartu nilai (scorecard) dan balanced (berimbang). Maksudnya adalah kartu nilai untuk mengukur kinerja personil yang dibandingkan dengan kinerja yang direncanakan, serta dapat digunakan sebagai evaluasi. Serta berimbang (balanced) artinya kinerja personil diukur secara berimbang dari dua aspek: keuangan dan non-keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, intern dan ekstern. Karena itu jika kartu skor personil digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan di masa depan, personil tersebut harus memperhitungkan keseimbangan antara pencapaian kinerja keuangan dan non-keuangan, kinerja jangka pendek dan jangka panjang, serta antara kinerja bersifat internal dan kinerja eksternal.
NAMA : KADEK ENI RUSMIATI
ReplyDeleteNIM : 13.01.1.1.133
SEMESTER : III
1. Tahap-Tahap Konflik
a. Tahap konflik diawali dengan rasa tidak nyaman, hal ini bisa dihindari dengan mememberikan rasa empati dan melakukan komunikasi kepada orang yang bersangkutan.
b. Insiden, seandainya rasa ketidaknyamanan tersebut tidak ditangani maka insiden akan terjadi pada organisasi ini
c. Kesalahpahaman, Konflik yang terjadi bisa juga disebabkan karena kesalahpahaman, hal tersebut dapat dihindari dengan cara mengamati bagian dari diri kita sendiri.
d. Ketegangan, dalam sebuah konflik akan menimbulkan ketegangan antara yang terlibat konflik, untuk itu kita perlu meneliti keemosian diri kita sendiri
e. Krisis, merupakan tahap konflik yang paling puncak, karena sudah berada diluar kemampuan kita untuk mengatasi konflik tersebut. sehingga perlu dicari pihak ketiga untuk mengatasinya.
2. 2. FAKTOR PENYEBAB KONFLIK
a. Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap orang atau individu memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Dengan perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya.
b. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik
c. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok. Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.
d. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam Organisasi. Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik.
3. Konflik yang dapat diamati (perceived conflicts)
Pada tahap ini, individu yg terlibat mulai mengkonsepsi situasi-situasi konflik yang dapat diamati dari cara mereka memandang.
IV.Konflik yang dapat dirasakan (felt conflict)
Konflik ini muncul sebagai akibat antecedent condition yang tidak terselesaikan, sehingga individu yang terlibat mulai merasakan konflik di dunia kerja mereka yang ditandai dengan adanya rasa marah, stress dan lain sebagainya.
V.Konflik terlihat secara terwujud dalam perilaku (manifest behavior)
Pada tahap ini konflik telah mencapai puncak dimana setiap individu yang terlibat berupaya untuk mengantisipasi timbulnya konflik dan sebab serta akibat yang ditimbulkannya sehingga melakukan berbagai mekanisme pertahanan diri melalui perilaku.
4. KONSEP KINERJA BERBASIS BSC
BSC berasal dari dua kata yaitu balanced (berimbang) dan scorecard (kartu skor). Balanced (berimbang) berarti adanya keseimbangan antara performance keuangan dan non-keuangan, performance jangka pendek dan performance jangka panjang, antara performance yang bersifat internal dan performance yang bersifat eksternal. Sedangkan scorecard (kartu skor) yaitu kartu yang digunakan untuk mencatat skor performance seseorang. Kartu skor juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh seseorang di masa depan. BSC adalah suatu mekanisme sistem manajemen yang mampu menerjemahkan visi dan strategi organisasi ke dalam tindakan nyata di lapangan.
Perspektif dalam Balanced Scorecard yaitu :
1.Perspektif Keuangan
2.Perspektif Pelanggan
3.Perspektif Proses Bisnis Internal
4.Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Nama : I Ketut Resmiasa
ReplyDeleteNim : 13.01.1.1.190
Semester/ klas : 3 / Eksekutif
1. TAHAP-TAHAP KONFLIK
Konflik tidak muncul seketika dan langsung menjadi besar. Konflik itu berkembang secara bertahap. Jika pemimpin tidak peka mengidentifikasi konflik sehingga intensitas konflik sudah mencapai tahap yang tinggi, maka penyelesaian konflik bisa sangat sukar, dan berpotensi menghancurkan semua pihak. Bila ego terluka dan perasaan tersakiti, maka semua yang terlibat konflik, biasanya akan berusaha mati-matian membela diri dan mencari kemenangan dengan segala cara, agar tidak kehilangan muka. Jadi, jika konflik sudah teridentifikasi sejak awal, dicarikan langkah penyelesaian yang lebih dini, maka relative lebih mudah dalam penanganan konflik
1. Tahap I, Konflik terpendam. Konflik ini merupakan bibit konflik yang bisa terjadi dalam interaksi individu ataupun kelompok dalam organisasi, oleh karena set up organisasi dan perbedaan konsepsi, namun masih dibawah permukaan. Konflik ini berpotensi untuk sewaktu-waktu muncul ke permukaan.
2. Tahap II, Konflik yang terpersepsi. Fase ini dimulai ketika para actor yg terlibat mulai mengkonsepsi situasi-situasi konflik termasuk cara mereka memandang, menentukan pentingnya isu-isu, membuat asumsi-asumsi terhadap motif-motif dan posisi kelompok lawan.
3. Tahap III, Konflik yang terasa. Fase ini dimulai ketika para individu atau kelompok yang terlibat menyadari konflik dan merasakan penglaman-pengalaman yang bersifat emosi, seperti kemarahan, frustasi, ketakutan, dan kegelisahan yang melukai perasaan.
4. Tahap IV, Konflik yang termanifestasi. Pada fase ini salah satu pihak memutuskan bereaksi menghadapi kelompok dan sama-sama mencoba saling menyakiti dan menggagalkan tujuan lawan. Misalnya agresi terbuka, demonstrasi, sabotase, pemecatan, pemogokan dan sebagainya.
5. Tahap V, Konflik sesudah penyelesaian. Fase ini adalah fase sesudah konflik diolah. Bila konflik dapat diselesaikan dengan baik hasilnya berpengaruh baik pada organisasi (fungsional) atau sebaliknya (disfungsional).
2. Faktor-Faktor Penyebab Konflik
• Perbedaan Pendapat = Perbedaan pendapat dapat menimbulkan konflik, karena masing” pihak merasa dirinya paling benar.
• Salah Paham = merupakan salah satu hal yang dapat menimbulkan konflik.
• Salah Satu atau kedua belah pihak merasa dirugikan = Jika salah satu pihak dianggap merugikan yang lain atau masing” merasa dirugikan oleh pihak lain, hal ini menyebabkan munculnya perasaan tidak senang.
• Perasaan yang terlalu sensitif = Karena peraaan yang terlalu sensitive yang menurut sebagian orang dianggap wajar, tetapi oleh pihak lain hal ini dianggap merugikan.
• Konflik dari factor ekstern = Pihak lain diluar perusahaan.
3. Cara manajemen meraih kebebasaannya
Dengan cara menerapkan Konsep Balanced Scorecard selanjutnya akan disingkat BSC.
Keunggulan pendekatan BSC dalam sistem perencanaan adalah mampu menghasilkan rencana strategis, yang memiliki karakteristik sebagai beriku:
(1) komprehensif,
(2) koheren,
(3) seimbang dan
(4) terukur Perspektif dalam Balanced Scorecard
Adapun perspektif-perspektif yang ada di dalam BSC adalah sebagai berikut:
1.PerspektifKeuangan
BSC memakai tolak ukur kinerja keuangan seperti laba bersih dan ROI, karena tolak ukur tersebut secara umum digunakan dalam perusahaan untuk mengetahui laba.
2. Perspektif Pelanggan
Dalam perspektif pelanggan, perusahaan perlu terlebih dahulu menentukan segmen pasar dan pelanggan yang menjadi target bagi organisasi atau badan usaha.
3. Perspektif Proses Bisnis Internal
Perspektif proses bisnis internal menampilkan proses kritis yang memungkinkan unit bisnis untuk memberi value proposition yang mampu menarik dan mempertahankan pelanggannya di segmen pasar yang diinginkan dan memuaskan harapan para pemegang saham melalui flnancial retums.
4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Perspektif ini menyediakan infrastruktur bagi tercapainya ketiga perspektif sebelumnya, dan untuk menghasilkan pertumbuhan dan perbaikan jangka panjang.
Nama : luh putu herlina
ReplyDeleteNim : 13.01.1.1.131
kelas : reguler sore
Jawaban
TAHAPAN- TAHAPAN KONFLIK
tahapan konflik diawali dengan rasa tidak nyaman, hal ini bisa dihindari dengan memberikan rasa empati dan melakukan komunikasi kepada orang yang bersangkutan . Seandainya rasa ketidaknyamanan tersebut tidak ditangani maka insiden akan terjadi .konflik yang terjadi bisa juga disebabkan karena kesalahpahaman , hal tersebut dapat dihindari dengan cara menjadi bagian dari diri kita sendiri , ketegangan dalam sebuah konflik akan menimbulkan ketegangan antara yg terlibat konflik . Untuk itu kita perlu meneliti keemosian diri kita sendiri dan krisis merupakan tahap konflik yang paling puncak karena sudah berada diluar kemampuan kita untuk mengatasi konflik tersebut
FAKTOR PENYEBAB KONFLIK
a. Perbedaan individu yang meliputi perbrdaan pendirian dan perasaan . Setiap orang atau individu memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda antar satu dengan yg lain. Dengan perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan dapat menjadi faktor penyebab konfik sosial , sebab dalam menjalani hubungan sosial seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya.
b.perbedaan latar belakang kebudayaan membentuk pribadi -pribadi yang berbeda dan seseorang sedikit banyaknya terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya . Itu akan menghasilkan perbedaan individu pemicu konflik
c. Perbedaan kepentingan antar individu
d. Perbedaan-perbedaan nilai yang cepat dan mendadak dalam organisasi .
Adapun perspektip-perspektip yang digunakan dalam menentuka kinerja dengan sistem BSC adalah sebagai berikut
1. Perspektip keuangan
BSC memakai tolak ukur kinerja keuangan tsb secara umum digunakan dalam perusahaan untuk mengetahui laba
2. Perspektif pelanggan
Dalam perspektif pelanggan perusahaan perlu terlebih dahulu menentukan segmen pasar dan pelanggan yang menjadi target kaji organisasi atau badan usaha
3. Perspektip proses bisnis internal.
Perspektip proses bisnis internal menampilkan proses kritis yang memungkinkan bisnis untuk memberi value proposition yang mampu menarik dan mempertahankan pelangganya di segmen pasar yang diinginkan dan memuaskan harapan para pemegang saham
4. Perspektip pembelajaran dan pertumbuhan perspektip ini menyediakan infrastruktur tercapainya ketiga perspektif sebelumnya perspektif pembelajaran dan pertumbuhan mencakup prinsif kapabilitas yang terkait dengan kondisi internal perusahaan
1. Tahapan konflik di dunia kerja yang saya ketahui
ReplyDelete1. Tahap I, Konflik terpendam. Konflik ini merupakan bibit konflik yang bisa terjadi dalam interaksi individu ataupun kelompok dalam organisasi, oleh karena set up organisasi dan perbedaan konsepsi, namun masih dibawah permukaan. Konflik ini berpotensi untuk sewaktu-waktu muncul ke permukaan.
2. Tahap II, Konflik yang terpersepsi. Fase ini dimulai ketika para actor yg terlibat mulai mengkonsepsi situasi-situasi konflik termasuk cara mereka memandang, menentukan pentingnya isu-isu, membuat asumsi-asumsi terhadap motif-motif dan posisi kelompok lawan.
3. Tahap III, Konflik yang terasa. Fase ini dimulai ketika para individu atau kelompok yang terlibat menyadari konflik dan merasakan penglaman-pengalaman yang bersifat emosi, seperti kemarahan, frustasi, ketakutan, dan kegelisahan yang melukai perasaan.
4. Tahap IV, Konflik yang termanifestasi. Pada fase ini salah satu pihak memutuskan bereaksi menghadapi kelompok dan sama-sama mencoba saling menyakiti dan menggagalkan tujuan lawan. Misalnya agresi terbuka, demonstrasi, sabotase, pemecatan, pemogokan dan sebagainya.
5. Tahap V, Konflik sesudah penyelesaian. Fase ini adalah fase sesudah konflik diolah. Bila konflik dapat diselesaikan dengan baik hasilnya berpengaruh baik pada organisasi (fungsional) atau sebaliknya (disfungsional).
2. faktor-faktor yang membentuk konflik :
1. Perbedaan antarindividu
Merupakan perbedaan yang menyangkut perasaan, pendirian, atau ide yang berkaitan dengan harga diri, kebanggan, dan identitas seseorang.
Sebagai contoh anda ingin suasana belajar tenang tetapi teman anda ingin belajar sambil bernyanyi, karena menurut teman anda itu sangat mundukung. Kemudian timbul amarah dalam diri anda. Sehingga terjadi konflik.
2. Perbedaan Kebudayaan
Kepribadian seseorang dibentuk oleh keluarga dan masyarakat . tidak semua masyarakat memiliki nilai-nilai dan norma yang sama. Apa yang dianggap baik oleh satu masyarakat belum tentu baik oleh masyarakat lainnya.
Interaksi sosial antarindividu atau kelompok dengan pola kebudayaan yang berlawanan dapat menimbulkan rasa amarah dan benci sehingga berakibat konflik.
3. Perbedaan Kepentingan
Setiap kelompok maupun individu memiliki kepentingan yang berbeda pula. Perbedaan kepentingan itu dapat menimbulkan konflik diantara mereka.
4. Perubahan Sosial
Perubahan yang terlalu cepat yang terjadi pada suatu masyarakat dapat mengganggu keseimbangan sistem nilai dan norma yang berlaku, akibatnya konflik dapat terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara harapan individu dengan masyarakat.
Sebagai contoh kaum muda ingin merombak pola perilaku tradisi masyarakatny, sedangkan kaum tua ingin mempertahankan tradisi dari nenek moyangnya. Maka akan timbulah konflik diantara mereka.
3. Konsep kinerja berbasis BSC
BSC berasal dari dua kata yaitu balanced (berimbang) dan scorecard (kartu skor). Balanced (berimbang) berarti adanya keseimbangan antara performance keuangan dan non-keuangan, performance jangka pendek dan performance jangka panjang, antara performance yang bersifat internal dan performance yang bersifat eksternal. Sedangkan scorecard (kartu skor) yaitu kartu yang digunakan untuk mencatat skor performance seseorang. Jadi, BSC adalah suatu mekanisme sistem manajemen yang mampu menerjemahkan visi dan strategi organisasi ke dalam tindakan nyata di lapangan. Adapun perspektif-perspektif yang di gunakan dalam menentukan kinerja dengan sistem BSC adalah sebagai berikut:
a. Perspektif Keuangan
b. Perspektif Pelanggan
c. Perspektif Proses Bisnis Internal
d. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Nama : I Putu Artajaya
ReplyDeleteNIM : 13. 01.1.1.196
Kelas/Semester : Manajemen Eksekutif/3
1. Tahapan konflik di dunia kerja yang saya ketahui
1. Tahap I, Konflik terpendam. Konflik ini merupakan bibit konflik yang bisa terjadi dalam interaksi individu ataupun kelompok dalam organisasi, oleh karena set up organisasi dan perbedaan konsepsi, namun masih dibawah permukaan. Konflik ini berpotensi untuk sewaktu-waktu muncul ke permukaan.
2. Tahap II, Konflik yang terpersepsi. Fase ini dimulai ketika para actor yg terlibat mulai mengkonsepsi situasi-situasi konflik termasuk cara mereka memandang, menentukan pentingnya isu-isu, membuat asumsi-asumsi terhadap motif-motif dan posisi kelompok lawan.
3. Tahap III, Konflik yang terasa. Fase ini dimulai ketika para individu atau kelompok yang terlibat menyadari konflik dan merasakan penglaman-pengalaman yang bersifat emosi, seperti kemarahan, frustasi, ketakutan, dan kegelisahan yang melukai perasaan.
4. Tahap IV, Konflik yang termanifestasi. Pada fase ini salah satu pihak memutuskan bereaksi menghadapi kelompok dan sama-sama mencoba saling menyakiti dan menggagalkan tujuan lawan. Misalnya agresi terbuka, demonstrasi, sabotase, pemecatan, pemogokan dan sebagainya.
5. Tahap V, Konflik sesudah penyelesaian. Fase ini adalah fase sesudah konflik diolah. Bila konflik dapat diselesaikan dengan baik hasilnya berpengaruh baik pada organisasi (fungsional) atau sebaliknya (disfungsional).
2. faktor-faktor yang membentuk konflik :
1. Perbedaan antarindividu
Merupakan perbedaan yang menyangkut perasaan, pendirian, atau ide yang berkaitan dengan harga diri, kebanggan, dan identitas seseorang.
Sebagai contoh anda ingin suasana belajar tenang tetapi teman anda ingin belajar sambil bernyanyi, karena menurut teman anda itu sangat mundukung. Kemudian timbul amarah dalam diri anda. Sehingga terjadi konflik.
2. Perbedaan Kebudayaan
Kepribadian seseorang dibentuk oleh keluarga dan masyarakat . tidak semua masyarakat memiliki nilai-nilai dan norma yang sama. Apa yang dianggap baik oleh satu masyarakat belum tentu baik oleh masyarakat lainnya.
Interaksi sosial antarindividu atau kelompok dengan pola kebudayaan yang berlawanan dapat menimbulkan rasa amarah dan benci sehingga berakibat konflik.
3. Perbedaan Kepentingan
Setiap kelompok maupun individu memiliki kepentingan yang berbeda pula. Perbedaan kepentingan itu dapat menimbulkan konflik diantara mereka.
4. Perubahan Sosial
Perubahan yang terlalu cepat yang terjadi pada suatu masyarakat dapat mengganggu keseimbangan sistem nilai dan norma yang berlaku, akibatnya konflik dapat terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara harapan individu dengan masyarakat.
Sebagai contoh kaum muda ingin merombak pola perilaku tradisi masyarakatny, sedangkan kaum tua ingin mempertahankan tradisi dari nenek moyangnya. Maka akan timbulah konflik diantara mereka.
3. Konsep kinerja berbasis BSC
BSC berasal dari dua kata yaitu balanced (berimbang) dan scorecard (kartu skor). Balanced (berimbang) berarti adanya keseimbangan antara performance keuangan dan non-keuangan, performance jangka pendek dan performance jangka panjang, antara performance yang bersifat internal dan performance yang bersifat eksternal. Sedangkan scorecard (kartu skor) yaitu kartu yang digunakan untuk mencatat skor performance seseorang. Jadi, BSC adalah suatu mekanisme sistem manajemen yang mampu menerjemahkan visi dan strategi organisasi ke dalam tindakan nyata di lapangan. Adapun perspektif-perspektif yang di gunakan dalam menentukan kinerja dengan sistem BSC adalah sebagai berikut:
a. Perspektif Keuangan
b. Perspektif Pelanggan
c. Perspektif Proses Bisnis Internal
d. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
ReplyDeleteNAMA :GST KT RINA ADNYANI
NIM : 130111144
KELAS :REGULER SORE
SEMESTER :III
1. Tahapan konflik di dunia kerja yang saya ketahui adalah sebagai berikut :
a. Tahap I, Konflik terpendam. Konflik ini merupakan bibit konflik yang bisa terjadi dalam interaksi individu ataupun kelompok dalam organisasi, oleh karena set up organisasi dan perbedaan konsepsi, namun masih dibawah permukaan. Konflik ini berpotensi untuk sewaktu-waktu muncul ke permukaan.
b. Tahap II, Konflik yang terpersepsi. Fase ini dimulai ketika para actor yg terlibat mulai mengkonsepsi situasi-situasi konflik termasuk cara mereka memandang, menentukan pentingnya isu-isu, membuat asumsi-asumsi terhadap motif-motif dan posisi kelompok lawan.
c. Tahap III, Konflik yang terasa. Fase ini dimulai ketika para individu atau kelompok yang terlibat menyadari konflik dan merasakan penglaman-pengalaman yang bersifat emosi, seperti kemarahan, frustasi, ketakutan, dan kegelisahan yang melukai perasaan.
d. Tahap IV, Konflik yang termanifestasi. Pada fase ini salah satu pihak memutuskan bereaksi menghadapi kelompok dan sama-sama mencoba saling menyakiti dan menggagalkan tujuan lawan. Misalnya agresi terbuka, demonstrasi, sabotase, pemecatan, pemogokan dan sebagainya.
e. Tahap V, Konflik sesudah penyelesaian. Fase ini adalah fase sesudah konflik diolah. Bila konflik dapat diselesaikan dengan baik hasilnya berpengaruh baik pada organisasi (fungsional) atau sebaliknya (disfungsional).
2. Faktor-faktor penyebab konflik di dunia kerja adalah sebagai berikut :
• Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
• Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
• Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda.
• Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri.
3. Konsep kinerja BSC konflik di dunia kerja adalah sebagai berikut :
BSC adalah pendekatan terhadap strategi manajemen yang dikembangkan oleh Drs.Robert Kaplan (Harvard Business School) and David Norton pada awal tahun 1990. BSC berasal dari dua kata yaitu balanced (berimbang) dan scorecard (kartu skor). Balanced (berimbang) berarti adanya keseimbangan antara performance keuangan dan non-keuangan, performance jangka pendek dan performance jangka panjang, antara performance yang bersifat internal dan performance yang bersifat eksternal. Sedangkan scorecard (kartu skor) yaitu kartu yang digunakan untuk mencatat skor performance seseorang. Kartu skor juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh seseorang di masa depan.
Perspektif dalam Balanced Scorecard
Adapun perspektif-perspektif yang ada di dalam BSC adalah sebagai berikut:
1. Perspektif Keuangan
2. Perspektif Pelanggan
3. PerspektifProses Bisnis Internal
4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Gede Agus Ari Budiarsa
ReplyDelete13.01.1.1.148
Reguler Sore
Smster III
1. TAHAPAN KONFLIK DI DUNIA KERJA
Konflik adalah suatu situasi dimana dua atau banyak orang saling tidak setuju terhadap suatu permasalahan yang menyangkut kepentingan organisasi dan/atau dengan timbulnya perasaan permusuhan satu dengan yang lainnya.
Tahapan Konflik di Dunia Kerja yang saya ketahui diantaranya :
I. Adanya potensi oposisi atau ketidakcocokan
II. Pengamatan dan personalisasi
III. Adanya keinginan atau niat
IV. Tingkah laku
V. Hasil dari konflik
Dapat dijelaskan secara singkat bahwa : pertama konflik muncul karena terjadi perbedaan pandangan. Perbedaan pandangan ini harus menjadi sebuah perbedaan pribadi.Contoh A dan B berdebat mengenai sesuatu hal, namun perdebatan A dan B ini jika belum sampai pada tahap keterlibatan secara emosional maka belum menjadi sebuah konflik. Dari keterlibatan emosional tersebut kemudian konflik memasuk tahap keinginan atau niat. Pada tahap ini pihak yang berselisih akan masuk dalam tahap keinginan berkompetisi untuk memenangkan konflik guna mendapatkan kepuasaan pribadinya ataupun keinginan kelompok. Dalam proses ini juga bisa terjadi sebaliknya yaitu berusaha mencegah lebih dalam terlibat konflik dengan mengacuhkan konflik tersebut. Pada tahap ketiga pula ada kemungkinan pula bahwa pihak yang berselisih berusaha mengalah agar tidak terlibat dalam konflik dengan mendukung pendapat pihak yang berlawanan dengannya atau ada kemungkinan pula melakukan tahap kompromi sehingga tidak ada pihak yang dirugikan atau dikalahkan. Tahap keempat yang merupakan tingkah laku berarti dalam tahap ini mulai dilakukan suatu perbuatan untuk melawan baik berupa pernyataan ataupun perbuatan. Demonstrasi, perang atau kekacauan terjadi pada tahap keempat ini. Pada tahap kelima konflik adalah hasil dari konflik itu sendiri. Ada dua kemungkinan hasil dari sebuah konflik, menaikkan kualitas kerja kelompok atau menurunkan kualitas kerja kelompok.
2. FAKTOR FAKTOR PENYEBAB KONFLIK
• Perbedaan antar individu
Merupakan perbedaan yang menyangkut perasaan, pendirian, atau ide yang berkaitan dengan harga diri, kebanggan, dan identitas seseorang.Sebagai contoh anda ingin suasana belajar tenang tetapi teman anda ingin belajar sambil bernyanyi, karena menurut teman anda itu sangat mundukung. Kemudian timbul amarah dalam diri anda. Sehingga terjadi konflik.
• Perbedaan Kebudayaan
Tidak semua masyarakat memiliki nilai-nilai dan norma yang sama. Apa yang dianggap baik oleh satu masyarakat belum tentu baik oleh masyarakat lainnya. Interaksi sosial antarindividu atau kelompok dengan pola kebudayaan yang berlawanan dapat menimbulkan rasa amarah dan benci sehingga berakibat konflik.
• Perbedaan Kepentingan
Setiap kelompok maupun individu memiliki kepentingan yang berbeda pula. Perbedaan kepentingan itu dapat menimbulkan konflik diantara mereka.
• Perubahan Sosial
Perubahan yang terlalu cepat yang terjadi pada suatu masyarakat dapat mengganggu keseimbangan sistem nilai dan norma yang berlaku, akibatnya konflik dapat terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara harapan individu dengan masyarakat.
3. KONSEP KERJA BSC
Balanced scorecard (BSC) adalah suatu konsep untuk mengukur apakah aktivitas-aktivitas operasional suatu perusahaan dalam skala yang lebih kecil sejalan dengan sasaran yang lebih besar dalam hal visi dan strategi. Konsep BSC didasarkan pada asumsi bahwa efisiensi penggunaan modal investasi tidak lagi menjadi penentu tunggal untuk keunggulan kompetitif, tapi faktor seperti modal intelektual, penciptaan pengetahuan atau orientasi pelanggan yang sangat baik menjadi lebih penting. BSC digunakan untuk berkomunikasi dan mengkoordinasikan deskripsi strategi bisnis. Kesenjangan antara perencanaan strategis dan operasi bisa dijembatani dan pencapaian jangka panjang dari tujuan strategis dijamin dengan aplikasi yang konsisten dan perumusan strategi bisnis yang sebelumnya ditetapkan dalam empat perspektif BSC, yaitu:
• Perspektif Keuangan
• Perspektif Pelanggan
• Perspektif Proses Bisnis Internal
• Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
NAMA : LUH PUTU DIAH SEPTIARI
ReplyDeleteNIM : 14.01.1.107
KELAS : REGULER SORE
S1 MANAJEMEN
1. TAHAPAN KONFLIK DALAM DUNIA KERJA
Adapun beberapa tahapan konflik di dalam dunia kerja yakni diawali dengan rasa tak nyaman, kemunculan rasa tak nyaman ini harus diimbangi dengan rasa waspada dan juga keterampilan analisi agar mampu untuk memiliki kepekaan terhadap situasi yang telah terjadi disekitar kita. Kemudian dari rasa tak nyaman ini nantinya akan menimbulkan tingkatan konflik menjadi insiden, ketika insiden sudah tercipta disini yang dibutuhkan adalah kemampuan untuk memainkan ketrampilan empati dan cara untuk berkomunikasi. Insiden yang tercipta nantinya akan memunculkan kesalahpahaman di dalam hubungan dengan rekan kerja, seharusnya untuk mengetahui penyebab dari terciptanya kesalahpahaman cara pertama yang dapat dilakukan ialah dengan mengamati diri sendiri. Apakah kita sudah bertindak dengan benar? Munculnya kesalahpahaman jika tidak mampu terselesaikan dengan benar akan menimbulkan suasana ketegangan diantara sesama rekan kerja. Seharusnya jika ingin konflik yang tercipta mampu terselesaikan, setiap individu harus dapat memainkan emosinya dengan baik. Meneliti bagian dalam dirinya masing – masing apakah kita sudah memang benar, ataukah diri sendiri yang menjadi pemicu konflik yang terjadi. Saat ketegangan benar – benar tak mampu untuk terselesaikan, yang terjadi ialah tahap krisis, jika situasi ini sudah terjadi situasi sudah diluar ketrampilan dan posisi penengah (orang ketiga) sangat dibutuhkan untuk dapat meredamkan konflik yang tercipta.
2. Faktor Pemicu Terjadinya Konflik Di Dalam Dunia Kerja
Secara garis besar pemicu terjadinya konflik ialah perebutan kepemilikan. Di dalam dunia kerja, konflik yang timbul tidak jarang karena perbedaan karakter, kemudian persaingan kerja, perbedaan kepentingan kelompok, perbedaan gaya kepemimpinan. Inti dari terciptanya konflik ini ialah berakar dari ego, baik individual ataupun kelompok.
3. Konsep Kinerja Berbasis BSC Terkait Konflik di dalam Dunia Kerja.
Dalam kaitannya dengan konsep kinerja yang berbasis BSC, perspektive yang digunakan ialah Learning and Growth Perspektive. Manajer bertanggung jawab untuk mengembangkan kemampuan karyawan. Tolak ukur kunci untuk menilai kinerja manajer adalah kepuasan karyawan, retensi karyawan, dan produktivitas karyawan. Kepuasaan karyawan mengakui bahwa moral karyawan adalah penting untuk memperbaiki produktivitas, mutu, kepuasan pelanggan, dan ketanggapan terhadap situasi. Manajer dapat mengukur kepuasan karyawan dengan mengirim survei, mewawancarain karyawan, mengamati karyawan pada saat bekerja. Retensi karyawan mengakui bahwa karyawan yang mengembangkan modal intelektual khusus organisasi adalah merupakan aktiva non keuangan yang bernilai bagi perusahaan. Lagi pula adalah sangat mahal menemukan dan menerima orang yang berbakat untuk menggantikan orang yang meninggalkan perusahaan. Perputaran karyawan diukur dengan persentase orang yang keluar setiap tahun, hal ini merupakan tolok ukur umum untuk retensi. Produktivitas karyawan mengakui pentingnya pengeluaran setiap karyawan, pengeluaran dapat diukur dalam arti tolok ukur fisik seperti halaman yang diproduksi, atau dalam tolok ukur keuangan seperti pendapatan setiap karyawan, laba setiap karyawan. Suatu sistem insentif yang baik akan mendorong manajer meningkatkan kepuasaan karyawan yang tinggi, perputaran karyawan yang rendah dan produktivitas karyawan yang tinggi. Jika ingin kondisi kondusif tercipta di dalam usaha, maka peran seorang manajer sangat penting untuk memecahkan setiap konflik yang timbul di dalam suasana kerja, dan menjadikan kelahiran konflik tersebut sebagai suatu hal yang positif dan membangun perusahaan agar semakin berkembang dan hubungan diantara karyawan semakin solid untuk memajukan perusahaan.
NAMA : I GEDE AGUS SUDIARTAWAN
ReplyDeleteNIM :13.01.1.1.160
KELAS : REGULER SORE
No 1
Tahapan terjadinya konflik diantaranya:
a. Konflik masih tersembunyi
Berbagai macam kondisi emosional yang dirasakan sebagai hal yang biasa dan tidak dipersoalkan sebagai hal yang mengganggu dirinya.
b. Konflik yang mendahului
Tahap perubahan dari apa yang dirasakan secara tersembunyi yang belum mengganggu dirinya, kelompok atau organisasi secara keseluruhan, seperti timbulnya tujuan dan nilai yang berbeda, perbedaan peran dan sebagainya.
c. Konflik yang dapat diamati dan konflik yang dapat dirasakan
Muncul sebagai akibat masalah yang tidak terselesaikan.
d. Konflik terlihat secara terwujud dalam perilaku
Upaya untuk mengantisipasi timbulnya konflik dan sebab serta akibat yang ditimbulkannya; individu, kelompok atau organisasi cenderung melakukan berbagai mekanisme pertahanan diri melalui perilaku.
e. Penyelesaian atau tekanan konflik
Pada tahap ini, ada dua tindakan yang perlu diambil terhadap suatu konflik, yaitu penyelesaian konflik dengan berbagai strategi atau sebaliknya malah ditekan.
f. Akibat penyelesaian konflik
Jika konflik diselesaikan dengan efektif dengan strategi yang tepat maka dapat memberikan kepuasan dan dampak positif bagi semua pihak. Sebaliknya bila tidak, maka bisa berdampak negatif terhadap kedua belah pihak sehingga mempengaruhi produkivitas kerja.
No 2
Yang membentuk terjadinya konflik diantaranya
Beban kerja yang semakin besar, persaingan antar departemen, transparansi keuangan, kebijakan pemimpin, perbedaan individu, persaingan antar karyawan,perbedaan pendapat, keinginan yang tak sesuai dengan harapan serta masih banyak lagi yang lain.
No 3
Untuk menilai kinerja organisasi ini tentu saja diperlukan pengukuran kinerja secara jelas dengan menggunakn indikator-indikator tertentu. Adapun perspektif-perspektif yang di gunakan dalam menentukan kinerja dengan sistem BSC adalah sebagai berikut:
1. Perspektif Keuangan
BSC memakai tolak ukur kinerja keuangan seperti laba bersih dan ROI, karena tolak ukur tersebut secara umum digunakan dalam perusahaan untuk mengetahui laba. Ada 3 peningkatan yaitu :
1.Peningkatan customer 'yang puas sehingga meningkatkan laba
2.Peningkatan produktivitas dan komitmen karyawan sehingga meningkatkan laba
3.Peningkatan kemampuan perasahaan untuk menghasilkan financial returns dengan mengurangi modal yang digunakan atau melakukan investasi daiam proyek yang menghasilkan return yang tinggi.
2. Perspektif Pelanggan
Dalam perspektif pelanggan, perusahaan perlu terlebih dahulu menentukan segmen pasar dan pelanggan yang menjadi target bagi organisasi atau badan usaha.
3. Perspektif Proses Bisnis Internal
Perspektif proses bisnis internal menampilkan proses kritis yang memungkinkan unit bisnis untuk memberi value proposition yang mampu menarik dan mempertahankan pelanggannya di segmen pasar yang diinginkan dan memuaskan harapan para pemegang saham
4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Perspektif ini menyediakan infrastruktur bagi tercapainya ketiga perspektif sebelumnya.Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan mencakup prinsip kapabilitas yang terkait dengan kondisi intemal perusahaan, yaitu:
A. Kapabilitas pekerja.
KapabiLitas pekerja adalah merupakan bagian kontribusi pekerja pada perusahaan. Sehubungan dengan kapabilitas pekerja, ada 3 hal yang harus diperhatikan oleh manajemen
a.Kepuasan pekerja.
Kepuasan pekerja merupakan prakondisi untuk meningkatkan produktivitas, tanggungjawab, kualitas, dan pelayanan kepada konsumen.
b. Retensi pekerja.
Retensi pekerja adalah kemampuan untuk mempertahankan pekerja terbaik dalam perusahaan.
c. Produktivitas pekerja.
Produktivitas pekerja merupakan hasil dari pengaruh keseluruhan dari peningkatan keahlian dan moral, inovasi, proses internal, dan kepuasan pelanggan
Nama : Kadek Budiarsana
ReplyDeleteNIM : 13.01.1.1.156
1. Tahapan Konflik di Dunia Kerja
Tahap I (Pra-Konflik)
Merupakan periode dimana terdapat suatu ketidaksesuain sasaran diantara dua pihak atau lebih, terdapat ketegangan hubungan diantara beberapa pihak dan/ atau keinginan sehingga timbul konflik.
Tahap II (Konfrontasi)
Pada saat ini konflik menjadi semakin terbuka. Jika hanya satu pihak yang merasa ada masalah, mungkin para pendukungnya mulai melakukan demonstrasi atau perilaku konfrontatif lainnya.
Tahap III (Krisis)
Ini merupakan puncak konflik, ketika ketegangan dan/ kekerasan terjadi paling hebat. Dalam konflik skala besar, ini merupakan periode perang. Komunikasi normal diantara dua pihak kemungkinan putus, pernyataan-pernyataan umum cenderung menuduh dan menentang pihak lainnya.
Tahap IV (Akibat)
Kedua pihak mungkin setuju bernegosiasi dengan atau tanpa perantara. Suatu pihak yang mempunyai otoritas atau pihak ketiga yang lebih berkuasa mungkin akan memaksa kedua pihak untuk menghentikan pertikaian.
Tahap VI (Pasca-Konflik)
Konflik diselesaikan dengan efektif dengan strategi yang tepat maka dapat memberikan kepuasan dan dampak positif bagi semua pihak. Sebaliknya bila tidak, maka bisa berdampak negatif terhadap kedua belah pihak sehingga mempengaruhi produkivitas kerja.
2. Faktor-faktor yang membentuk Konflik pada Dunia Kerja
a. Faktor Manusia
Ditimbulkan oleh atasan, terutama karena gaya kepemimpinannya,Personil yang mempertahankan peraturan-peraturan secara kaku dan Juga Timbul karena ciri-ciri kepriba-dian individual, antara lain sikap egoistis, temperamental, sikap fanatik, dan sikap otoriter.
b. Faktor Organisasi
Persaingan dalam menggunakan sumberdaya.Apabila sumberdaya baik berupa uang, material, atau sarana lainnya terbatas atau dibatasi, maka dapat timbul persaingan dalam penggunaannya. Ini merupakan potensi terjadinya konflik antar unit/departemen dalam suatu organisasi.
c. Perbedaan tujuan antar unit-unit organisasi.
d. Interdependensi Tugas.
Konflik terjadi karena adanya saling ketergantungan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Kelompok yang satu tidak dapat bekerja karena menunggu hasil kerja dari kelompok lainnya.
e. Perbedaan nilai dan persepsi.
f. Kekaburan yurisdiksional.
Konflik terjadi karena batas-batas aturan tidak jelas,yaitu adanya tanggung jawab yang tumpang tindih.
g. Masalah “status”.
Suatu unit/departemen mencoba memperbaiki dan meningkatkan status, sedangkan unit/departemen yang lain menganggap sebagai sesuatu yang mengancam posisinya dalam status hirarki organisasi.
h. Hambatan Komunikasi.
3. Konsep Kinerja Berbasis BSC ( Balanced Scorecard )
Model pengukuran kinerja tidak hanya mencakup aspek keuangan saja tetapi juga nonkeuangan yang dikenal dengan Balanced Scorecard (BSC).
Penerapan BSC akan sangat mempengaruhi tercapainya tujuan perusahaan karena dapat menghasilkan perbaikan dan perubahan strategis yang dilakukan dalam pengelolaan unit usaha perusahaan dimana pendekatan yang dilakukan dalam BSC didasarkan pada empat perspektif, yaitu :Financial,Customers,Internal business processes dan learning and growth
Nama : Ida Bagus Made Subrata
DeleteNIM : 13. 01.1.1.162
Kelas/Semester : Manajemen Eksekutif/3
Jawaban:
( 1 ) Menurut Saya Konflik di dunia kerja sebagai suatu perjuangan yang diekspresikan antara sekurang-kurangnya dua pihak yang saling bergantung, yang mempersepsi tujuan-tujuan yang tidak sepadan, imbalan yang langka, dan gangguan dari pihak lain dalam mencapai tujuan mereka. Konflik baru terjadi ketika atau setelah perbedaan tersebut dikomunikasikan. Konflik mungkin dinyatakan dengan cara-cara berbeda-beda seperti di era kebebasan saat ini, dari gerakan nonverbal yang halus hingga pertengkaran habis-habisan, bahkan lewat seni dagelan; dari sarkasme yang halus hingga kecaman verbal yang terbuka. Munculnya konflik tidak selalu bermakna negatif, artinya jika konflik dapat dikelola dengan baik, maka konflik dapat memberi kontribusi positif terhadap kemajuan.
Pada umumnya konflik berlangsung dalam lima tahap, yaitu tahap potensial, konflik terasakan, pertentangan, konflik terbuka, dan akibat konflik.
a. Tahap potensial, yaitu munculnya perbedaan di antara individu, organisasi, dan lingkungan merupakan potensi terjadinya konflik;
b. Konflik terasakan, yaitu kondisi ketika perbedaan yang muncul dirasakan oleh individu, dan mereka mulai memikirkannya;
c. Pertentangan, yaitu ketika konflik berkembang menjadi perbedaan pendapat di antara individu atau kelompok yang saling bertentangan;
d. Konflik terbuka, yaitu tahapan ketika pertentangan berkembang menjadi permusuhan secara terbuka;
e. Akibat konflik, yaitu tahapan ketika konflik menimbulkan dampak terhadap kehidupan dan kinerja.
( 2 ) Faktor-faktor penyebab Konflik
a. Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya.
b. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya.
c. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok. Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda.
d. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial.
( 3 ) Konsep Kinerja Berbasis BSC
BSC menyajikan sebuah perspektif yang jelas sebagaimana sebuah perusahaan harus mengukur supaya tercapai keseimbangan perspektif keuangan. Scorecard Model ini pada awalnya memang ditujukan untuk memperluas area pengukuran kinerja organisasi swasta yang profit-oriented. Pendekatan ini mengukur kinerja berdasarkan aspek finansial dan non finansial yang dibagi dalam empat perspektif, yaitu:
a. Perspektif Finansial
Perspektif ini melihat kinerja dari sudut pandang profitabilitas ketercapaian target keuangan, sehingga didasarkan atas sales growth, return on investment, operating income, dan cash flow.
b. Perspektif Pelanggan.
Perspektif pelanggan merupakan faktor-faktor seperti customer satisfaction, customer retention, customer profitability, dan market share
c. Perspektif Proses Internal
Perspektif ini mengidentifikasi faktor kritis dalam proses internal organisasi dengan berfokus pada pengembangan proses baru yang menjadi kebutuhan pelanggan.
d. Perspektif Inovasi dan Pembelajaran.
Perspektif ini mengukur faktor-faktor yang berhubungan dengan teknologi, pengembangan pegawai, sistem dan prosedur, dan faktor lain yang perlu diperbaharui.
NAMA : GUSTI NYOMAN ALIT SUPARTA
ReplyDeleteN.I.M. : 13.01.1.1.161
JURUSAN : MANAJEMEN EKSEKUTIF ( semester III)
JAWABAN :
1. Tahapan konflik didunia kerja yaitu ;
a. Pertengkeran birokrasi di level staf.
b. Konflik sebagai akibat politik picik di level supervisor.
c. Perselisihan kekuasaan di level pemilik.
2. Faktor – factor yang membentuk terjadinya konflik :
a. Sifat loyalitas terhadap atasan yaitu: tidak peduli dengan perintah atasan non vertical yang lainnya walaupun atasan tersebut berhak memberikan perintah kepada staf tersebut.
b. Sifat loyalitas terhadap organisasi yaitu: tidak mau peduli dengan pekerjaan dibidang organisasi lainnya.
c. Sifat loyalitas kepada diri sendiri yaitu ; cendrung egois dan antipasti terhadap orang lain.
3. Konsep kinerja berbasis BSC ( Balanced Score Card ) untuk soal no. 1 yaitu :
a. Konsep kinerja berbasis BSC dalam manajemen konflik diberbagai level manajemen tidak melulu bersifat ekonomis melainkan merupakan suatu fenomena perilaku organisasi yang bersifat kooperatif yang memanfaatkan semua kemajuan sumber daya dan semua kecerdasan modal social organisasi.
b. Konsep kinerja berbasis BSC dalam manajemen konflik merupakan suatu manajemen yang berupaya untuk mewujudkan teori mengenai elit dan kekuasaan yang dilandasi oleh pendekatan perilaku yang amat penting untuk memahami berbagai masalah / konflik sebagai akibat kemungkinan politik dalam suatu organisasi.
c. Konsep kinerja berbasis BSC dalam manajemen konflik diperlukan adanya Revolusi Perilaku untuk memahami bagaimana, apa, dan untuk siapa Revolusi Perilaku tersebut sehingga dapat dipahami oleh segenap sumber daya yang ada kearah penjelasan, peramalan, pengawasan dari konflik itu sendiri.
NAMA : LUH PUTU ARSITA NINGSIH
ReplyDeleteNIM : 13.01.1.1.149
KELAS : REGULER SORE (semester III)
1. Tahap-Tahap Konflik
a. Tahap konflik diawali dengan rasa tidak nyaman, hal ini bisa dihindari dengan mememberikan rasa empati dan melakukan komunikasi kepada orang yang bersangkutan.
b. Insiden, seandainya rasa ketidaknyamanan tersebut tidak ditangani maka insiden akan terjadi pada organisasi ini
c. Kesalahpahaman, Konflik yang terjadi bisa juga disebabkan karena kesalahpahaman, hal tersebut dapat dihindari dengan cara mengamati bagian dari diri kita sendiri.
d. Ketegangan, dalam sebuah konflik akan menimbulkan ketegangan antara yang terlibat konflik, untuk itu kita perlu meneliti keemosian diri kita sendiri
e. Krisis, merupakan tahap konflik yang paling puncak, karena sudah berada diluar kemampuan kita untuk mengatasi konflik tersebut. sehingga perlu dicari pihak ketiga untuk mengatasinya.
2. Faktor-faktor penyebab konflik di dunia kerja adalah sebagai berikut :
• Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
• Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
• Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda.
• Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri.
3. Konsep Kinerja Berbasis BSC Terkait Konflik di dalam Dunia Kerja.
Dalam kaitannya dengan konsep kinerja yang berbasis BSC, perspektive yang digunakan ialah Learning and Growth Perspektive. Manajer bertanggung jawab untuk mengembangkan kemampuan karyawan. Tolak ukur kunci untuk menilai kinerja manajer adalah kepuasan karyawan, retensi karyawan, dan produktivitas karyawan. Kepuasaan karyawan mengakui bahwa moral karyawan adalah penting untuk memperbaiki produktivitas, mutu, kepuasan pelanggan, dan ketanggapan terhadap situasi. Manajer dapat mengukur kepuasan karyawan dengan mengirim survei, mewawancarain karyawan, mengamati karyawan pada saat bekerja. Produktivitas karyawan mengakui pentingnya pengeluaran setiap karyawan, pengeluaran dapat diukur dalam arti tolok ukur fisik seperti halaman yang diproduksi, atau dalam tolok ukur keuangan seperti pendapatan setiap karyawan, laba setiap karyawan. Suatu sistem insentif yang baik akan mendorong manajer meningkatkan kepuasaan karyawan yang tinggi, perputaran karyawan yang rendah dan produktivitas karyawan yang tinggi. Jika ingin kondisi kondusif tercipta di dalam usaha, maka peran seorang manajer sangat penting untuk memecahkan setiap konflik yang timbul di dalam suasana kerja, dan menjadikan kelahiran konflik tersebut sebagai suatu hal yang positif dan membangun perusahaan agar semakin berkembang dan hubungan diantara karyawan semakin solid untuk memajukan perusahaan.
NAMA : GEDE ARI MARTA OKA
ReplyDeleteNIM : 13 01 1 1 138
KELAS ; SEMESTER 3 REGULER SORE
SOAL.
1. Jelaskan tahapan konflik di dunia kerja yang anda ketahui.
2. Sebutkan faktor-faktor yang membentuk no 1 di atas.
3. Uraikan konsep kinerja berbasis BSC no 1 di atas
JAWABAN.
1. TAHAP TAHAP TERJADINYA KONFLIK
Ada 6 (enam) Tahapan
Tahap 1 KONFLIK YANG TERSEMBUNYI
Berbagai macam kondisi emosional yang dirasakan sebagai hal yang biasa dan tidak dipersoalkan sebagai hal yang mengganggu dirinya.
Tahap 2 KONFLIK YANG MENDAHULUI
Tahap perubahan dari apa yang dirasakan secara tersembunyi yang belum mengganggu dirinya, kelompok atau organisasi secara keseluruhan, seperti timbulnya tujuan dan nilai yang berbeda, perbedaan peran dan sebagainya.
Tahap 3 KONFLIK YANG DAPAT DIAMATI DAN DIRASAKAN
Dalam tahap ini konflik dan permasalahan diantara organisasi mulai dapat dirasakan keberadaannya.
Tahap 4 KONFLIK YANG TERLIHAT SECARA NYATA DALAM PRILAKU
Upaya untuk mengantisipasi timbulnya konflik dan sebab serta akibat yang ditimbulkannya; individu, kelompok atau organisasi cenderung melakukan berbagai mekanisme pertahanan diri melalui perilaku.
Tahap 5 PENYELESAIAAN ATAU TEKANAN KONFLIK
Pada tahap ini, ada dua tindakan yang perlu diambil terhadap suatu konflik, yaitu penyelesaian konflik dengan berbagai strategi atau sebaliknya malah ditekan.
Tahap 6 AKIBAT PENYELESAIAAN KONFLIK
Jika konflik diselesaikan dengan efektif dengan strategi yang tepat maka dapat memberikan kepuasan dan dampak positif bagi semua pihak. Sebaliknya bila tidak, maka bisa berdampak negatif terhadap kedua belah pihak sehingga mempengaruhi produkivitas kerja.
2. FAKTOR PEMICU DAN PENYEBAB
Menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker, secara umum ada empat faktor utama yang menjadi penyebab terjadinya konflik, yaitu :
Perbedaan individual
Perbedaan kebudayaan
Perbedaan kepentingan
Perubahan sosial
Namun, faktor-faktor tersebut bukanlah akar dari konflik, melainkan lebih merupakan pemicu terjadinya konflik.
enurut perspektif konsensus, penyebab utama (akar persoalan) terjadinya konflik sosial adalah adanya disfungsi sosial. Maksudnya, norma-norma sosial tidak ditaati dan pranata sosial serta pengendalian sosial tidak berfungsi dengan baik.
Sedangkan menurut teori konflik, penyebab terjadinya konflik sosial adalah adanya perbedaan atau ketimpangan hubungan-hubungan kekuasaan dalam masyarakat yang memunculkan diferensiasi kepentingan.
Namun, faktor-faktor penyebab konflik sosial tidak pernah bersifat sederhana dan tunggal melainkan bersifat kompleks dan jalin menjalin secara rumit. Faktor-faktor tersebut dapat sekaligus menyangkut dimensi ideologi-politik, ekonomi, sosial-budaya, maupun agama.
3. KINERJA BSC DAN KAITANNYA DENGAN KONFLIK DIDUNIA KERJA
BSC adalah pendekatan terhadap strategi manajemen yang dikembangkan oleh Drs.Robert Kaplan (Harvard Business School) and David Norton pada awal tahun 1990. BSC berasal dari dua kata yaitu balanced (berimbang) dan scorecard (kartu skor). Balanced (berimbang) berarti adanya keseimbangan antara performance keuangan dan non-keuangan, performance jangka pendek dan performance jangka panjang, antara performance yang bersifat internal dan performance yang bersifat eksternal. Sedangkan scorecard (kartu skor) yaitu kartu yang digunakan untuk mencatat skor performance seseorang. Kartu skor juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh seseorang di masa depan.
Perspektif dalam Balanced Scorecard
Adapun perspektif-perspektif yang ada di dalam BSC adalah sebagai berikut:
* Perspektif Keuangan
** Perspektif Pelanggan
*** PerspektifProses Bisnis Internal
**** Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
UAS Manajemen Strategi
ReplyDeleteNama : Gede Agus Ariyasa
NIM : 13.01.1.1.185
Kelas : Eksekutif
Jurusan : Manajemen
Semester : 3
1. Tahapan Konflik di dunia kerja :
Tahap I : Potensi Oposisi atau Ketidakcocokan
Langkah pertama dalam proses konflik adalah adanya kondisi (syarat) yang menciptakan kesempatan untuk kemunculan konflik itu. Kondisi itu tidak selalu langsung mengarah ke konflik, tetapi salah satu kondisi itu perlu agar konflik itu muncul. Untuk menyederhanakan, kondisi ini (yang juga dapat dipandang sebagai penyebab atau sumber konflik) telah dipadatkan ke dalam tiga kategori umum, yakni :
a. Komunikasi
Komunikasi dapat juga menjadi sumber konflik. Komunikasi menyatakan kekuatan-kekuatan berlawanan yang timbul dari dalam kesulitan semantik, kesalahpahaman,dan ”kebisingan”dalam saluran komunikasi
b. Struktur
Istilah struktur mencakup variabel seperti ukuran, derajat spesialisasi dalam tugas yang diberikan ke anggota kelompok, kejelasan jurisdiksi, kecocokan anggota / sasaran, gaya kepemimpinan, sistem imbalan, dan derajat ketergantungan antar kelompok.
c. Variabel Pribadi
Kategori terakhir potensi sumber konflik adalah faktor-faktor pribadi. Faktor pribadi ini mencakup sistem nilai individu setiap orang dan karakteristik kepribadian yang menyebabkan idiosinkrasi dan perbedaan individu.
Tahap II : Kognisi dan Personalisasi
Konflik yang Dipersepsikan merupakan kesadaran satu pihak atau lebih atas adanya kondisi yang menciptakan peluang terjadinya konflik. Konflik yang Dipersepsikan tidak berarti konflik itu dipersonalisasikan. Konflik yang Dirasakan, apabila individu-individu menjadi terlibat secara emosional dalam saat konflik, sehingga pihak-pihak mengalami kecemasan, ketegangan, frustasi, atau kekerasan. Tahap II ini penting karena persoalan konflik cenderung didefinisikan dan emosi memainkan peran utama dalam membentuk persepsi.
Tahap III : Maksud
Maksud merupakan keputusan untuk bertindak dalam cara teretntu. Maksud Penanganan Konflik :
1. Persaingan merupakan keinginan memuaskan kepentingan seseorang, tidak memperdulikan dampak pada pihak lain dalam konflik tersebut.
2. Kolaborasi merupakan situasi yang di dalamnya pihak-pihak yang berkonflik sepenuhnya saling memuaskan kepentingan semua pihak.
3. Penghindaran merupakan keinginan menarik diri dari atau menekan konflik.
4. Akomodasi merupakan kesediaan satu pihak dalam konflik untuk memperlakukan kepentingan pesaing di atas kepentingannya sendiri.
5. Kompromi merupakan satu situasi yang di dalamnya masing-masing pihak yang berkonflik bersedia mengorbankan sesuatu.
Tahap IV : Perilaku
Tahap perilaku mencakup :
• Pernyataan.
• Tindakan.
• Reaksi yang dibuat oleh pihak-pihak yang berkonflik.
Manajemen Konflik, yaitu Penggunaan teknik-teknik resolusi dan stimulasi untuk meraih level konflik yang diinginkan.
• Teknik Manajemen Konflik
Teknik Pemecahan Konflik :
1. Pemecahan Masalah
2. Sasaran atasan
3. Perluasan sumberdaya
4. Penghindaran
5. Penghalusan
6. Kompromi
7. Komando otoritatif
8.Mengubah variabel manusia
9.Mengubah variabel struktur
• Teknik Perangsangan Konflik :
1. Komunikasi
2. Memasukkan orang luar
3. Restrukturisasi organisasi
4. Mengangkat oposisi
Tahap V : Hasil
Hasil berupa jalinan aksi-reaksi antara pihak-pihak yang berkonflik menghasilkan konsekuensi.
• Hasil Fungsional
Konflik bersifat konstruktif apabila konflik itu memperbaiki kualitas keputusan, merangsang kreativitas dan inovasi, mendorong perhatian dan keingintahuan di kalangan anggota kelompok, menjadi saluran yang merupakan sarana penyampaian masalah dan peredaan ketegangan, dan memupuk lingkungan evaluasi diri serta perubahan.
• Hasil Disfungsional
Konsekuensi destruktif konflik pada kinerja kelompok atau organisasi umumnya sangat dikenal. Oposisi yang tidak terkendali memunculkan ketidakpuasan, yang bertindak menghilangkan ikatan bersama, dan pada akhirnya mendoromg ke penghancuran kelompok itu. Konflik dari ragam disfungsional dapat mengurangi efektifitas kelompok.
2. Faktor-faktor yang membentuk tahapan konflik di dunia kerja :
Delete1. Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
2. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
3. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.
4. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.
3. Konsep kinerja berbasis BSC (Balance Scorecard) :
BSC adalah suatu mekanisme sistem manajemen yang mampu menerjemahkan visi dan strategi organisasi ke dalam tindakan nyata di lapangan. BSC adalah salah satu alat manajemen yang telah terbukti telah membantu banyak perusahaan dalam mengimplementasikan strategi bisnisnya. BSC digunakan untuk memperbaiki sistem pengukuran kinerja eksekutif. Awal penggunaannya kinerja eksekutif diukur hanya dari segi keuangan. Kemudian berkembang menjadi luas yaitu empat perspektif, yang kemudian digunakan untuk mengukur kinerja organisasi secara utuh. Empat perspektif tersebut yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan.
BSC memiliki beberapa konsep penting, yaitu:
1. Menambahkan 3 perspektif tambahan pada perspektif finansial yang telah ada.
2. Penggunaan indikator leading dan lagging. Indikator lagging adalah pengukuran yang menjelaskan sesuatu telah terjadi, karena itu jika perusahaan bereaksi pada pengukuran itu akan menjadi terlambat. Contohnya adalah ukuran finansial itu sendiri. Indikator leading sebaliknya menceritakan sesuatu mengenai masa depan. Contohnya jika perusahaan memperbaiki indeks kepuasan pelanggannya, maka perusahaan akan dalam jalur yang benar mendapatkan penjualan tahunan yang lebih baik.
3. Hubungan sebab-akibat. Jika kita memiliki sejumlah indikator yang terkait dalam cara dimana kinerja sekarang satu indikator menjadi indikasi kinerja yang baik di masa depan dari indikator yang lain, maka kita telah membangun peta hubungan sebab-akibat.
Delete4. Penerapan BSC secara berjenjang diseluruh organisasi. Umumnya perusahaan multinasional dengan beberapa unit bisnis pertama-tama akan menciptakan BSC bagi tingkat perusahaan kemudian membangun kartu nilai tingkat unit bisnis di tingkat anak perusahaan. SBU akan mengambil sasaran (dan bahkan indikator) scorecard perusahaan sebagai awal pertimbangan dan mengerti bagaimana mereka memberi sumbangan pada target perusahaan.
5. Pembelajaran ‘double loop learning’. Perusahaan yang telah mengembangkan BSC dapat menggunakannya untuk mengontrol kesuksesan strategi awal (single loop learning) sebagai dasar pertimbangan ketika strategi tersebut ditantang oleh informasi baru yang diperoleh dari lingkungan bisnis (double loop learning).
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteNAMA : KETUT SEKARTINI
ReplyDeleteNIM : 13.01.1.1.164
KELAS : Reguler Sore / Semester III
1.TAHAPAN KONFLIK DI DUNIA KERJA
a) Tahap konflik tersebunyi diawali dengan rasa tidak nyaman bekerja disebabkan karena berbagai macam kondisi emosional yang dirasakan individu dalam dunia kerja, hal ini bisa dihindari dengan mememberikan rasa empati dan melakukan komunikasi kepada orang yang bersangkutan.
b) Tahap Komflik Insiden, tahap ini merupakan perubahan dari apa yang dirasakan secara tersembunyi yang mengganggu individu seandainya rasa ketidaknyamanan tersebut tidak ditangani maka insiden akan terjadi
c) Tahap Komflik Kesalah pahaman, individu yg terlibat mulai mengkonsepsi situasi-situasi konflik yang dapat diamati dari cara mereka memandang Konflik yang terjadi bisa juga disebabkan karena kesalah pahaman, hal tersebut dapat dihindari dengan cara mengamati bagian dari diri kita sendiri.
d) Tahap Komflik Ketegangan, ini muncul sebagai akibat permasalahan yang tidak terselesaikan, sehingga individu yang terlibat mulai merasakan konflik di dunia kerja mereka yang ditandai dengan adanya rasa marah, stress dan lain sebagainya dalam sebuah konflik akan menimbulkan ketegangan antara yang terlibat konflik, untuk itu kita perlu meneliti keemosian diri kita sendiri
e) Tahap Komflik Krisis, tahap ini konflik telah mencapai puncak dimana setiap individu yang terlibat berupaya untuk mengantisipasi timbulnya konflik dan sebab serta akibat yang ditimbulkannya sehingga melakukan berbagai mekanisme pertahanan diri melalui perilaku.
merupakan tahap konflik yang paling puncak, karena sudah berada diluar kemampuan kita untuk mengatasi konflik tersebut. sehingga perlu dicari pihak ketiga untuk mengatasinya.
2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMBENTUK KONFLIK
Konflik individu, Konflik ini bisa berasal dari dalam diri, yang bersumber dari sifat-sifat atau ciri-ciri kepribadian dari orang yang bersangkutan dan yang berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya.
Konflik yang berasal dari luar konflik ini disebabkan karena tuntutan lingkungan kerja yang baru, kehilangan kebebasan pribadi, erosi kontak wajah, terus-menerus dipaksa mempelajari keterampilan kerja baru karena tuntutan pekerjaan, dan terlewatkan dalam promosi jabatan ,pembagian sumber daya, deskripsi tugas yang tidak jelas, perbedaan kekuasaan dan status, perbedaan sistim imbalan dan intensif dan faktor birokrasi sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
Konflik antara individu dan kelompok konflik ini dipicu oleh beberapa hal, seperti : anggota kelompok yang tidak dapat memenuhi harapan dan standar kerja, individu yang melanggar norma yang disepakati, serta individu yang melecehkan atau mempermalukan kelompok.
Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda.
ReplyDelete3. KONSEP KINERJA BERBASIS BSC
BSC berasal dari dua kata yaitu balanced (berimbang) dan scorecard (kartu skor). Balanced (berimbang) berarti adanya keseimbangan antara performance keuangan dan non-keuangan, performance jangka pendek dan performance jangka panjang, antara performance yang bersifat internal dan performance yang bersifat eksternal. Sedangkan scorecard (kartu skor) yaitu kartu yang digunakan untuk mencatat skor performance seseorang. Kartu skor juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh seseorang di masa depan. BSC adalah suatu mekanisme sistem manajemen yang mampu menerjemahkan visi dan strategi organisasi ke dalam tindakan nyata di lapangan.
Perspektif dalam Balanced Scorecard yaitu :
1.Perspektif Keuangan
2.Perspektif Pelanggan
3.Perspektif Proses Bisnis Internal
4.Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Pada dasarnya kinerja yang berbasis BSC, perspektif yang digunakan ialah Learning and Growth Perspektif. untuk mengembangkan kemampuan karyawan. Tolak ukur kunci untuk menilai kinerja manajer adalah kepuasan karyawan, retensi karyawan, dan produktivitas karyawan. penting untuk memperbaiki produktivitas, mutu, kepuasan pelanggan, dan ketanggapan terhadap situasi konflik yang timbul di dalam suasana kerja, dan menjadikan kelahiran konflik tersebut sebagai suatu hal yang positif dan membangun perusahaan agar semakin berkembang dan hubungan diantara karyawan semakin solid untuk memajukan perusahaan atas apa yang menjadi tanggung jawab manajer dan harapan kita bersama.
Nama : Desak putu Ryapratiwi
ReplyDeleteNIM : 13.01.1.1.143
Kelas : Reguler sore / III
1.TAHAPAN-TAHAPAN KONFLIK DI DUNIA KERJA :
Konflik di tempat kerja bisa mempengaruhi performa pekerjaan yang sedang dilakukan. Konflik terjadi ketika ada dua atau lebih nilai, sudut pandang,prinsip, atau pendapat berkontradiksi satu sama lain.
Konflik dapat terjadi:
a. Di dalam diri kita sendiri (konflik internal), yaitu ketika merasa tak lagi hidup di dalam system nilai yang kita yakini sebagai kebaikan dan kebenaran.
b. Ketika kita merasa bahwa nilai, sudut pandang, prinsip, atau pendapat kita sedang terancam (konflik eksternal).
Adapun Tahapan-tahapanya yaitu :
1. Konflik masih tersembunyi (laten)
Berbagai macam kondisi emosional yang dirasakan sebagai hal yang biasa dan tidak dipersoalkan sebagai hal yang mengganggu dirinya.
2. Konflik yang mendahului (antecedent condition)
Tahap perubahan dari apa yang dirasakan secara tersembunyi yang belum mengganggu dirinya, kelompok atau organisasi secara keseluruhan, seperti timbulnya tujuan dan nilai yang berbeda, perbedaan peran dan sebagainya.
3. Konflik yang dapat diamati (perceived conflicts) dan konflik yang dapat dirasakan (felt conflict)
Muncul sebagai akibat antecedent condition yang tidak terselesaikan.
4. Konflik terlihat secara terwujud dalam perilaku (manifest behavior)
Upaya untuk mengantisipasi timbulnya konflik dan sebab serta akibat yang ditimbulkannya; individu, kelompok atau organisasi cenderung melakukan berbagai mekanisme pertahanan diri melalui perilaku.
5. Penyelesaian atau tekanan konflik
Pada tahap ini, ada dua tindakan yang perlu diambil terhadap suatu konflik, yaitu penyelesaian konflik dengan berbagai strategi atau sebaliknya malah ditekan.
6. Akibat penyelesaian konflik
Jika konflik diselesaikan dengan efektif dengan strategi yang tepat maka dapat memberikan kepuasan dan dampak positif bagi semua pihak.
2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMBENTUK TERJADINYA KONFLIK :
Konflik yang terjadi di tempat kerja sangatlah merugikan. Karena konflik ini berdampak banyak terhadap diri kita, rekan kerja kita, dan bagi organisasi. Hubungan kita dengan rekan kerja menjadi renggang, gampang curiga, dan muncul ketidakpercayaan. Jika ini terjadi maka komunikasi dengan rekan kerja akan menjadi sulit dan banyak hambatan dan bisa diduga kerja menjadi tidak maksimal.
Banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya konflik di tempat kerja, antara lain: perbedaan karakter, persaingan kerja, perbedaan kepentingan kelompok, kepemimpinan dalam organisasi dan sebagainya. Mengidentifikasi akar masalah konflik akan membantu kita mengelola konflik di tempat kerja kita, sekaligus membantu kita menjadi pribadi yang lebih dewasa, matang, dan profesional di tempat kerja.
Salah satu penyebabnya yaitu : Merasa tak nyaman, Menutup mata dan menghindar, Berhadapan dengan situasi, Melangkah dalam ketidakpastian,dll
Faktor penyebab lainya :
1. Perbedaan Individu
2. Perbedaan Latar Belakang Kebudayaan
3. Perbedaan Kepentingan
4. Perubahan Sosial
3. KONSEP KINERJA BERBASIS BSC
Balanced scorecard merupakan salah satu metode yang banyak digunakan untuk mensinkronkan program dan kegiatan perusahaan dengan visi dan strategi organisasi, meningkatkan komunikasi internal dan eksternal dan memantau kinerja organisasi.
Adapun Perspektif dalam Balanced Scorecard dalam dunia kerja yaitu :
1.Perspektif Keuangan
2.Perspektif Pelanggan
3.Perspektif Proses Bisnis Internal
4.Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Dengan menggunakan BSC Perusahaan akan lebih transparan, informasi dapat diakses dengan mudah, pembelajaran organisasi dipercepat, umpan balik menjadi obyektif, terjadwal, dan tepat untuk organisasi dan individu; dan membentuk sikap mencari konsensus karena adanya perbedaan awal dalam menentukan sasaran, langkah-langkah strategis yang diambil, ukuran yang digunakan, dll.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH
Nama : I Kadek Ratnada.
ReplyDeleteKelas :Reguler Sore
Nim :13.01.1.1.151
Jawaban No 1
Konflik bisa terjadi dimana saja tanpa kita sadari,baik di dalam masyarakat,juga di dalam kerja dll.Adapun beberapa tahapan konflik yg terjadi dalam dunia kerja sbb:
I.Konflik tersembunyi (latent conflic)
Konflik ini disebabkan karena berbagai macam kondisi emosional yang dirasakan individu dalam dunia kerja.
II.Konflik yang mendahului (antecedent condition)
Tahap ini merupakan perubahan dari apa yang dirasakan secara tersembunyi yang belum mengganggu individu, seperti timbulnya tujuan dan nilai yang berbeda, perbedaan peran dan sebagainya.
III.Konflik yang dapat diamati (perceived conflicts)
Pada tahap ini, individu yg terlibat mulai mengkonsepsi situasi-situasi konflik yang dapat diamati dari cara mereka memandang.
IV.Konflik yang dapat dirasakan (felt conflict)
Konflik ini muncul sebagai akibat antecedent condition yang tidak terselesaikan, sehingga individu yang terlibat mulai merasakan konflik di dunia kerja mereka yang ditandai dengan adanya rasa marah, stress dan lain sebagainya.
V.Konflik terlihat secara terwujud dalam perilaku (manifest behavior)
Pada tahap ini konflik telah mencapai puncak dimana setiap individu yang terlibat berupaya untuk mengantisipasi timbulnya konflik dan sebab serta akibat yang ditimbulkannya sehingga melakukan berbagai mekanisme pertahanan diri melalui perilaku.
2. FAKTOR PENYEBAB KONFLIK
a. Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap orang atau individu memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Dengan perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya.
b. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik
c. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok. Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.
d. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam Organisasi. Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik.
3. Konsep kinerja berbasis BSC
BSC berasal dari dua kata yaitu balanced (berimbang) dan scorecard (kartu skor). Balanced (berimbang) berarti adanya keseimbangan antara performance keuangan dan non-keuangan, performance jangka pendek dan performance jangka panjang, antara performance yang bersifat internal dan performance yang bersifat eksternal. Sedangkan scorecard (kartu skor) yaitu kartu yang digunakan untuk mencatat skor performance seseorang. Jadi, BSC adalah suatu mekanisme sistem manajemen yang mampu menerjemahkan visi dan strategi organisasi ke dalam tindakan nyata di lapangan. Adapun perspektif-perspektif yang di gunakan dalam menentukan kinerja dengan sistem BSC adalah sebagai berikut:
a. Perspektif Keuangan
b. Perspektif Pelanggan
c. Perspektif Proses Bisnis Internal
d. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Nama : Nyoman Kertiasih
ReplyDeleteNim : 13.01.1.1.168
Kelas : Reguler Sore/Manajemen
1). Tahapan – tahapan konflik yang ada diantaranya :
a. Tahap I, Konflik terpendam. Konflik ini merupakan bibit konflik yang bisa terjadi dalam interaksi kelompok dalam organisasi.
b. Tahap II, Konflik yang terpersepsi. Fase ini dimulai ketika suatu individu atau kelompok yg terlibat mulai mengkonsepsi situasi-situasi konflik termasuk cara mereka memandang, menentukan pentingnya isu-isu, membuat asumsi-asumsi terhadap motif-motif dan posisi kelompok lawan.
c. Tahap III, Konflik yang terasa. Fase ini dimulai ketika para individu atau kelompok yang terlibat menyadari konflik dan merasakan pengalaman-pengalaman yang bersifat emosi, seperti kemarahan, frustasi, ketakutan, dan kegelisahan yang melukai perasaan.
d. Tahap IV, Konflik yang termanifestasi. Pada fase ini salah satu pihak memutuskan bereaksi menghadapi kelompok dan sama-sama mencoba saling menyakiti dan menggagalkan tujuan lawan. Misalnya agresi terbuka, demonstrasi, sabotase, pemecatan, pemogokan dan sebagainya.
e. Tahap V, Konflik sesudah penyelesaian. Fase ini adalah fase sesudah konflik diolah. Bila konflik dapat diselesaikan dengan baik hasilnya berpengaruh baik pada organisasi (fungsional) atau sebaliknya (disfungsional).
2). Faktor – faktor penyebab konflik adalah sebagai berikut :
1. Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya.
2. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
3. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.
3). Konsep kinerja berbasis BSC yaitu :
1. Perspektif Keuangan
Balanced Scorecard adalah suatu metode pengukuran kinerja yang di dalamnya ada keseimbangan antara keuangan dan non-keuangan untuk mengarahkan kinerja perusahaan terhadap keberhasilan.
a. Peningkatan customer 'yang puas sehingga meningkatkan laba (melalui peningkatan revenue).
b. Peningkatan produktivitas dan komitmen karyawan sehingga meningkatkanlaba (melalui peningkatan cost effectiveness).
c. Peningkatan kemampuan perasahaan untuk menghasilkan financial returns dengan mengurangi modal yang digunakan atau melakukan investasi daiam proyek yang menghasilkan return yang tinggi.
2. Perspektif Pelanggan
Dalam perspektif pelanggan, perusahaan perlu terlebih dahulu menentukan segmen pasar dan pelanggan yang menjadi target bagi organisasi atau badan usaha. Selanjutnya, manajer harus menentukan alat ukur yang terbaik untuk mengukur kinerja dari tiap unit opetasi dalam upaya mencapai target finansialnya, mereka harus menciptakan dan menyajikan suatu produk baru/jasa yang bernilai lebih baik kepada pelanggan mereka.
3. Perspektif Proses Bisnis Internal
Perspektif proses bisnis internal menampilkan proses kritis yang memungkinkan unit bisnis untuk memberi value proposition yang mampu menarik dan mempertahankan pelanggannya di segmen pasar yang diinginkan dan memuaskan harapan para pemegang saham melalui flnancial retums.
4. Perspektip pembelajaran dan pertumbuhan perspektip ini menyediakan infrastruktur tercapainya ketiga perspektif sebelumnya perspektif pembelajaran dan pertumbuhan mencakup prinsif kapabilitas yang terkait dengan kondisi internal perusahaan
Nama : Ni Made Meirawati
ReplyDeleteNIM : 13. 01.1.1.198
Kelas/Semester : Manajemen Eksekutif/3
1. Tahap-Tahap Konflik
a. Tahap konflik diawali dengan rasa tidak nyaman, hal ini bisa dihindari dengan mememberikan rasa empati dan melakukan komunikasi kepada orang yang bersangkutan.
b. Insiden, seandainya rasa ketidaknyamanan tersebut tidak ditangani maka insiden akan terjadi pada organisasi ini
c. Kesalahpahaman, Konflik yang terjadi bisa juga disebabkan karena kesalahpahaman, hal tersebut dapat dihindari dengan cara mengamati bagian dari diri kita sendiri.
d. Ketegangan, dalam sebuah konflik akan menimbulkan ketegangan antara yang terlibat konflik, untuk itu kita perlu meneliti keemosian diri kita sendiri
e. Krisis, merupakan tahap konflik yang paling puncak, karena sudah berada diluar kemampuan kita untuk mengatasi konflik tersebut. sehingga perlu dicari pihak ketiga untuk mengatasinya.
2. Faktor-faktor penyebab konflik di dunia kerja adalah sebagai berikut :
• Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
• Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
• Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda.
• Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri.
3. Konsep Kinerja Berbasis BSC Terkait Konflik di dalam Dunia Kerja
Dalam kaitannya dengan konsep kinerja yang berbasis BSC, perspektive yang digunakan ialah Learning and Growth Perspektive. Manajer bertanggung jawab untuk mengembangkan kemampuan karyawan. Tolak ukur kunci untuk menilai kinerja manajer adalah kepuasan karyawan, retensi karyawan, dan produktivitas karyawan. Kepuasaan karyawan mengakui bahwa moral karyawan adalah penting untuk memperbaiki produktivitas, mutu, kepuasan pelanggan, dan ketanggapan terhadap situasi. Manajer dapat mengukur kepuasan karyawan dengan mengirim survei, mewawancarain karyawan, mengamati karyawan pada saat bekerja. Produktivitas karyawan mengakui pentingnya pengeluaran setiap karyawan, pengeluaran dapat diukur dalam arti tolok ukur fisik seperti halaman yang diproduksi, atau dalam tolok ukur keuangan seperti pendapatan setiap karyawan, laba setiap karyawan. Suatu sistem insentif yang baik akan mendorong manajer meningkatkan kepuasaan karyawan yang tinggi, perputaran karyawan yang rendah dan produktivitas karyawan yang tinggi. Jika ingin kondisi kondusif tercipta di dalam usaha, maka peran seorang manajer sangat penting untuk memecahkan setiap konflik yang timbul di dalam suasana kerja, dan menjadikan kelahiran konflik tersebut sebagai suatu hal yang positif dan membangun perusahaan agar semakin berkembang dan hubungan diantara karyawan semakin solid untuk memajukan perusahaan.
NAMA : MADE WIDIASIH
ReplyDeleteNIM : 13.01.1.1.152
KELAS : REGULER SORE
SEMESTER :III
Dimanapun kita berada pasti akan menemukan sebuah konflik entah konflik dari diri sendiri maupun dengan oranglain.
Konflik di tempat kerja bisa mempengaruhi performa pekerjaan yang sedang dilakukan. Konflik terjadi ketika ada dua atau lebih nilai, sudut pandang,prinsip, atau pendapat berkontradiksi satu sama lain.
Adapun Tahapan-tahapanya yaitu :
1. Konflik masih tersembunyi (laten)
Berbagai macam kondisi emosional yang dirasakan sebagai hal yang biasa dan tidak dipersoalkan sebagai hal yang mengganggu dirinya.
2. Konflik yang mendahului (antecedent condition)
Tahap perubahan dari apa yang dirasakan secara tersembunyi yang belum mengganggu dirinya, kelompok atau organisasi secara keseluruhan, seperti timbulnya tujuan dan nilai yang berbeda, perbedaan peran dan sebagainya.
3. Konflik yang dapat diamati (perceived conflicts) dan konflik yang dapat dirasakan (felt conflict)
Muncul sebagai akibat antecedent condition yang tidak terselesaikan.
4. Konflik terlihat secara terwujud dalam perilaku (manifest behavior)
Upaya untuk mengantisipasi timbulnya konflik dan sebab serta akibat yang ditimbulkannya; individu, kelompok atau organisasi cenderung melakukan berbagai mekanisme pertahanan diri melalui perilaku.
5. Penyelesaian atau tekanan konflik
Pada tahap ini, ada dua tindakan yang perlu diambil terhadap suatu konflik, yaitu penyelesaian konflik dengan berbagai strategi atau sebaliknya malah ditekan.
6. Akibat penyelesaian konflik
Jika konflik diselesaikan dengan efektif dengan strategi yang tepat maka dapat memberikan kepuasan dan dampak positif bagi semua pihak.
2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMBENTUK TERJADINYA KONFLIK :
Konflik yang terjadi di tempat kerja sangatlah merugikan. Karena konflik ini berdampak banyak terhadap diri kita, rekan kerja kita, dan bagi organisasi. Hubungan kita dengan rekan kerja menjadi renggang, gampang curiga, dan muncul ketidakpercayaan. Jika ini terjadi maka komunikasi dengan rekan kerja akan menjadi sulit dan banyak hambatan dan bisa diduga kerja menjadi tidak maksimal.
Banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya konflik di tempat kerja, antara lain: perbedaan karakter, persaingan kerja, perbedaan kepentingan kelompok, kepemimpinan dalam organisasi dan sebagainya. Mengidentifikasi akar masalah konflik akan membantu kita mengelola konflik di tempat kerja kita, sekaligus membantu kita menjadi pribadi yang lebih dewasa, matang, dan profesional di tempat kerja.
Salah satu penyebabnya yaitu : Merasa tak nyaman, Menutup mata dan menghindar, Berhadapan dengan situasi, Melangkah dalam ketidakpastian,dll
Faktor penyebab lainya :
1. Perbedaan Individu
2. Perbedaan Latar Belakang Kebudayaan
3. Perbedaan Kepentingan
4. Perubahan Sosial
3. KONSEP KINERJA BERBASIS BSC
Balanced scorecard merupakan salah satu metode yang banyak digunakan untuk mensinkronkan program dan kegiatan perusahaan dengan visi dan strategi organisasi, meningkatkan komunikasi internal dan eksternal dan memantau kinerja organisasi.
Adapun Perspektif dalam Balanced Scorecard dalam dunia kerja yaitu :
1.Perspektif Keuangan
2.Perspektif Pelanggan
3.Perspektif Proses Bisnis Internal
4.Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
SEKIAN DAN TERIMAKASIH
NAMA : PUTU SRI SUKEMI
ReplyDeleteNIM : 13. 01. 1. 1. 163
Jurusan /Semester : S1 Manajemen/III
Kelas : Reguler Sore
UAS MANAJEMEN STRATEGI
Tahapan konflik dalam dunia kerja, ada 5 tahapan yaitu :
1. Tahap Potensial yaitu munculnya perbedaan individu dalam dunia kerja dan lingkungan merupakan potensi terjadinya konflik
2. Tahap Konflik Terasakan yaitu kondisi ketika perbedaan yang muncul dirasakan oleh individu dan mereka mulai memikirkannya
3. Tahap pertentangan yaitu ketika konflik berkembang menjadi perbedaan pendapat di antara individu atau kelompok yang saling bertentangan
4. Tahap konflik terbuka yaitu tahapan ketika pertentangan berkembang menjadi permusuhan secara terbuka
5. Tahap akibat konflik yaitu tahapan ketika konflik menimbulkan dampak terhadap kehidupan dan kinerja dalam dunia kerja.
Faktor factor yang menyebabkan konflik
A. Faktor Manusia
1. Salah Pengertian atau salah paham karena kegagalan komunikasi
2. Perbedaan tujuan kerja karena perbedaan nilai hidup yang dipegang
3. Rebutan dan persaingan dalam hal yang terbatas seperti fasilitas kerja dan jabatan
4. Masalah wewenang dan tanggung jawab
5. Penafsiran yang berbeda atas satu hal, perkara dan peristiwa yg sama
6. Kurangnya kerja sama
7. Adanya usaha utk menguasai dan merugikan
B Faktor Organisasi atau Dunia Kerja
1. Persaingan dalam menggunakan sumber daya, Apabila sumber daya baik berupa uang material atau sarana lainnya terbatas atau dibatasi makanya dapat tumbuh persaingan dalam penggunaannya
2. Perbedaan tujuan antar unit organisasi atau unit kerja, tiap unit dalam organisasi atau unit kerja dalam organisasi mempunyai spesialisasi dalam fungsi, tugas dan bidangnya. Perbedaan ini sering mengarah pada konflik antar unit tersebut.
3. Perbedaan nilai dan persepsi suatu kelompok tertentu mempunyai persepsi yg negative, karena merasa mendapatkan perlakuan yang tidak adil
4. Kekaburan yurisdiksional, konflik ini terjadi karena batas batas aturan yang tidak jelas, yaitu adanya tanggung jawab yang tumpang tindih.
5.
Konsep kinerja BSC Di Dunia Kerja
Konsep Balanced Scorecard atau BSC adalah pendekatan terhadap strategi manajemen yang dikembangkan oleh Drs Robert Kaplan dan David Norton pada awal th 1990. BSC digunakan untuk memperbaiki system pengukuran kinerja eksekutif yang awal penggunaan kinerja eksekutif di ukur hanya dari segi keuangan, kemudian berkembang menjadi 4 perspektif yaitu :
1. Perspektif Keuangan
2. Perspektif Pelanggan
3. Perspektif Proses Bisnis Interval
4. Perspektif Pembelajaran dan pertumbuhan
Nama: Ketut Emik Ariyanti
ReplyDeleteNim: 13.01.1.1.158
Kelas: Regular Sore
Jawaban:
1. Tahap terjadiya Konflik
Tahap I, Konflik terpendam. Konflik ini merupakan bibit konflik yang bisa terjadi dalam interaksi individu ataupun kelompok dalam organisasi, oleh karena set up organisasi dan perbedaan konsepsi, namun masih dibawah permukaan. Konflik ini berpotensi untuk sewaktu-waktu muncul ke permukaan.
2. Tahap II, Konflik yang terpersepsi. Fase ini dimulai ketika para actor yg terlibat mulai mengkonsepsi situasi-situasi konflik termasuk cara mereka memandang, menentukan pentingnya isu-isu, membuat asumsi-asumsi terhadap motif-motif dan posisi kelompok lawan.
3. Tahap III, Konflik yang terasa. Fase ini dimulai ketika para individu atau kelompok yang terlibat menyadari konflik dan merasakan penglaman-pengalaman yang bersifat emosi, seperti kemarahan, frustasi, ketakutan, dan kegelisahan yang melukai perasaan.
4. Tahap IV, Konflik yang termanifestasi. Pada fase ini salah satu pihak memutuskan bereaksi menghadapi kelompok dan sama-sama mencoba saling menyakiti dan menggagalkan tujuan lawan. Misalnya agresi terbuka, demonstrasi, sabotase, pemecatan, pemogokan dan sebagainya.
5. Tahap V, Konflik sesudah penyelesaian. Fase ini adalah fase sesudah konflik diolah. Bila konflik dapat diselesaikan dengan baik hasilnya berpengaruh baik pada organisasi (fungsional) atau sebaliknya (disfungsional).
2. Faktor yang membentuk Konflik
A. Faktor dari Manusia
1. Perbedaan Individu
2. Perbedaan kebudayaan
3. Perbedaan Komunikasi
4. Perebutan Kekuasaan
B. Faktor Dunia Kerja
1. Perbedaan Pendapat di lingkungan kerja
2. Kecemburuan akan tidak adilnya kepemimpinan
3. Perbedaan Nilai/Pendapat
3. Konsep Kinerja BSC
Konsep Balanced Scorecard ini pada dasarnya merupakan penerjemahan strategi dan tujuan yang ingin dicapai oleh suatu perusahaan dalam jangka panjang, yang kemudian diukur dan dimonitor secara berkelanjutan.
Adapun Perspektif dalam Balanced Scorecard dalam dunia kerja yaitu :
1.Perspektif Keuangan
2.Perspektif Pelanggan
3.Perspektif Proses Bisnis Internal
4.Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Sekian Dan Terimakasih
Nama : Kadek Karningsih
ReplyDeleteNim : 13.01.1.1.186
Jurusan : Manajemen / Semester III
Answer
1. Konflik berkembang melalui lima fase secara beruntun, yaitu : latent conflict, perceived conflict, felt conflict, manifest conflict and conflict aftermath.
1). Tahap I, Konflik terpendam. Konflik ini merupakan bibit konflik yang bisa terjadi dalam interaksi individu ataupun kelompok dalam organisasi, oleh karena set up organisasi dan perbedaan konsepsi, namun masih dibawah permukaan. Konflik ini berpotensi untuk sewaktu-waktu muncul ke permukaan.
2). Tahap II, Konflik yang terpersepsi. Fase ini dimulai ketika para actor yg terlibat mulai mengkonsepsi situasi-situasi konflik termasuk cara mereka memandang, menentukan pentingnya isu-isu, membuat asumsi-asumsi terhadap motif-motif dan posisi kelompok lawan.
3). Tahap III, Konflik yang terasa. Fase ini dimulai ketika para individu atau kelompok yang terlibat menyadari konflik dan merasakan penglaman-pengalaman yang bersifat emosi, seperti kemarahan, frustasi, ketakutan, dan kegelisahan yang melukai perasaan.
4). Tahap IV, Konflik yang termanifestasi. Pada fase ini salah satu pihak memutuskan bereaksi menghadapi kelompok dan sama-sama mencoba saling menyakiti dan menggagalkan tujuan lawan. Misalnya agresi terbuka, demonstrasi, sabotase, pemecatan, pemogokan dan sebagainya.
5). Tahap V, Konflik sesudah penyelesaian. Fase ini adalah fase sesudah konflik diolah. Bila konflik dapat diselesaikan dengan baik hasilnya berpengaruh baik pada organisasi (fungsional) atau sebaliknya (disfungsional).
2. Dalam organisasi, terdapat beberapa factor yang menyebabkan konflik yaitu ;
1. Perbedaan dalam tujuan dan prioritas. Setiap sub unit dalam organisasi memiliki tujuan dan prioritas khusus. Misalnya, dalam hubungan kerja, bagian pemasaran ingin agar produknya cepat laku. Kalau perlu dijual murah dan dengan cara kredit. Sebaliknya, bagian keuangan menghendaki pembayaran harus tunai agar posisi kekuangan perusahaan tetap stabil.
2. Saling ketergantungan tugas (task interdependence). Ada yang disebut ketergantungan berurutan (sequential interdependence), dimana output dari suatu unit merupakan input dari unit lain. Misalnya, untuk merespon suatu surat permohonan, kepala bagian masih harus menunggu disposisi dari atasannya.
3. Konflik yang disebabkan oleh pembagian sumber daya (resource interdependence). Antarunit kerja bersaing karena untuk mendapatkan sumber daya yang lebih (personil, dana, material, peralatan, ruangan, fasilitas computer dan lainnya).
4. Deskripsi tugas yang tidak jelas. Ini pun akan mengakibatkan konflik. Kekaburan karena tidak ada guide lines dan policies yang jelas, akan membuat kelompok lainnya tersinggung karena dilangkahi.
5. Perbedaan kekuasaan dan status. Biasanya terjadi karena suatu departemen merasa lebih penting atau memiliki rasa over value ketimbang departemen lainnya. Departemen yang lainnya pasti akan merasa dilecehkan.
6. Perbedaan sistim imbalan dan intensif yang diatur per-unit, bukan berdasarkan tujuan organisasi.
7. Faktor birokratik (lini-staf), dimana pegawai lini memiliki wewenang dalam proses pengambilan keputusan sementara staf lebih pada memberikan rekomendasi atau saran. Sering pegawai lini merasa lebih penting, sementara staf merasa lebih ahli.
3. BSC merefleksikan ukuran kinerja komprehensif yang mencerminkan lingkungan kompetitif dan strategi yang digunakan. BSC berfokus pada strategi yang diterapkan bukan pada pengendalian penerapan scorecard, meskipun pengawasan terhadap scorecard perlu dilakukan mengingat fokus strategi terus berubah seiring dengan perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat.Pengukuran kinerja dilakukan dengan mempertimbangkan empat perspektif BSC yaitu perspektif financial, customer, internal business dan learning and growth secara proporsional. Dengan demikian, pemimpin seharusnya tidak hanya diukur dengan kinerja keuangan, tetapi juga kinerjanya dalam memenuhi kebutuhan organisasi secara ekonomis, efisien, dan tepat sasaran guna menghindari konflik yang berkelanjutan.
Nama : Wayan Ariantini
ReplyDeleteNim : 13.01.1.1.181
Jurusan : Manajemen / Semester 3
1. Konflik masih tersembunyi (laten)
Berbagai macam kondisi emosional yang dirasakan sebagai hal yang biasa dan tidak dipersoalkan sebagai hal yang mengganggu dirinya.
2. Konflik yang mendahului (antecedent condition)
Tahap perubahan dari apa yang dirasakan secara tersembunyi yang belum mengganggu dirinya, kelompok atau organisasi secara keseluruhan, seperti timbulnya tujuan dan nilai yang berbeda, perbedaan peran dan sebagainya.
3. Konflik yang dapat diamati (perceived conflicts) dan konflik yang dapat dirasakan (felt conflict)
Muncul sebagai akibat antecedent condition yang tidak terselesaikan.
4. Konflik terlihat secara terwujud dalam perilaku (manifest behavior)
Upaya untuk mengantisipasi timbulnya konflik dan sebab serta akibat yang ditimbulkannya; individu, kelompok atau organisasi cenderung melakukan berbagai mekanisme pertahanan diri melalui perilaku.
5. Penyelesaian atau tekanan konflik
Pada tahap ini, ada dua tindakan yang perlu diambil terhadap suatu konflik, yaitu penyelesaian konflik dengan berbagai strategi atau sebaliknya malah ditekan.
6. Akibat penyelesaian konflik
Jika konflik diselesaikan dengan efektif dengan strategi yang tepat maka dapat memberikan kepuasan dan dampak positif bagi semua pihak.
2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMBENTUK TERJADINYA KONFLIK :
Konflik yang terjadi di tempat kerja sangatlah merugikan. Karena konflik ini berdampak banyak terhadap diri kita, rekan kerja kita, dan bagi organisasi. Hubungan kita dengan rekan kerja menjadi renggang, gampang curiga, dan muncul ketidakpercayaan. Jika ini terjadi maka komunikasi dengan rekan kerja akan menjadi sulit dan banyak hambatan dan bisa diduga kerja menjadi tidak maksimal.
Banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya konflik di tempat kerja, antara lain: perbedaan karakter, persaingan kerja, perbedaan kepentingan kelompok, kepemimpinan dalam organisasi dan sebagainya. Mengidentifikasi akar masalah konflik akan membantu kita mengelola konflik di tempat kerja kita, sekaligus membantu kita menjadi pribadi yang lebih dewasa, matang, dan profesional di tempat kerja.
Salah satu penyebabnya yaitu : Merasa tak nyaman, Menutup mata dan menghindar, Berhadapan dengan situasi, Melangkah dalam ketidakpastian,dll
Faktor penyebab lainya :
1. Perbedaan Individu
2. Perbedaan Latar Belakang Kebudayaan
3. Perbedaan Kepentingan
4. Perubahan Sosial
3. KONSEP KINERJA BERBASIS BSC
Balanced scorecard merupakan salah satu metode yang banyak digunakan untuk mensinkronkan program dan kegiatan perusahaan dengan visi dan strategi organisasi, meningkatkan komunikasi internal dan eksternal dan memantau kinerja organisasi.
Adapun Perspektif dalam Balanced Scorecard dalam dunia kerja yaitu :
1.Perspektif Keuangan
2.Perspektif Pelanggan
3.Perspektif Proses Bisnis Internal
4.Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
SUKSMA :) :) :) :)
Nama : Komang Prisamiada
ReplyDeleteNim : 13.01.1.1.183
Jurusan : Manajemen / Semester 3
1. TAHAPAN KONFLIK DALAM DUNIA KERJA
Adapun beberapa tahapan konflik di dalam dunia kerja yakni diawali dengan rasa tak nyaman, kemunculan rasa tak nyaman ini harus diimbangi dengan rasa waspada dan juga keterampilan analisi agar mampu untuk memiliki kepekaan terhadap situasi yang telah terjadi disekitar kita. Kemudian dari rasa tak nyaman ini nantinya akan menimbulkan tingkatan konflik menjadi insiden, ketika insiden sudah tercipta disini yang dibutuhkan adalah kemampuan untuk memainkan ketrampilan empati dan cara untuk berkomunikasi. Insiden yang tercipta nantinya akan memunculkan kesalahpahaman di dalam hubungan dengan rekan kerja, seharusnya untuk mengetahui penyebab dari terciptanya kesalahpahaman cara pertama yang dapat dilakukan ialah dengan mengamati diri sendiri. Apakah kita sudah bertindak dengan benar? Munculnya kesalahpahaman jika tidak mampu terselesaikan dengan benar akan menimbulkan suasana ketegangan diantara sesama rekan kerja. Seharusnya jika ingin konflik yang tercipta mampu terselesaikan, setiap individu harus dapat memainkan emosinya dengan baik. Meneliti bagian dalam dirinya masing – masing apakah kita sudah memang benar, ataukah diri sendiri yang menjadi pemicu konflik yang terjadi. Saat ketegangan benar – benar tak mampu untuk terselesaikan, yang terjadi ialah tahap krisis, jika situasi ini sudah terjadi situasi sudah diluar ketrampilan dan posisi penengah (orang ketiga) sangat dibutuhkan untuk dapat meredamkan konflik yang tercipta.
2. Faktor Pemicu Terjadinya Konflik Di Dalam Dunia Kerja
Secara garis besar pemicu terjadinya konflik ialah perebutan kepemilikan. Di dalam dunia kerja, konflik yang timbul tidak jarang karena perbedaan karakter, kemudian persaingan kerja, perbedaan kepentingan kelompok, perbedaan gaya kepemimpinan. Inti dari terciptanya konflik ini ialah berakar dari ego, baik individual ataupun kelompok.
3. Konsep Kinerja Berbasis BSC Terkait Konflik di dalam Dunia Kerja.
Dalam kaitannya dengan konsep kinerja yang berbasis BSC, perspektive yang digunakan ialah Learning and Growth Perspektive. Manajer bertanggung jawab untuk mengembangkan kemampuan karyawan. Tolak ukur kunci untuk menilai kinerja manajer adalah kepuasan karyawan, retensi karyawan, dan produktivitas karyawan. Kepuasaan karyawan mengakui bahwa moral karyawan adalah penting untuk memperbaiki produktivitas, mutu, kepuasan pelanggan, dan ketanggapan terhadap situasi. Manajer dapat mengukur kepuasan karyawan dengan mengirim survei, mewawancarain karyawan, mengamati karyawan pada saat bekerja. Retensi karyawan mengakui bahwa karyawan yang mengembangkan modal intelektual khusus organisasi adalah merupakan aktiva non keuangan yang bernilai bagi perusahaan. Lagi pula adalah sangat mahal menemukan dan menerima orang yang berbakat untuk menggantikan orang yang meninggalkan perusahaan. Perputaran karyawan diukur dengan persentase orang yang keluar setiap tahun, hal ini merupakan tolok ukur umum untuk retensi. Produktivitas karyawan mengakui pentingnya pengeluaran setiap karyawan, pengeluaran dapat diukur dalam arti tolok ukur fisik seperti halaman yang diproduksi, atau dalam tolok ukur keuangan seperti pendapatan setiap karyawan, laba setiap karyawan. Suatu sistem insentif yang baik akan mendorong manajer meningkatkan kepuasaan karyawan yang tinggi, perputaran karyawan yang rendah dan produktivitas karyawan yang tinggi. Jika ingin kondisi kondusif tercipta di dalam usaha, maka peran seorang manajer sangat penting untuk memecahkan setiap konflik yang timbul di dalam suasana kerja, dan menjadikan kelahiran konflik tersebut sebagai suatu hal yang positif dan membangun perusahaan agar semakin berkembang dan hubungan diantara karyawan semakin solid untuk memajukan perusahaan.
Nama : Aprilia Retno
ReplyDeleteNim : 13.01.1.1.180
Semester : tiga (3)
Kelas : eksekutif
Jurusan : manajemen
1.Tahapan konflik di dunia kerja
Proses Terjadinya Konflik Menurut Beberapa Para Ahli :
Menurut Hendricks, W.(1992) prose terjadinya konflik terdiri dari 3 tahap :
1. Peristiwa sehari-hari , yaitu ditandai dengan adanya individu meresa tidak puas atau jengkel terhadap lingkungan kerja.
2. Adanya tantangan, yaitu apabila terjadi masalah, individu saling mempertahankan pendapat mereka masing-masing dan menyalahkan pihak lain. Masing-masing anggota menganggap perbuatan yang dilakukan sesuai dengan standar dan aturan aaaaorganisasi.
3. Timbulnya pertentangan, yaitu pada tahap ini masing-masing individu atau kelompok bertujuan untuk menang dan mengalahkan kelompok lain.
Menurut Kenneth Thomas (Owens, 1991)
Kenneth Thomas mengemukakan episode gerak konflik digerakkan oleh perasaan frusttasi (kekecewaan) dari suatu kelompok karena aksi pihak lain, misalnya : penolakan permintaan, pertentangan atau penghinaan, sehingga masing-masing kelompok menyadari adanya konflik dan memasuki tahap konsepstualisasi, dan proses terjadi secara subjeytif. Selanjutnya, tinggi atau rendahnya konflik bergantung pada persaingan, keterbukaan dan kepekaan yang dimiliki oleh masing-masing kelompok. Sedangka hasill (outcome) merupakan proses terakhir dari tahapan konflik yang berupa ; frustasi, sikap permusuhan, motivasi kkera, atau produktivitas kerja. Hasil akhir dari prilakku yang dimakksud akan berpengaruh pada episode berikutnya.
Menurut Terry , G. R. (1986)
Menjelaskan bahwa, konflik pada umumnya mengikuti pola yang teratur yang ditandai timbulnya krisis, selanjutnya terjadi kesalahpahaman antar individu maupun kelompok, dan konfrontasi menjadi pusat perhatian, pada tahap berikutnya krisis dialih untuk diarahkan dan dikelola.
Menurut Louis R.Pandy mengukapkan proses konflik terdiri dari 5 tahap :
Tahap I konflik laten yaitu tahap munculnya factor-faktor penyebab konflik dalam organisasi yaitu :
Saling ketergantungan kerja
Perbedaan tujuan dan prioritas
Perbedaaan status
Sumber daya yang terbatas
Tahap II konflik yang dipersepsikan (konflik yang dirasakan) , pada tahap ini salah satu pihak memandang pihak lain sebagai penghambat atau mengancam pencapaina tujuan.
Tahap III Konflik yang dirasakan, pada tahap ini konflik tidak sekedar dipandang ada, akan tetapi benar-benar sudah dirasakan.
Tahap IV konflik yang dimanifestasikan, pada tahap ini prilaku tertentu sebagai indicator konflik sudah mulai ditunjukan, seperti adanya sabotase, agresi terbuka, konfrontasi, rendahnya kenerja dan lain-lainnya.
Tahap V konflik Aftermath, jika konflik benar-benar diselesaikan maka hal itu akan meningkatkan hubungan para anggota organisasi. Hanya jika penyelesaian tidak tepat maka akan timbul konflik baru.
2. faktor-faktor pembentuk konflik
FAKTOR PENYEBAB KONFLIK
1. Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
2. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
3. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
DeleteManusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.
4. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.
3. konsep kinerja berbasis BSC
Untuk menilai kinerja organisasi ini tentu saja diperlukan pengukuran kinerja secara jelas dengan menggunakn indikator-indikator tertentu. Adapun perspektif-perspektif yang di gunakan dalam menentukan kinerja dengan sistem BSC adalah sebagai berikut:
1. Perspektif Keuangan
BSC memakai tolak ukur kinerja keuangan seperti laba bersih dan ROI, karena tolak ukur tersebut secara umum digunakan dalam perusahaan untuk mengetahui laba. Ada 3 peningkatan yaitu :
1.Peningkatan customer 'yang puas sehingga meningkatkan laba
2.Peningkatan produktivitas dan komitmen karyawan sehingga meningkatkan laba
3.Peningkatan kemampuan perasahaan untuk menghasilkan financial returns dengan mengurangi modal yang digunakan atau melakukan investasi daiam proyek yang menghasilkan return yang tinggi.
2. Perspektif Pelanggan
Dalam perspektif pelanggan, perusahaan perlu terlebih dahulu menentukan segmen pasar dan pelanggan yang menjadi target bagi organisasi atau badan usaha.
3. Perspektif Proses Bisnis Internal
Perspektif proses bisnis internal menampilkan proses kritis yang memungkinkan unit bisnis untuk memberi value proposition yang mampu menarik dan mempertahankan pelanggannya di segmen pasar yang diinginkan dan memuaskan harapan para pemegang saham
4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Perspektif ini menyediakan infrastruktur bagi tercapainya ketiga perspektif sebelumnya.Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan mencakup prinsip kapabilitas yang terkait dengan kondisi intemal perusahaan, yaitu:
A. Kapabilitas pekerja.
KapabiLitas pekerja adalah merupakan bagian kontribusi pekerja pada perusahaan. Sehubungan dengan kapabilitas pekerja, ada 3 hal yang harus diperhatikan oleh manajemen
a.Kepuasan pekerja.
Kepuasan pekerja merupakan prakondisi untuk meningkatkan produktivitas, tanggungjawab, kualitas, dan pelayanan kepada konsumen.
b. Retensi pekerja.
Retensi pekerja adalah kemampuan untuk mempertahankan pekerja terbaik dalam perusahaan.
c. Produktivitas pekerja.
Produktivitas pekerja merupakan hasil dari pengaruh keseluruhan dari peningkatan keahlian dan moral, inovasi, proses internal, dan kepuasan pelanggan.
NAMA: PUTU SURIANTINI
ReplyDeleteNIM:13.01.1.1.197
JURUSAN : MANAJEMEN/SEMESTER III/EKSEKUTIF
Tahap-Tahap Konflik
a. Tahap konflik diawali dengan rasa tidak nyaman, hal ini bisa dihindari dengan mememberikan rasa empati dan melakukan komunikasi kepada orang yang bersangkutan.
b. Insiden, seandainya rasa ketidaknyamanan tersebut tidak ditangani maka insiden akan terjadi pada organisasi ini
c. Kesalahpahaman, Konflik yang terjadi bisa juga disebabkan karena kesalahpahaman, hal tersebut dapat dihindari dengan cara mengamati bagian dari diri kita sendiri.
d. Ketegangan, dalam sebuah konflik akan menimbulkan ketegangan antara yang terlibat konflik, untuk itu kita perlu meneliti keemosian diri kita sendiri
e. Krisis, merupakan tahap konflik yang paling puncak, karena sudah berada diluar kemampuan kita untuk mengatasi konflik tersebut. sehingga perlu dicari pihak ketiga untuk mengatasinya.
2. FAKTOR PENYEBAB KONFLIK
a. Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap orang atau individu memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Dengan perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya.
b. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
c. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok. Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.
d. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam Organisasi. Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik.
3. Konsep Kinerja Berbasis BSC (Balanced Scorecard)
Balanced scorecard dapat mengubah strategi menjadi tindakan, menjadikan strategi sebagai pusat organisasi, mendorong terjadinya komunikasi yang lebih baik antar karyawan dan manajemen, meningkatkan mutu pengambilan keputusan dan memberikan informasi peringatan dini, serta mengubah budaya kerja. Potensi untuk mengubah budaya kerja ada karena dengan balanced scorecard, perusahaan lebih transparan, informasi dapat diakses dengan mudah, pembelajaran organisasi dipercepat, umpan balik menjadi obyektif, terjadwal, dan tepat untuk organisasi dan individu; dan membentuk sikap mencari konsensus karena adanya perbedaan awal dalam menentukan sasaran, langkah-langkah strategis yang diambil, ukuran yang digunakan, dll.
Berdasarkan hal tersebut dapat saya gambarkan contoh kecil dalam sebuah kegiatan pada suatu organisasi, yaitu :
a. dalam penyusunan kegiatan, didasari oleh sasaran prioritas dan rencana kerja yang telah ditetapkan.
b. Dalam hal penyusunan kegiatan terdapat aspek-aspek yaitu :
- Indikator, yang terdiri dari capaian program, masukan, keluaran dan hasil
- Tolok ukur Kinerja, yang didalamnya termuat hal-hal yang ingin dicapai dalam penyusunan kegiatan tersebut, serta hal-hal yang mendukung pelaksanaan kegiatan tersebut
- Target Kinerja, merupakan bagian yang memuat nilai jumlah dana, SDM yang diperlukan, serta hasil capaian program dan kegiatan
c. Ketiga aspek tersebut dijadikan landasan atau acuan untuk melaksanakan suatu kegiatan atau pekerjaan.
d. Berdasarkan ketiga aspek tersebut diatas juga akan dipakai untuk menilai kinerja baik dalam hal realisasi dana maupun fisik dari kegiatan yang telah dilaksanakan
Nama : Putu Sri Purnami Dewi
ReplyDeleteNIM : 13.01.1.1.187
Jurusan : Manajemen
Kelas/Semester : Eksekutif/3
1. Tahap-Tahap Konflik
a. Tahap konflik diawali dengan rasa tidak nyaman, hal ini bisa dihindari dengan mememberikan rasa empati dan melakukan komunikasi kepada orang yang bersangkutan.
b. Insiden, seandainya rasa ketidaknyamanan tersebut tidak ditangani maka insiden akan terjadi pada organisasi ini
c. Kesalahpahaman, Konflik yang terjadi bisa juga disebabkan karena kesalahpahaman, hal tersebut dapat dihindari dengan cara mengamati bagian dari diri kita sendiri.
d. Ketegangan, dalam sebuah konflik akan menimbulkan ketegangan antara yang terlibat konflik, untuk itu kita perlu meneliti keemosian diri kita sendiri
e. Krisis, merupakan tahap konflik yang paling puncak, karena sudah berada diluar kemampuan kita untuk mengatasi konflik tersebut. sehingga perlu dicari pihak ketiga untuk mengatasinya.
2. Faktor-faktor penyebab konflik di dunia kerja adalah sebagai berikut :
• Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
• Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
• Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda.
• Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri.
3. Konsep kinerja berbasis BSC
BSC berasal dari dua kata yaitu balanced (berimbang) dan scorecard (kartu skor). Balanced (berimbang) berarti adanya keseimbangan antara performance keuangan dan non-keuangan, performance jangka pendek dan performance jangka panjang, antara performance yang bersifat internal dan performance yang bersifat eksternal. Sedangkan scorecard (kartu skor) yaitu kartu yang digunakan untuk mencatat skor performance seseorang. Jadi, BSC adalah suatu mekanisme sistem manajemen yang mampu menerjemahkan visi dan strategi organisasi ke dalam tindakan nyata di lapangan. Adapun perspektif-perspektif yang di gunakan dalam menentukan kinerja dengan sistem BSC adalah sebagai berikut:
a. Perspektif Keuangan
b. Perspektif Pelanggan
c. Perspektif Proses Bisnis Internal
d. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Nama : Karnila Yoginingsih
ReplyDeleteNIM : 13.01.1.1.194
Jurusan : Manajemen
Kelas/Semester : Eksekutif/3
1). Tahapan – tahapan konflik yang ada diantaranya :
a. Tahap I, Konflik terpendam. Konflik ini merupakan bibit konflik yang bisa terjadi dalam interaksi kelompok dalam organisasi.
b. Tahap II, Konflik yang terpersepsi. Fase ini dimulai ketika suatu individu atau kelompok yg terlibat mulai mengkonsepsi situasi-situasi konflik termasuk cara mereka memandang, menentukan pentingnya isu-isu, membuat asumsi-asumsi terhadap motif-motif dan posisi kelompok lawan.
c. Tahap III, Konflik yang terasa. Fase ini dimulai ketika para individu atau kelompok yang terlibat menyadari konflik dan merasakan pengalaman-pengalaman yang bersifat emosi, seperti kemarahan, frustasi, ketakutan, dan kegelisahan yang melukai perasaan.
d. Tahap IV, Konflik yang termanifestasi. Pada fase ini salah satu pihak memutuskan bereaksi menghadapi kelompok dan sama-sama mencoba saling menyakiti dan menggagalkan tujuan lawan. Misalnya agresi terbuka, demonstrasi, sabotase, pemecatan, pemogokan dan sebagainya.
e. Tahap V, Konflik sesudah penyelesaian. Fase ini adalah fase sesudah konflik diolah. Bila konflik dapat diselesaikan dengan baik hasilnya berpengaruh baik pada organisasi (fungsional) atau sebaliknya (disfungsional).
2).Faktor-faktor yang membentuk terjadinya konflik :
Konflik yang terjadi di tempat kerja sangatlah merugikan. Karena konflik ini berdampak banyak terhadap diri kita, rekan kerja kita, dan bagi organisasi. Hubungan kita dengan rekan kerja menjadi renggang, gampang curiga, dan muncul ketidakpercayaan. Jika ini terjadi maka komunikasi dengan rekan kerja akan menjadi sulit dan banyak hambatan dan bisa diduga kerja menjadi tidak maksimal.
Banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya konflik di tempat kerja, antara lain: perbedaan karakter, persaingan kerja, perbedaan kepentingan kelompok, kepemimpinan dalam organisasi dan sebagainya. Mengidentifikasi akar masalah konflik akan membantu kita mengelola konflik di tempat kerja kita, sekaligus membantu kita menjadi pribadi yang lebih dewasa, matang, dan profesional di tempat kerja.
Salah satu penyebabnya yaitu : Merasa tak nyaman, Menutup mata dan menghindar, Berhadapan dengan situasi, Melangkah dalam ketidakpastian,dll
Faktor penyebab lainya :
1. Perbedaan Individu
2. Perbedaan Latar Belakang Kebudayaan
3. Perbedaan Kepentingan
4. Perubahan Sosial
3). Konsep kinerja berbasis bsc
Balanced scorecard merupakan salah satu metode yang banyak digunakan untuk mensinkronkan program dan kegiatan perusahaan dengan visi dan strategi organisasi, meningkatkan komunikasi internal dan eksternal dan memantau kinerja organisasi.
Adapun Perspektif dalam Balanced Scorecard dalam dunia kerja yaitu :
1.Perspektif Keuangan
2.Perspektif Pelanggan
3.Perspektif Proses Bisnis Internal
4.Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
NAMA : IDA AYU NINING FEBRIYANI
ReplyDeleteNIM : 13.01.1.1.189
JURUSAN : MANAJEMEN
KELAS/SEMESTER : EKSEKUTIF/3
1.Tahapan terjadinya konflik diantaranya:
a. Konflik masih tersembunyi
Berbagai macam kondisi emosional yang dirasakan sebagai hal yang biasa dan tidak dipersoalkan sebagai hal yang mengganggu dirinya.
b. Konflik yang mendahului
Tahap perubahan dari apa yang dirasakan secara tersembunyi yang belum mengganggu dirinya, kelompok atau organisasi secara keseluruhan, seperti timbulnya tujuan dan nilai yang berbeda, perbedaan peran dan sebagainya.
c. Konflik yang dapat diamati dan konflik yang dapat dirasakan
Muncul sebagai akibat masalah yang tidak terselesaikan.
d. Konflik terlihat secara terwujud dalam perilaku
Upaya untuk mengantisipasi timbulnya konflik dan sebab serta akibat yang ditimbulkannya; individu, kelompok atau organisasi cenderung melakukan berbagai mekanisme pertahanan diri melalui perilaku.
e. Penyelesaian atau tekanan konflik
Pada tahap ini, ada dua tindakan yang perlu diambil terhadap suatu konflik, yaitu penyelesaian konflik dengan berbagai strategi atau sebaliknya malah ditekan.
f. Akibat penyelesaian konflik
Jika konflik diselesaikan dengan efektif dengan strategi yang tepat maka dapat memberikan kepuasan dan dampak positif bagi semua pihak. Sebaliknya bila tidak, maka bisa berdampak negatif terhadap kedua belah pihak sehingga mempengaruhi produkivitas kerja.2).Faktor-faktor yang membentuk terjadinya konflik :
2. Faktor-faktor yang membentuk Konflik pada Dunia Kerja
a. Faktor Manusia
Ditimbulkan oleh atasan, terutama karena gaya kepemimpinannya,Personil yang mempertahankan peraturan-peraturan secara kaku dan Juga Timbul karena ciri-ciri kepriba-dian individual, antara lain sikap egoistis, temperamental, sikap fanatik, dan sikap otoriter.
b. Faktor Organisasi
Persaingan dalam menggunakan sumberdaya.Apabila sumberdaya baik berupa uang, material, atau sarana lainnya terbatas atau dibatasi, maka dapat timbul persaingan dalam penggunaannya. Ini merupakan potensi terjadinya konflik antar unit/departemen dalam suatu organisasi.
c. Perbedaan tujuan antar unit-unit organisasi.
d. Interdependensi Tugas.
Konflik terjadi karena adanya saling ketergantungan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Kelompok yang satu tidak dapat bekerja karena menunggu hasil kerja dari kelompok lainnya.
e. Perbedaan nilai dan persepsi.
f. Kekaburan yurisdiksional.
Konflik terjadi karena batas-batas aturan tidak jelas,yaitu adanya tanggung jawab yang tumpang tindih.
g. Masalah “status”.
Suatu unit/departemen mencoba memperbaiki dan meningkatkan status, sedangkan unit/departemen yang lain menganggap sebagai sesuatu yang mengancam posisinya dalam status hirarki organisasi.
h. Hambatan Komunikasi.
3.Konsep kinerja berbasis BSC ( Balanced Score Card ) untuk soal no. 1 yaitu :
a. Konsep kinerja berbasis BSC dalam manajemen konflik diberbagai level manajemen tidak melulu bersifat ekonomis melainkan merupakan suatu fenomena perilaku organisasi yang bersifat kooperatif yang memanfaatkan semua kemajuan sumber daya dan semua kecerdasan modal social organisasi.
b. Konsep kinerja berbasis BSC dalam manajemen konflik merupakan suatu manajemen yang berupaya untuk mewujudkan teori mengenai elit dan kekuasaan yang dilandasi oleh pendekatan perilaku yang amat penting untuk memahami berbagai masalah / konflik sebagai akibat kemungkinan politik dalam suatu organisasi.
c. Konsep kinerja berbasis BSC dalam manajemen konflik diperlukan adanya Revolusi Perilaku untuk memahami bagaimana, apa, dan untuk siapa Revolusi Perilaku tersebut sehingga dapat dipahami oleh segenap sumber daya yang ada kearah penjelasan, peramalan, pengawasan dari konflik itu sendiri.
NAMA : KADEK SUCI MAHAYUNI
ReplyDeleteNIM : 13.01.1.1.195
JURUSAN : MANAJEMEN
KELAS/SEMESTER : EKSEKUTIF/3
1.Tahapan terjadinya konflik diantaranya:
a. Konflik masih tersembunyi
Berbagai macam kondisi emosional yang dirasakan sebagai hal yang biasa dan tidak dipersoalkan sebagai hal yang mengganggu dirinya.
b. Konflik yang mendahului
Tahap perubahan dari apa yang dirasakan secara tersembunyi yang belum mengganggu dirinya, kelompok atau organisasi secara keseluruhan, seperti timbulnya tujuan dan nilai yang berbeda, perbedaan peran dan sebagainya.
c. Konflik yang dapat diamati dan konflik yang dapat dirasakan
Muncul sebagai akibat masalah yang tidak terselesaikan.
d. Konflik terlihat secara terwujud dalam perilaku
Upaya untuk mengantisipasi timbulnya konflik dan sebab serta akibat yang ditimbulkannya; individu, kelompok atau organisasi cenderung melakukan berbagai mekanisme pertahanan diri melalui perilaku.
e. Penyelesaian atau tekanan konflik
Pada tahap ini, ada dua tindakan yang perlu diambil terhadap suatu konflik, yaitu penyelesaian konflik dengan berbagai strategi atau sebaliknya malah ditekan.
f. Akibat penyelesaian konflik
Jika konflik diselesaikan dengan efektif dengan strategi yang tepat maka dapat memberikan kepuasan dan dampak positif bagi semua pihak. Sebaliknya bila tidak, maka bisa berdampak negatif terhadap kedua belah pihak sehingga mempengaruhi produkivitas kerja.2).Faktor-faktor yang membentuk terjadinya konflik :
2. Faktor-faktor yang membentuk Konflik pada Dunia Kerja
a. Faktor Manusia
Ditimbulkan oleh atasan, terutama karena gaya kepemimpinannya,Personil yang mempertahankan peraturan-peraturan secara kaku dan Juga Timbul karena ciri-ciri kepriba-dian individual, antara lain sikap egoistis, temperamental, sikap fanatik, dan sikap otoriter.
b. Faktor Organisasi
Persaingan dalam menggunakan sumberdaya.Apabila sumberdaya baik berupa uang, material, atau sarana lainnya terbatas atau dibatasi, maka dapat timbul persaingan dalam penggunaannya. Ini merupakan potensi terjadinya konflik antar unit/departemen dalam suatu organisasi.
c. Perbedaan tujuan antar unit-unit organisasi.
d. Interdependensi Tugas.
Konflik terjadi karena adanya saling ketergantungan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Kelompok yang satu tidak dapat bekerja karena menunggu hasil kerja dari kelompok lainnya.
e. Perbedaan nilai dan persepsi.
f. Kekaburan yurisdiksional.
Konflik terjadi karena batas-batas aturan tidak jelas,yaitu adanya tanggung jawab yang tumpang tindih.
g. Masalah “status”.
Suatu unit/departemen mencoba memperbaiki dan meningkatkan status, sedangkan unit/departemen yang lain menganggap sebagai sesuatu yang mengancam posisinya dalam status hirarki organisasi.
h. Hambatan Komunikasi.
3.Konsep kinerja berbasis BSC ( Balanced Score Card ) untuk soal no. 1 yaitu :
a. Konsep kinerja berbasis BSC dalam manajemen konflik diberbagai level manajemen tidak melulu bersifat ekonomis melainkan merupakan suatu fenomena perilaku organisasi yang bersifat kooperatif yang memanfaatkan semua kemajuan sumber daya dan semua kecerdasan modal social organisasi.
b. Konsep kinerja berbasis BSC dalam manajemen konflik merupakan suatu manajemen yang berupaya untuk mewujudkan teori mengenai elit dan kekuasaan yang dilandasi oleh pendekatan perilaku yang amat penting untuk memahami berbagai masalah / konflik sebagai akibat kemungkinan politik dalam suatu organisasi.
c. Konsep kinerja berbasis BSC dalam manajemen konflik diperlukan adanya Revolusi Perilaku untuk memahami bagaimana, apa, dan untuk siapa Revolusi Perilaku tersebut sehingga dapat dipahami oleh segenap sumber daya yang ada kearah penjelasan, peramalan, pengawasan dari konflik itu sendiri.
Nama : Putu Hendra Prasetia
ReplyDeleteNIM : 13.01.1.1.257
Kelas : Eksekutif / Semester 3
1. Tahapan konflik dalam dunia kerja :
Pada umumnya konflik berlangsung dalam lima tahap, yaitu tahap potensial, konflik terasakan, pertentangan, konflik terbuka, dan akibat konflik. (1) Tahap potensial, yaitu munculnya perbedaan di antara individu, organisasi, dan lingkungan merupakan potensi terjadinya konflik; (2) Konflik terasakan, yaitu kondisi ketika perbedaan yang muncul dirasakan oleh individu, dan mereka mulai memikirkannya; (3) Pertentangan, yaitu ketika konflik berkembang menjadi perbedaan pendapat di antara individu atau kelompok yang saling bertentangan; (4) Konflik terbuka, yaitu tahapan ketika pertentangan berkembang menjadi permusuhan secara terbuka; (5) Akibat konflik, yaitu tahapan ketika konflik menimbulkan dampak terhadap kehidupan dan kinerja.
2. Faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya ko0nflik.
Adapun faktor – faktor penyebab konflik antara lain (1) perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan; (2) Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda pula. seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya; (3) Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok, diantaranya menyangkut bidang ekonomi, politik, dan sosial; dan (4) Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
3. Konsep Kinerja Berbasis BSC (Balanced Scorecard)
Balanced scorecard dapat mengubah strategi menjadi tindakan, menjadikan strategi sebagai pusat organisasi, mendorong terjadinya komunikasi yang lebih baik antar karyawan dan manajemen, meningkatkan mutu pengambilan keputusan dan memberikan informasi peringatan dini, serta mengubah budaya kerja. Potensi untuk mengubah budaya kerja ada karena dengan balanced scorecard, perusahaan lebih transparan, informasi dapat diakses dengan mudah, pembelajaran organisasi dipercepat, umpan balik menjadi obyektif, terjadwal, dan tepat untuk organisasi dan individu; dan membentuk sikap mencari konsensus karena adanya perbedaan awal dalam menentukan sasaran, langkah-langkah strategis yang diambil, ukuran yang digunakan, dll.
Berdasarkan hal tersebut dapat saya gambarkan contoh kecil dalam sebuah kegiatan pada suatu organisasi, yaitu :
a. dalam penyusunan kegiatan, didasari oleh sasaran prioritas dan rencana kerja yang telah ditetapkan.
b. Dalam hal penyusunan kegiatan terdapat aspek-aspek yaitu :
- Indikator, yang terdiri dari capaian program, masukan, keluaran dan hasil
- Tolok ukur Kinerja, yang didalamnya termuat hal-hal yang ingin dicapai dalam penyusunan kegiatan tersebut, serta hal-hal yang mendukung pelaksanaan kegiatan tersebut
- Target Kinerja, merupakan bagian yang memuat nilai jumlah dana, SDM yang diperlukan, serta hasil capaian program dan kegiatan
c. Ketiga aspek tersebut dijadikan landasan atau acuan untuk melaksanakan suatu kegiatan atau pekerjaan.
d. Berdasarkan ketiga aspek tersebut diatas juga akan dipakai untuk menilai kinerja baik dalam hal realisasi dana maupun fisik dari kegiatan yang telah dilaksanakan.
UAS Manajemen Strategi
ReplyDeleteNama : I Ketut Darmayasa
NIM : 13.01.1.1.182
Kelas : Eksekutif
Jurusan : Manajemen
Semester : 3
1. Konflik berkembang melalui lima fase secara beruntun, yaitu : latent conflict, perceived conflict, felt conflict, manifest conflict and conflict aftermath.
1). Tahap I, Konflik terpendam. Konflik ini merupakan bibit konflik yang bisa terjadi dalam interaksi individu ataupun kelompok dalam organisasi, oleh karena set up organisasi dan perbedaan konsepsi, namun masih dibawah permukaan. Konflik ini berpotensi untuk sewaktu-waktu muncul ke permukaan.
2). Tahap II, Konflik yang terpersepsi. Fase ini dimulai ketika para actor yg terlibat mulai mengkonsepsi situasi-situasi konflik termasuk cara mereka memandang, menentukan pentingnya isu-isu, membuat asumsi-asumsi terhadap motif-motif dan posisi kelompok lawan.
3). Tahap III, Konflik yang terasa. Fase ini dimulai ketika para individu atau kelompok yang terlibat menyadari konflik dan merasakan penglaman-pengalaman yang bersifat emosi, seperti kemarahan, frustasi, ketakutan, dan kegelisahan yang melukai perasaan.
4). Tahap IV, Konflik yang termanifestasi. Pada fase ini salah satu pihak memutuskan bereaksi menghadapi kelompok dan sama-sama mencoba saling menyakiti dan menggagalkan tujuan lawan. Misalnya agresi terbuka, demonstrasi, sabotase, pemecatan, pemogokan dan sebagainya.
5). Tahap V, Konflik sesudah penyelesaian. Fase ini adalah fase sesudah konflik diolah. Bila konflik dapat diselesaikan dengan baik hasilnya berpengaruh baik pada organisasi (fungsional) atau sebaliknya (disfungsional).
2. Faktor yang menyebabkan konflik yaitu ;
1. Perbedaan dalam tujuan dan prioritas. Setiap sub unit dalam organisasi memiliki tujuan dan prioritas khusus. Misalnya, dalam hubungan kerja, bagian pemasaran ingin agar produknya cepat laku. Kalau perlu dijual murah dan dengan cara kredit. Sebaliknya, bagian keuangan menghendaki pembayaran harus tunai agar posisi kekuangan perusahaan tetap stabil.
2. Saling ketergantungan tugas (task interdependence). Ada yang disebut ketergantungan berurutan (sequential interdependence), dimana output dari suatu unit merupakan input dari unit lain. Misalnya, untuk merespon suatu surat permohonan, kepala bagian masih harus menunggu disposisi dari atasannya.
3. Konflik yang disebabkan oleh pembagian sumber daya (resource interdependence). Antarunit kerja bersaing karena untuk mendapatkan sumber daya yang lebih (personil, dana, material, peralatan, ruangan, fasilitas computer dan lainnya).
4. Deskripsi tugas yang tidak jelas. Ini pun akan mengakibatkan konflik. Kekaburan karena tidak ada guide lines dan policies yang jelas, akan membuat kelompok lainnya tersinggung karena dilangkahi.
5. Perbedaan kekuasaan dan status. Biasanya terjadi karena suatu departemen merasa lebih penting atau memiliki rasa over value ketimbang departemen lainnya. Departemen yang lainnya pasti akan merasa dilecehkan.
6. Perbedaan sistim imbalan dan intensif yang diatur per-unit, bukan berdasarkan tujuan organisasi.
7. Faktor birokratik (lini-staf), dimana pegawai lini memiliki wewenang dalam proses pengambilan keputusan sementara staf lebih pada memberikan rekomendasi atau saran. Sering pegawai lini merasa lebih penting, sementara staf merasa lebih ahli.
3. Konsep Kinerja Berbasis BSC
Balanced scorecard merupakan salah satu metode yang banyak digunakan untuk mensinkronkan program dan kegiatan perusahaan dengan visi dan strategi organisasi, meningkatkan komunikasi internal dan eksternal dan memantau kinerja organisasi.
Adapun Perspektif dalam Balanced Scorecard dalam dunia kerja yaitu :
1.Perspektif Keuangan
2.Perspektif Pelanggan
3.Perspektif Proses Bisnis Internal
4.Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Nama : Luh Indrawati
ReplyDeleteNIM : 14.01.1. 195
Jurusan : Manajemen Eksekutif (Ampulen)
Jawaban:
1. Menurut saya adapun tahapan konflik dunia kerja yaitu
1) Konflik terpendam. Setiap individu dalam kelompok memiliki sifat dan kepribadian yang berbeda-beda. Perbedaan sifat dan kepribadian tersebut dapat menimbulkan bibit konflik yang bisa terjadi dalam interaksi individu ataupun kelompok dalam organisasi namun masih terpendam atau belum muncul kepermukaan.
2) Konflik yang terpersepsi. Fase ini dimulai ketika para individu atau kelompok yang berkonflik mulai memunculkan konflik termasuk cara mereka memandang, menentukan pentingnya isu-isu, persepsi yang berbeda, perbedaan kepentingan, membuat asumsi-asumsi terhadap motif-motif dan posisi kelompok lawan.
3) Konflik yang terasa. Fase ini dimulai ketika para individu atau kelompok yang terlibat menyadari adanya konflik. Hal ini terjadi saat satu orang hanya berinteraksi dengan kelompok tertentu yang dirasa sepemikiran dan sepemahaman dengannya, dan cenderung enggan untuk banyak berinteraksi dengan para anggota lainnya yang kurang sepemahaman dan merasakan penglaman-pengalaman yang bersifat emosi, seperti kemarahan, frustasi, ketakutan, dan kegelisahan yang melukai perasaan.
4) Konflik yang termanifestasi. Pada fase ini salah satu pihak memutuskan bereaksi menghadapi kelompok dan sama-sama mencoba saling menyakiti dan menggagalkan tujuan lawan. Misalnya agresi terbuka, demonstrasi, sabotase, pemecatan, pemogokan dan sebagainya.
5) Konflik sesudah penyelesaian. Fase ini adalah fase sesudah konflik diolah. Bila konflik dapat diselesaikan dengan baik hasilnya berpengaruh baik pada organisasi. Hasil berupa jalinan aksi-reaksi antara pihak-pihak yang berkonflik menghasilkan hasil fungsional, konflik bersifat konstruktif apabila konflik itu memperbaiki kualitas keputusan, merangsang kreativitas dan inovasi, mendorong perhatian dan keingintahuan di kalangan anggota kelompok, menjadi saluran yang merupakan sarana penyampaian masalah dan peredaan ketegangan, dan memupuk lingkungan evaluasi diri serta perubahan. Hasil disfungsional, konsekuensi destruktif konflik pada kinerja kelompok atau organisasi umumnya sangat dikenal. Oposisi yang tidak terkendali memunculkan ketidakpuasan, yang bertindak menghilangkan ikatan bersama, dan pada akhirnya mendoromg ke penghancuran kelompok itu. Konflik dari ragam disfungsional dapat mengurangi efektifitas kelompok.
ReplyDelete2. Faktor-faktor yang membentuk tahapan konflik di dunia kerja :
1) Perbedaan individu. Setiap individu dalam kelompok memiliki sifat dan kepribadian pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Perbedaan sifat dan kepribadian tersebut dapat menimbulkan konflik dalam kelompok, baik konflik kecil maupun konflik besar.
2) Perbedaan latar belakang kebudayaan mengakibatkan interaksi sosial antar individu atau kelompok dengan pola kebudayaan yang yang berbeda dapat memicu persepsi yang berbeda pula sehingga mengakibatkan timbulnya konflik
3) Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok. memicu terjadinya konflik. Selain konflik antara atasan dengan bawahan, konflik juga bisa terjadi pada level staf, politik yang picik di level supervisor. Terlebih apabila terdapat pihak-pihak yang memiliki kepentingan hanya untuk mencari popularitas, perhatian, dan pengakuan atas bakatnya. Di sisi lain kubu-kubu tertentu dapat terbentuk, sebagai konsekuensi dari terjadinya suatu konflik.
4) Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam Organisasi. Perubahan alam organisasi merupakan perubahan yang sering dan wajar terjadi, namun apabila perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik.
3. Konsep kinerja berbasis BSC (Balance Scorecard) :
Balanced scorecard merupakan salah satu metode yang banyak digunakan untuk mensinkronkan program dan kegiatan perusahaan dengan visi dan strategi organisasi, meningkatkan komunikasi internal dan eksternal dan memantau kinerja organisasi. Pada prinsipnya, Balanced Scorecard adalah konsep yang merupakan penerjemahan strategi dan tujuan yang ingin dicapai perusahaan dalam jangka panjang, yang kemudian diukur dan dimonitor secara berkelanjutan. Perspektif dalam Balanced Scorecard yaitu :
1) Perspektif Keuangan
BSC memakai tolak ukur kinerja keuangan seperti laba bersih dan ROI, karena tolak ukur tersebut secara umum digunakan dalam perusahaan untuk mengetahui laba.
2) Perspektif Pelanggan
Dalam perspektif pelanggan, perusahaan perlu terlebih dahulu menentukan segmen pasar dan pelanggan yang menjadi target bagi organisasi atau badan usaha.
3) Perspektif Proses Bisnis Internal
Perspektif proses bisnis internal menampilkan proses kritis yang memungkinkan unit bisnis untuk memberi value proposition yang mampu menarik dan mempertahankan pelanggannya di segmen pasar yang diinginkan dan memuaskan harapan para pemegang saham melalui flnancial retums.
4) Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Perspektif ini menyediakan infrastruktur bagi tercapainya ketiga perspektif sebelumnya, dan untuk menghasilkan pertumbuhan dan perbaikan jangka panjang.
Hubungan dengan konflik yang ada dalam suatu perusahaan yaitu bagaimana konflik yang sudah bisa terselesaikan memicu kinerja karyawan untuk bekerja lebih baik. Dimana perspektif yang digunakan ialah Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan. Atasan harus bertanggung jawab untuk mengembangkan kemampuan karyawan. Tolak ukur kunci untuk menilai kinerja atasan adalah kepuasan karyawan, retensi karyawan, dan produktivitas karyawan. Untuk menciptakan suasana yang kondusif di dalam suatu perusahaan, maka peran seorang atasan sangat penting untuk memecahkan setiap konflik yang timbul di dalam suasana kerja, dan menjadikan konflik yang muncul sebagai suatu hal yang positif dan membangun perusahaan agar semakin berkembang.
Nama : Ni Md. Titin Dwi Rahayu
ReplyDeleteNIM : 13.01.1.1.154
Jurusan : Manajemen
Kelas/Semester : Reg. Sore / III
1. Tahap-Tahap Konflik
a. Tahap konflik diawali dengan rasa tidak nyaman, hal ini bisa dihindari dengan mememberikan rasa empati dan melakukan komunikasi kepada orang yang bersangkutan.
b. Insiden, seandainya rasa ketidaknyamanan tersebut tidak ditangani maka insiden akan terjadi pada organisasi ini
c. Kesalahpahaman, Konflik yang terjadi bisa juga disebabkan karena kesalahpahaman, hal tersebut dapat dihindari dengan cara mengamati bagian dari diri kita sendiri.
d. Ketegangan, dalam sebuah konflik akan menimbulkan ketegangan antara yang terlibat konflik, untuk itu kita perlu meneliti keemosian diri kita sendiri
e. Krisis, merupakan tahap konflik yang paling puncak, karena sudah berada diluar kemampuan kita untuk mengatasi konflik tersebut. sehingga perlu dicari pihak ketiga untuk mengatasinya.
2. Faktor-faktor penyebab konflik di dunia kerja adalah sebagai berikut :
# Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
# Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda.
# Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri.
3. Konsep kinerja berbasis BSC
BSC berasal dari dua kata yaitu balanced (berimbang) dan scorecard (kartu skor). Balanced (berimbang) berarti adanya keseimbangan antara performance keuangan dan non-keuangan, performance jangka pendek dan performance jangka panjang, antara performance yang bersifat internal dan performance yang bersifat eksternal. Sedangkan scorecard (kartu skor) yaitu kartu yang digunakan untuk mencatat skor performance seseorang. Jadi, BSC adalah suatu mekanisme sistem manajemen yang mampu menerjemahkan visi dan strategi organisasi ke dalam tindakan nyata di lapangan. Adapun perspektif-perspektif yang di gunakan dalam menentukan kinerja dengan sistem BSC adalah sebagai berikut:
1. Perspektif Keuangan
2. Perspektif Pelanggan
3. Perspektif Proses Bisnis Internal
4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Tahap-Tahap Konflik
ReplyDeletea. Tahap konflik diawali dengan rasa tidak nyaman, hal ini bisa dihindari dengan mememberikan rasa empati dan melakukan komunikasi kepada orang yang bersangkutan.
b. Insiden, seandainya rasa ketidaknyamanan tersebut tidak ditangani maka insiden akan terjadi pada organisasi ini
c. Kesalahpahaman, Konflik yang terjadi bisa juga disebabkan karena kesalahpahaman, hal tersebut dapat dihindari dengan cara mengamati bagian dari diri kita sendiri.
d. Ketegangan, dalam sebuah konflik akan menimbulkan ketegangan antara yang terlibat konflik, untuk itu kita perlu meneliti keemosian diri kita sendiri
e. Krisis, merupakan tahap konflik yang paling puncak, karena sudah berada diluar kemampuan kita untuk mengatasi konflik tersebut. sehingga perlu dicari pihak ketiga untuk mengatasinya.
Faktor yang menyebabkan konflik yaitu ;
1. Perbedaan dalam tujuan dan prioritas. Setiap sub unit dalam organisasi memiliki tujuan dan prioritas khusus. Misalnya, dalam hubungan kerja, bagian pemasaran ingin agar produknya cepat laku. Kalau perlu dijual murah dan dengan cara kredit. Sebaliknya, bagian keuangan menghendaki pembayaran harus tunai agar posisi kekuangan perusahaan tetap stabil.
2. Saling ketergantungan tugas (task interdependence). Ada yang disebut ketergantungan berurutan (sequential interdependence), dimana output dari suatu unit merupakan input dari unit lain. Misalnya, untuk merespon suatu surat permohonan, kepala bagian masih harus menunggu disposisi dari atasannya.
3. Konflik yang disebabkan oleh pembagian sumber daya (resource interdependence). Antarunit kerja bersaing karena untuk mendapatkan sumber daya yang lebih (personil, dana, material, peralatan, ruangan, fasilitas computer dan lainnya).
4. Deskripsi tugas yang tidak jelas. Ini pun akan mengakibatkan konflik. Kekaburan karena tidak ada guide lines dan policies yang jelas, akan membuat kelompok lainnya tersinggung karena dilangkahi.
5. Perbedaan kekuasaan dan status. Biasanya terjadi karena suatu departemen merasa lebih penting atau memiliki rasa over value ketimbang departemen lainnya. Departemen yang lainnya pasti akan merasa dilecehkan.
6. Perbedaan sistim imbalan dan intensif yang diatur per-unit, bukan berdasarkan tujuan organisasi.
7. Faktor birokratik (lini-staf), dimana pegawai lini memiliki wewenang dalam proses pengambilan keputusan sementara staf lebih pada memberikan rekomendasi atau saran. Sering pegawai lini merasa lebih penting, sementara staf merasa lebih ahli.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteNAMA : KADEK ANGGA SANJAYA
ReplyDeleteNIM : 13.01.1.1.127
KELAS/SEMESTER : REGULER SORE / III
1. Tahap-Tahap Konflik
a. Tahap konflik diawali dengan rasa tidak nyaman, hal ini bisa dihindari dengan mememberikan rasa empati dan melakukan komunikasi kepada orang yang bersangkutan.
b. Insiden, seandainya rasa ketidaknyamanan tersebut tidak ditangani maka insiden akan terjadi pada organisasi ini
c. Kesalahpahaman, Konflik yang terjadi bisa juga disebabkan karena kesalahpahaman, hal tersebut dapat dihindari dengan cara mengamati bagian dari diri kita sendiri.
d. Ketegangan, dalam sebuah konflik akan menimbulkan ketegangan antara yang terlibat konflik, untuk itu kita perlu meneliti keemosian diri kita sendiri
e. Krisis, merupakan tahap konflik yang paling puncak, karena sudah berada diluar kemampuan kita untuk mengatasi konflik tersebut. sehingga perlu dicari pihak ketiga untuk mengatasinya.
2. FAKTOR PENYEBAB KONFLIK
a. Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap orang atau individu memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Dengan perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya.
b. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
c. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok. Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.
d. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam Organisasi. Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik.
3. Konsep Kinerja Berbasis BSC (Balanced Scorecard)
Balanced scorecard dapat mengubah strategi menjadi tindakan, menjadikan strategi sebagai pusat organisasi, mendorong terjadinya komunikasi yang lebih baik antar karyawan dan manajemen, meningkatkan mutu pengambilan keputusan dan memberikan informasi peringatan dini, serta mengubah budaya kerja. Potensi untuk mengubah budaya kerja ada karena dengan balanced scorecard, perusahaan lebih transparan, informasi dapat diakses dengan mudah, pembelajaran organisasi dipercepat, umpan balik menjadi obyektif, terjadwal, dan tepat untuk organisasi dan individu; dan membentuk sikap mencari konsensus karena adanya perbedaan awal dalam menentukan sasaran, langkah-langkah strategis yang diambil, ukuran yang digunakan, dll.
Berdasarkan hal tersebut dapat saya gambarkan contoh kecil dalam sebuah kegiatan pada suatu organisasi, yaitu :
a. dalam penyusunan kegiatan, didasari oleh sasaran prioritas dan rencana kerja yang telah ditetapkan.
b. Dalam hal penyusunan kegiatan terdapat aspek-aspek yaitu :
- Indikator, yang terdiri dari capaian program, masukan, keluaran dan hasil
- Tolok ukur Kinerja, yang didalamnya termuat hal-hal yang ingin dicapai dalam penyusunan kegiatan tersebut, serta hal-hal yang mendukung pelaksanaan kegiatan tersebut
- Target Kinerja, merupakan bagian yang memuat nilai jumlah dana, SDM yang diperlukan, serta hasil capaian program dan kegiatan
c. Ketiga aspek tersebut dijadikan landasan atau acuan untuk melaksanakan suatu kegiatan atau pekerjaan.
d. Berdasarkan ketiga aspek tersebut diatas juga akan dipakai untuk menilai kinerja baik dalam hal realisasi dana maupun fisik dari kegiatan yang telah dilaksanakan.
NAMA : MADE SUSENI
ReplyDeleteNIM : 13.01.1.1.125
KELAS/SEMESTER : REGULER SORE/ III
1. Konflik berkembang melalui lima fase secara beruntun, yaitu : latent conflict, perceived conflict, felt conflict, manifest conflict and conflict aftermath.
1). Tahap I, Konflik terpendam. Konflik ini merupakan bibit konflik yang bisa terjadi dalam interaksi individu ataupun kelompok dalam organisasi, oleh karena set up organisasi dan perbedaan konsepsi, namun masih dibawah permukaan. Konflik ini berpotensi untuk sewaktu-waktu muncul ke permukaan.
2). Tahap II, Konflik yang terpersepsi. Fase ini dimulai ketika para actor yg terlibat mulai mengkonsepsi situasi-situasi konflik termasuk cara mereka memandang, menentukan pentingnya isu-isu, membuat asumsi-asumsi terhadap motif-motif dan posisi kelompok lawan.
3). Tahap III, Konflik yang terasa. Fase ini dimulai ketika para individu atau kelompok yang terlibat menyadari konflik dan merasakan penglaman-pengalaman yang bersifat emosi, seperti kemarahan, frustasi, ketakutan, dan kegelisahan yang melukai perasaan.
4). Tahap IV, Konflik yang termanifestasi. Pada fase ini salah satu pihak memutuskan bereaksi menghadapi kelompok dan sama-sama mencoba saling menyakiti dan menggagalkan tujuan lawan. Misalnya agresi terbuka, demonstrasi, sabotase, pemecatan, pemogokan dan sebagainya.
5). Tahap V, Konflik sesudah penyelesaian. Fase ini adalah fase sesudah konflik diolah. Bila konflik dapat diselesaikan dengan baik hasilnya berpengaruh baik pada organisasi (fungsional) atau sebaliknya (disfungsional).
2. Dalam organisasi, terdapat beberapa factor yang menyebabkan konflik yaitu ;
1. Perbedaan dalam tujuan dan prioritas. Setiap sub unit dalam organisasi memiliki tujuan dan prioritas khusus. Misalnya, dalam hubungan kerja, bagian pemasaran ingin agar produknya cepat laku. Kalau perlu dijual murah dan dengan cara kredit. Sebaliknya, bagian keuangan menghendaki pembayaran harus tunai agar posisi kekuangan perusahaan tetap stabil.
2. Saling ketergantungan tugas (task interdependence). Ada yang disebut ketergantungan berurutan (sequential interdependence), dimana output dari suatu unit merupakan input dari unit lain. Misalnya, untuk merespon suatu surat permohonan, kepala bagian masih harus menunggu disposisi dari atasannya.
3. Konflik yang disebabkan oleh pembagian sumber daya (resource interdependence). Antarunit kerja bersaing karena untuk mendapatkan sumber daya yang lebih (personil, dana, material, peralatan, ruangan, fasilitas computer dan lainnya).
4. Deskripsi tugas yang tidak jelas. Ini pun akan mengakibatkan konflik. Kekaburan karena tidak ada guide lines dan policies yang jelas, akan membuat kelompok lainnya tersinggung karena dilangkahi.
5. Perbedaan kekuasaan dan status. Biasanya terjadi karena suatu departemen merasa lebih penting atau memiliki rasa over value ketimbang departemen lainnya. Departemen yang lainnya pasti akan merasa dilecehkan.
6. Perbedaan sistim imbalan dan intensif yang diatur per-unit, bukan berdasarkan tujuan organisasi.
7. Faktor birokratik (lini-staf), dimana pegawai lini memiliki wewenang dalam proses pengambilan keputusan sementara staf lebih pada memberikan rekomendasi atau saran. Sering pegawai lini merasa lebih penting, sementara staf merasa lebih ahli.
3. BSC merefleksikan ukuran kinerja komprehensif yang mencerminkan lingkungan kompetitif dan strategi yang digunakan. BSC berfokus pada strategi yang diterapkan bukan pada pengendalian penerapan scorecard, meskipun pengawasan terhadap scorecard perlu dilakukan mengingat fokus strategi terus berubah seiring dengan perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat.Pengukuran kinerja dilakukan dengan mempertimbangkan empat perspektif BSC yaitu perspektif financial, customer, internal business dan learning and growth secara proporsional. Dengan demikian, pemimpin seharusnya tidak hanya diukur dengan kinerja keuangan, tetapi juga kinerjanya dalam memenuhi kebutuhan organisasi secara ekonomis, efisien, dan tepat sasaran guna menghindari konflik yang berkelanjutan.
Nama : Ni Putu Onik Okariska
ReplyDeleteNim : 13.01.1.1.134
Kelas : Manajemen REG. Sore
Semester III
Menurut pendapat saya,
Tahapan Konflik di dalam dunia kerja yaitu :
1. Tahap I, Konflik terpendam. Konflik ini merupakan bibit konflik yang bisa terjadi dalam interaksi individu ataupun kelompok dalam organisasi, oleh karena set up organisasi dan perbedaan konsepsi, namun masih dibawah permukaan. Konflik ini berpotensi untuk sewaktu-waktu muncul ke permukaan.
2. Tahap II, Konflik yang terpersepsi. Fase ini dimulai ketika para actor yg terlibat mulai mengkonsepsi situasi-situasi konflik termasuk cara mereka memandang, menentukan pentingnya isu-isu, membuat asumsi-asumsi terhadap motif-motif dan posisi kelompok lawan.
3. Tahap III, Konflik yang terasa. Fase ini dimulai ketika para individu atau kelompok yang terlibat menyadari konflik dan merasakan penglaman-pengalaman yang bersifat emosi, seperti kemarahan, frustasi, ketakutan, dan kegelisahan yang melukai perasaan.
4. Tahap IV, Konflik yang termanifestasi. Pada fase ini salah satu pihak memutuskan bereaksi menghadapi kelompok dan sama-sama mencoba saling menyakiti dan menggagalkan tujuan lawan. Misalnya agresi terbuka, demonstrasi, sabotase, pemecatan, pemogokan dan sebagainya.
5. Tahap V,Konflik sesudah penyelesaian. Fase ini adalah fase sesudah konflik diolah. Bila konflik dapat diselesaikan dengan baik hasilnya berpengaruh baik pada organisasi (fungsional) atau sebaliknya (disfungsional).
(2). Faktor - faktor pembentuk konflik :
- Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
- Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
- Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda.
- Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial.
Faktor dari Manusia
1. Perbedaan Individu
2. Perbedaan kebudayaan
3. Perbedaan Komunikasi
4. Perebutan Kekuasaan
B. Faktor Dunia Kerja
1. Perbedaan Pendapat di lingkungan kerja
2. Kecemburuan akan tidak adilnya kepemimpinan
3. Perbedaan Nilai/Pendapat
(3). konsep kerja BSC :
Pengukuran kinerja perusahaan yang modern dengan mempertimbangan empat perspektif (yang saling berhubungan) yang merupakan penerjemahan strategi dan tujuan yang diingin dicapai oleh suatu perusahaan dalam jangka panjang, yang kemudian diukur dan dimonitor secara berkelanjutan
Adapun Perspektif dalam Balanced Scorecard dalam dunia kerja yaitu :
1.Perspektif Keuangan
2.Perspektif Pelanggan
3.Perspektif Proses Bisnis Internal
4.Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Nama : Nyoman Ratnawati
ReplyDeleteNim : 14.01.1.088
Kelas : Ampulen/ Reguler sore
1. Tahapan konflik di dunia kerja : pertama potensi oposisi atau ketidakcocokan, kedua pengamatan dan personalisasi, ketiga keinginan atau niat, keempat tingkah laku dan kelima adalah hasil. Secara garis besar tahapan konflik ini dapat dijelaskan secara singkat bahwa pertama konflik muncul karena terjadi perbedaan pandangan antara rekan kerja atau atasan. Perbedaan pandangan ini harus menjadi sebuah perbedaan pribadi. Sebagai contoh A dan B berdebat mengenai ide-ide pada saat rapat, namun perdebatan A dan B ini jika belum sampai pada tahap keterlibatan secara emosional maka belum menjadi sebuah konflik. Dari pelibatan emosional tersebut kemudian konflik memasuk tahap keinginan atau niat. Pada tahap ini pihak yang berselisih akan masuk dalam tahap keinginan berkompetisi untuk memenangkan konflik guna mendapatkan kepuasaan pribadinya ataupun keinginan kelompok. Dalam proses ini juga bisa terjadi sebaliknya yaitu berusaha mencegah lebih dalam terlibat konflik dengan mengacuhkan konflik tersebut. Pada tahap ketiga pula ada kemungkinan pula bahwa pihak yang berselisih berusaha mengalah untuk tidak terlibat dalam konflik dengan mendukung pendapat pihak yang berlawanan dengannya atau ada kemungkinan pula melakukan tahap kompromi sehingga tidak ada pihak yang dirugikan atau dikalahkan. Tahap keempat yang merupakan tingkah laku berarti dalam tahap ini mulai dilakukan suatu perbuatan untuk melawan baik berupa pernyataan ataupun perbuatan. Demonstrasi, perang atau kekacauan terjadi pada tahap keempat ini. Pada tahap kelima konflik adalah hasil dari konflik itu sendiri. Ada dua kemungkinan hasil dari sebuah konflik, menaikkan kualitas kerja atau menurunkan kualitas kerja.
2. Faktor-faktor yang membentuk konflik di dunia kerja adalah perbedaan karakter, persaingan kerja, perbedaan kepentingan kelompok, kepemimpinan dalam organisasi. Namun semua konflik selalu berkaitan dengan ego. Entah ego pribadi atau ego kelompok. Konflik muncul di tempat kerja ketika terjadi perbenturan ego. Perbedaan karakter menjadi jalan yang lebar bagi eskalasi sebuah konflik, karena hambatan dalam proses berkomunikasi. Berdamai dengan ego diri sendiri, adalah langkah awal untuk mengelola konflik.
3. Konsep kinerja berbasis BSC
ReplyDeletesuatu kerangka kerja untuk mengintegrasikan berbagai ukuran yang diturunkan dari strategi perusahaan. Selain ukuran kinerja finansial masa lalu, balanced scorecard juga memperkenalkan pendorong kinerja finansial masa depan. Pendorong kinerja, yang meliputi perspektif pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran serta pertumbuhan, diturunkan dari proses penerjemahan strategi perusahaan yang dilaksanakan secara eksplisit dan ketat ke dalam berbagai tujuan dan ukuran yang nyata.Tujuan finansial menggambarkan tujuan jangka panjang perusahaan, yaitu pengembalian modal investasi yang tinggi dari setiap unit bisnis. Penerapan Balanced Scorecard membantu tercapainya tujuan finansial ini. Balanced Scorecard dapat membuat tujuan finansial menjadi eksplisit, dan dapat disesuaikan untuk setiap unit bisnis dalam berbagai tahap pertumbuhan dan siklus yang berbeda. Dalam perspektif finansial, scorecard memungkinkan para eksekutif setiap unit bisnis untuk menetapkan bukan hanya ukuran yang mengevaluasi keberhasilan jangka panjang perusahaan, tetapi juga berbagai variable yang dianggap paling penting untuk menciptakan dan mendorong tercapainya tujuan jangka panjang. Semua tujuan dan ukuran dalam perspektif lain harus saling terkait dengan pencapaian berbagai tujuan di dalam perspektif finansial. Pada saat merumuskan perspektif pelanggan, para manajer harus memiliki gagasan yang jelas tentang segmen pelanggan dan segmen bisnis sasaran dan memilih serangkaian pengukuran hasil utama, yaitu pangsa pasar, retensi, akuisisi, kepuasan dan profitabilitas, untuk segmen sasaran tersebut. Para manajer juga harus mengenali apa yang dinilai tinggi oleh para pelanggan segmen sasaran dan memilih proposisi nilai apa yang akan diberikan. Dalam perspektif proses bisnis internal, para manajer mengidentifikasi berbagai proses penting yang harus dikuasai oleh perusahaan dengan baik agar mampu memenuhi tujuan para pemegang saham dan segmen pelanggan sasaran. Sistem pengukuran kinerja konvensional memusatkan perhatian hanya pada pemantauan dan perbaikan biaya, mutu, dan usuran berdasarkan waktu proses bisnis perusahaan. Sedangkan pendekatan Balanced Scorecard memungkinkan tuntutan kinerja proses internal ditentukan berdasarkan harapan pihak eksternal tertentu. Balanced Scorecard mengikutsertakan proses inovasi sebagai suatu komponen vital perspektif proses bisnis internal, disamping proses operasi dan proses layanan purna jual Perspektif yang keempat adalah pembelajarandan pertumbuhan. Kemampuan untuk mencapai sasaran-sasaran ambisius tujuan finansial, pelanggan, dan proses bisnis internal bergantung kepada kapabilitas perusahaan dalam pembelajaran dan pertumbuhan. Tiga kelompok ukuran berdasarkan pekerja yang utama yaitu, kepuasan, produktivitas, dan retensi, memberi ukuran hasil dari investasi yang ditanamkan atas para pekerja, sistem dan keselarasan perusahaan. Balanced Scorecard menutup lubang yang ada di sebagian besar sistem manajemen, yaitu kurangnya proses sistematis untuk melaksanakan dan memperoleh umpan balik sebuah strategi.
Nama : Kadek Eka Wibawanata
ReplyDeleteNIM: 13.01.1.1.146
Kelas: Reg.Sore ( Semester III )
Jawaban No.1 :
TAHAPAN KONFLIK DI DUNIA KERJA
Tahapan Konflik di Dunia Kerja yang saya ketahui diantaranya :
I. Konflik tersembunyi (latent conflic)
Konflik ini disebabkan karena berbagai macam kondisi emosional yang dirasakan individu dalam dunia kerja.
II. Konflik yang mendahului (antecedent condition)
Tahap ini merupakan perubahan dari apa yang dirasakan secara tersembunyi yang belum mengganggu individu, seperti timbulnya tujuan dan nilai yang berbeda, perbedaan peran dan sebagainya.
III. .Konflik yang dapat diamati (perceived conflicts)
Pada tahap ini, individu yg terlibat mulai mengkonsepsi situasi-situasi konflik yang dapat diamati dari cara mereka memandang.
IV. .Konflik yang dapat dirasakan (felt conflict)
Konflik ini muncul sebagai akibat antecedent condition yang tidak terselesaikan, sehingga individu yang terlibat mulai merasakan konflik di dunia kerja mereka yang ditandai dengan adanya rasa marah, stress dan lain sebagainya.
V. Konflik terlihat secara terwujud dalam perilaku (manifest behavior)
Pada tahap ini konflik telah mencapai puncak dimana setiap individu yang terlibat berupaya untuk mengantisipasi timbulnya konflik dan sebab serta akibat yang ditimbulkannya sehingga melakukan berbagai mekanisme pertahanan diri melalui perilaku.
Jawaban No.2 :
Faktor-Faktor Yang Membentuk Konflik :
I. Konflik individu, Konflik ini bisa berasal dari dalam diri, yang bersumber dari sifat-sifat atau ciri-ciri kepribadian dari orang yang bersangkutan dan yang berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
II. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Konflik yang berasal dari luar konflik ini disebabkan karena tuntutan lingkungan kerja yang baru, kehilangan kebebasan pribadi, erosi kontak wajah, terus-menerus dipaksa mempelajari keterampilan kerja baru karena tuntutan pekerjaan, dan terlewatkan dalam promosi jabatan ,pembagian sumber daya, deskripsi tugas yang tidak jelas, perbedaan kekuasaan dan status, perbedaan sistim imbalan dan intensif dan faktor birokrasi sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
III. Konflik antara individu dan kelompok konflik ini dipicu oleh beberapa hal, seperti : anggota kelompok yang tidak dapat memenuhi harapan dan standar kerja, individu yang melanggar norma yang disepakati, serta individu yang melecehkan atau mempermalukan kelompok. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok. Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda.
Jawaban No.3 :
Konsep Kinerja berbasis BSC adalah :
Balanced scorecard merupakan salah satu metode yang banyak digunakan untuk mensinkronkan program dan kegiatan perusahaan dengan visi dan strategi organisasi, meningkatkan komunikasi internal dan eksternal dan memantau kinerja organisasi. Pada prinsipnya, Balanced Scorecard adalah konsep yang merupakan penerjemahan strategi dan tujuan yang ingin dicapai perusahaan dalam jangka panjang, yang kemudian diukur dan dimonitor secara berkelanjutan. Metode Balanced Score Card menyediakan metode pengukuran kinerja yang mengkombinasikan pengukuran tradisional yang menggunakan parameter finansial dengan pengukuran yang bersifat non-finansial secara seimbang, dengan menggunakan empat perspektif, yaitu: perspektif finansial, pelanggan, proses bisnis internal, dan pertumbuhan & pembelajaran.
Nama : ketut adi wiranata
ReplyDeleteNim :13.01.1.098
Jurusan: manajemen
selamat pagi pak darme disini saya akan berpendapat Pada tahap ketiga pula ada kemungkinan pula bahwa pihak yang berselisih berusaha mengalah untuk tidak terlibat dalam konflik dengan mendukung pendapat pihak yang berlawanan dengannya atau ada kemungkinan pula melakukan tahap kompromi sehingga tidak ada pihak yang dirugikan atau dikalahkan. Tahap keempat yang merupakan tingkah laku berarti dalam tahap ini mulai dilakukan suatu perbuatan untuk melawan baik berupa pernyataan ataupun perbuatan. Demonstrasi, perang atau kekacauan terjadi pada tahap keempat ini. Pada tahap kelima konflik adalah hasil dari konflik itu sendiri. Ada dua kemungkinan hasil dari sebuah konflik, menaikkan kualitas kerja kelompok atau menurunkan kualitas kerja kelompok.
Nama : Ni Luh PT.Sri Darmiati
ReplyDeleteNIM : 13.01.1.1.147
Kelas : Reguler sore
Semester : Semester III
1. Beberapa tahapan konflik di dunia kerja yaitu :
a. Konflik masih tersembunyi (laten)
Berbagai macam kondisi emosional yang dirasakan sebagai hal yang biasa dan tidak dipersoalkan sebagai hal yang mengganggu dirinya.
b. Konflik yang mendahului (antecedent condition)
Tahap perubahan dari apa yang dirasakan secara tersembunyi yang belum mengganggu dirinya, kelompok atau organisasi secara keseluruhan, seperti timbulnya tujuan dan nilai yang berbeda, perbedaan peran dan sebagainya.
c. Konflik yang dapat diamati (perceived conflicts) dan konflik yang dapat dirasakan (felt conflict) Muncul sebagai akibat antecedent condition yang tidak terselesaikan.
d. Konflik terlihat secara terwujud dalam perilaku (manifest behavior)
Upaya untuk mengantisipasi timbulnya konflik dan sebab serta akibat yang ditimbulkannya; individu, kelompok atau organisasi cenderung melakukan berbagai mekanisme pertahanan diri melalui perilaku.
e. Penyelesaian atau tekanan konflik
Pada tahap ini, ada dua tindakan yang perlu diambil terhadap suatu konflik, yaitu penyelesaian konflik dengan berbagai strategi atau sebaliknya malah ditekan.
f. Akibat penyelesaian konflik
Jika konflik diselesaikan dengan efektif dengan strategi yang tepat maka dapat memberikan kepuasan dan dampak positif bagi semua pihak.
2. Faktor – faktor penyebab konflik adalah sebagai berikut :
a. Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya.
b. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
c. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.
3. Konsep kinerja BSC konflik di dunia kerja adalah sebagai berikut :
BSC adalah pendekatan terhadap strategi manajemen yang dikembangkan oleh Drs.Robert Kaplan (Harvard Business School) and David Norton pada awal tahun 1990. BSC berasal dari dua kata yaitu balanced (berimbang) dan scorecard (kartu skor). Balanced (berimbang) berarti adanya keseimbangan antara performance keuangan dan non-keuangan, performance jangka pendek dan performance jangka panjang, antara performance yang bersifat internal dan performance yang bersifat eksternal. Sedangkan scorecard (kartu skor) yaitu kartu yang digunakan untuk mencatat skor performance seseorang. Kartu skor juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh seseorang di masa depan.
Perspektif dalam Balanced Scorecard
Adapun perspektif-perspektif yang ada di dalam BSC adalah sebagai berikut:
a. Perspektif Keuangan
b. Perspektif Pelanggan
c. PerspektifProses Bisnis Internal
d. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan.
Nama : Naomi Andira
ReplyDeleteNIM : 13.01.1.1.155
Kelas : Reguler Sore Semester III
I. TAHAPAN KONFLIK DI DUNIA KERJA
Tahapan Konflik di Dunia Kerja yang saya ketahui diantaranya :
I.Konflik tersembunyi (latent conflic)
Konflik ini disebabkan karena berbagai macam kondisi emosional yang dirasakan individu dalam dunia kerja.
II.Konflik yang mendahului (antecedent condition)
Tahap ini merupakan perubahan dari apa yang dirasakan secara tersembunyi yang belum mengganggu individu, seperti timbulnya tujuan dan nilai yang berbeda, perbedaan peran dan sebagainya.
III.Konflik yang dapat diamati (perceived conflicts)
Pada tahap ini, individu yg terlibat mulai mengkonsepsi situasi-situasi konflik yang dapat diamati dari cara mereka memandang.
IV.Konflik yang dapat dirasakan (felt conflict)
Konflik ini muncul sebagai akibat antecedent condition yang tidak terselesaikan, sehingga individu yang terlibat mulai merasakan konflik di dunia kerja mereka yang ditandai dengan adanya rasa marah, stress dan lain sebagainya.
V.Konflik terlihat secara terwujud dalam perilaku (manifest behavior)
Pada tahap ini konflik telah mencapai puncak dimana setiap individu yang terlibat berupaya untuk mengantisipasi timbulnya konflik dan sebab serta akibat yang ditimbulkannya sehingga melakukan berbagai mekanisme pertahanan diri melalui perilaku.
II. Adapun Faktor-faktor yg membentuk konflik :
1. Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
2. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
3. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.
III. KONSEP KINERJA BERBASIS BSC
BSC berasal dari dua kata yaitu balanced (berimbang) dan scorecard (kartu skor). Balanced (berimbang) berarti adanya keseimbangan antara performance keuangan dan non-keuangan, performance jangka pendek dan performance jangka panjang, antara performance yang bersifat internal dan performance yang bersifat eksternal. Sedangkan scorecard (kartu skor) yaitu kartu yang digunakan untuk mencatat skor performance seseorang. Kartu skor juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh seseorang di masa depan. BSC adalah suatu mekanisme sistem manajemen yang mampu menerjemahkan visi dan strategi organisasi ke dalam tindakan nyata di lapangan.
Perspektif dalam Balanced Scorecard yaitu :
1.Perspektif Keuangan
2.Perspektif Pelanggan
3.Perspektif Proses Bisnis Internal
4.Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
UAS MANAGEMENT STRATEGI
ReplyDeleteNAMA : MARDIAH YULIANTI
JURUSAN : S1 MANAGEMENT / EKSEKUTIF AMPULAN
NIM : 14.01.1.1.193
1. Tahapan konflik di dunia kerja :
a. Tahap permulaan
Konflik mempunyai tahap dan takaran terntentu. Tahap permulaan konflik dikenali sebagai tahap latent. Tahapan ini ada sangkut pautnya dengan unsur negatif, Contoh pihak-pihak yang berwenang atas urusan tertentu kurang
merasa puas, kecewa dan marah atas kesimpulan dari urusan itu.
b. Tahap Kedua
Tahap kedua juga dikenal tahap tentang isu-isu permasalahan. Pada tahap ini pihak yang terlibat konflik mulai berani menyebarkan isu-isu yang disebabkan oleh ketidak puasan mereka. Pihak-pihak yang terlibat di dalamnya mulai memberikan respon yang positif maupun negatif terhadap pihak satu dengan yang lainya. Mereka mulai menganalisis sumber-sumber konflik misalnya, kekuasaan, status, keahlian, kewenangan dan sebagainya.
c. Tahap ketiga
Tahap ketiga ini merupukan tahap interaksi langung antara pihak-pihak yang terlibat. Pada tahap ini telah melibatkan langsung unsur-unsur konflik yang membuat pihak-pihak terkait emosional secara langung.
d. Tahap keempat
Tahapan ini lebih cendrung untuk menghindari konflik. Perasaan kecewa, marah dan ketidak puasan yang terpendam pun di sembunyikan. Dikarenakan tidak berdaya atas wewenang, jabatan, kemampuan, untuk meneruskan konflik demi pembelaan diri, Tahapan ini cendrung tindakan mengambil aman dan tidak memperpanjang masalah yang tidak perlu.
e. Tahap kelima
Tahap ini juga dikenal sebagai tahap berfikir, Pada tahap ini pihak-pihak yang terlibat di dalam konflik akan menggunakan akal dan pikiran untuk menyelesaikan konflik. Berbagai strategi di pakai untuk menyelesaikan konflik misalnya, di musyawarahkan.
f. Tahap keenam
Tahap terakhir ini melibatkan terhadap hasil penyelasian konflik. Konflik itu ada yang bisa di atasi dan tidak bisa di atasi, penyelesaian konflik secara menyeluruh mungkin sulit untuk di lakukan apabila pihak-pihak yang terkait merasa sudut pandang mereka benar, maka pihak yang berwenang atau yang mempuyai kekuasaan harus menetlalisir terus kedaan itu.
2. Factor pembentuk konflik
- Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian danh perasaan dimana setiap manusia memiliki individu yang unik yang dapat menyebabkan konflik dalam menjalani hubungan social
- Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda
- Perbedaan kepentingan antara individu dan kelompok, dimana masing-masing orang dan kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda walaupun terkadang melakukan hal yang sama namun dengan tujuan yang berbeda-beda
- Perubahan nilai yang begitu cepat dan mendadak dalam masyarakat dapat memicu terjadinya konflik social
3. Konsep kerja berbasis BSC menjadi strategi dalam menjalan organisasi, medorong terjadinya komunikasi yang lebih baik dan berkualitas baik antar karyawan maupun managemen. Hal ini dapat mengubah budaya kerja dalam suatu organisasi dimana perusahaan akan lebih transparan, informasi yang lebih cepat dan dapat diakses dengan mudah. Adapun perspektif dalam dunia kerja yang meliputi perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan.
Nama : Anak Agung Heri Hermawan
ReplyDeleteNim : 13.01.1.1.184
Semester : III
Kelas : Manajemen Executive
Mata Kuliah : Manajemen Strategi
1. Tahap-Tahap Konflik
a. Tahap konflik diawali dengan rasa tidak nyaman, hal ini bisa dihindari dengan mememberikan rasa empati dan melakukan komunikasi kepada orang yang bersangkutan.
b. Insiden, seandainya rasa ketidaknyamanan tersebut tidak ditangani maka insiden akan terjadi pada organisasi ini
c. Kesalahpahaman, Konflik yang terjadi bisa juga disebabkan karena kesalahpahaman, hal tersebut dapat dihindari dengan cara mengamati bagian dari diri kita sendiri.
d. Ketegangan, dalam sebuah konflik akan menimbulkan ketegangan antara yang terlibat konflik, untuk itu kita perlu meneliti keemosian diri kita sendiri
e. Krisis, merupakan tahap konflik yang paling puncak, karena sudah berada diluar kemampuan kita untuk mengatasi konflik tersebut. sehingga perlu dicari pihak ketiga untuk mengatasinya.
2. FAKTOR PENYEBAB KONFLIK
a. Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap orang atau individu memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Dengan perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya.
b. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
c. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok. Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.
d. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam Organisasi. Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik.
3. Konsep Kinerja Berbasis BSC (Balanced Scorecard)
Balanced scorecard dapat mengubah strategi menjadi tindakan, menjadikan strategi sebagai pusat organisasi, mendorong terjadinya komunikasi yang lebih baik antar karyawan dan manajemen, meningkatkan mutu pengambilan keputusan dan memberikan informasi peringatan dini, serta mengubah budaya kerja. Potensi untuk mengubah budaya kerja ada karena dengan balanced scorecard, perusahaan lebih transparan, informasi dapat diakses dengan mudah, pembelajaran organisasi dipercepat, umpan balik menjadi obyektif, terjadwal, dan tepat untuk organisasi dan individu; dan membentuk sikap mencari konsensus karena adanya perbedaan awal dalam menentukan sasaran, langkah-langkah strategis yang diambil, ukuran yang digunakan, dll.
Berdasarkan hal tersebut dapat saya gambarkan contoh kecil dalam sebuah kegiatan pada suatu organisasi, yaitu :
a. dalam penyusunan kegiatan, didasari oleh sasaran prioritas dan rencana kerja yang telah ditetapkan.
b. Dalam hal penyusunan kegiatan terdapat aspek-aspek yaitu :
- Indikator, yang terdiri dari capaian program, masukan, keluaran dan hasil
- Tolok ukur Kinerja, yang didalamnya termuat hal-hal yang ingin dicapai dalam penyusunan kegiatan tersebut, serta hal-hal yang mendukung pelaksanaan kegiatan tersebut
- Target Kinerja, merupakan bagian yang memuat nilai jumlah dana, SDM yang diperlukan, serta hasil capaian program dan kegiatan
c. Ketiga aspek tersebut dijadikan landasan atau acuan untuk melaksanakan suatu kegiatan atau pekerjaan.
d. Berdasarkan ketiga aspek tersebut diatas juga akan dipakai untuk menilai kinerja baik dalam hal realisasi dana maupun fisik dari kegiatan yang telah dilaksanakan.
UJIAN AKHIR SEMESTER
DeleteNAMA : GUSTI PUTU SRI UTAMI
NIM : 13.01.1.1.165
KELAS : REG.SORE/SEMESTER III
FAKULTAS/JURUSAN : EKONOMI/MANAJEMEN
1. Tahapan konflik di dunia kerja
. 1. Antecedent Conditions
Antecedent Conditions merupakan kondisi yang menyebabkan atau mendahului suatu peristiwa. Peristiwa yang dapat mengawali terjadinya konflik adalah adanya kekecewaan (frustration).
2. Perceived Conflict
Tahap ini adalah antara kedua belah pihak sudah merasakan adanya konflik. Ini dapat dilihat dari adanya persaingan antara individu atau kelompok yang satu dengan yang lainnya.
3. Manifested Conflict
Dalam tahap ini, antara pihak yang berkonflik sudah menampakkan peristiwa konflik. Bentuknya bisa berupa lisan, salaing mendiamkan, bertengkar dan berdebat.
2. Faktor yang membentuk konflik
1. Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
2. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
3. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
4. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
3. Uraikan konsep kinerja berbasis BSC no 1 di atas
Proses manajemen strategis mencakup 5 hal penting: (1) pengembangan visi dan misi strategis; (2) penetapan sasaran-sasaran dan indikator-indikator kinerja; (3) strategi crafting untuk mencapai hasil yang diharapkan; (4) implementasi dan eksekusi strategi; (5) melakukan monitoring dan penyesuaian serta evaluasi terhadap perubahan lingkungan.
Pendekatan manajemen strategis berbasis balanced scorecard menjadikan sistem manajemen strategi bersifat komprehensif, terpadu, seimbang dan terukur.
Keunggulan lainnya, Manajemen Strategis berbasis BSC dimulai dengan skenario yang memadukan fungsi-fungsi manajemen seperti fungsi manajemen keuangan, manajemen pemasaran, manajemen operasi dan manajemen SDM.
Nama : Misbakhul Gufron
ReplyDeleteNIM : 13.01.1.1.130
Kelas : Reguler Sore Semester III
1. Jelaskan tahapan konflik di dunia kerja yang anda ketahui ?
a.Konflik tersembunyi (latent conflic)
Konflik ini disebabkan karena berbagai macam kondisi emosional yang dirasakan individu dalam dunia kerja.
b.Konflik yang mendahului (antecedent condition)
Tahap ini merupakan perubahan dari apa yang dirasakan secara tersembunyi yang belum mengganggu individu, seperti timbulnya tujuan dan nilai yang berbeda, perbedaan peran dan sebagainya.
c.Konflik yang dapat diamati (perceived conflicts)
Pada tahap ini, individu yg terlibat mulai mengkonsepsi situasi-situasi konflik yang dapat diamati dari cara mereka memandang.
d.Konflik yang dapat dirasakan (felt conflict)
Konflik ini muncul sebagai akibat antecedent condition yang tidak terselesaikan, sehingga individu yang terlibat mulai merasakan konflik di dunia kerja mereka yang ditandai dengan adanya rasa marah, stress dan lain sebagainya.
e.Konflik terlihat secara terwujud dalam perilaku (manifest behavior)
Pada tahap ini konflik telah mencapai puncak dimana setiap individu yang terlibat berupaya untuk mengantisipasi timbulnya konflik dan sebab serta akibat yang ditimbulkannya sehingga melakukan berbagai mekanisme pertahanan diri melalui perilaku.
2. Sebutkan faktor-faktor yang membentuk no 1 di atas ?
Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap orang atau individu memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Dengan perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya.
b. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
c. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok. Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.
d. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam Organisasi. Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik.
3. Uraikan konsep kinerja berbasis BSC no 1 di atas ?
BSC berasal dari dua kata yaitu balanced (berimbang) dan scorecard (kartu skor). Balanced (berimbang) berarti adanya keseimbangan antara performance keuangan dan non-keuangan, performance jangka pendek dan performance jangka panjang, antara performance yang bersifat internal dan performance yang bersifat eksternal. Sedangkan scorecard (kartu skor) yaitu kartu yang digunakan untuk mencatat skor performance seseorang. Kartu skor juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh seseorang di masa depan. BSC adalah suatu mekanisme sistem manajemen yang mampu menerjemahkan visi dan strategi organisasi ke dalam tindakan nyata di lapangan.
Adapun perspektif-perspektif yang ada di dalam BSC adalah sebagai berikut:
1.Perspektif Keuangan
2.Perspektif Pelanggan
3.Perspektif Proses Bisnis Internal
4.Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
UAS Manajemen Strategi
ReplyDeleteNama :KADEK SUSANTI
NIM : 13.01.1.1.132
Kelas : Reguler Sore
Jurusan : Manajemen
Semester : 3
1. Konflik berkembang melalui lima fase secara beruntun, yaitu : latent conflict, perceived conflict, felt conflict, manifest conflict and conflict aftermath.
1). Tahap I, Konflik terpendam. Konflik ini merupakan bibit konflik yang bisa terjadi dalam interaksi individu ataupun kelompok dalam organisasi, oleh karena set up organisasi dan perbedaan konsepsi, namun masih dibawah permukaan. Konflik ini berpotensi untuk sewaktu-waktu muncul ke permukaan.
2). Tahap II, Konflik yang terpersepsi. Fase ini dimulai ketika para actor yg terlibat mulai mengkonsepsi situasi-situasi konflik termasuk cara mereka memandang, menentukan pentingnya isu-isu, membuat asumsi-asumsi terhadap motif-motif dan posisi kelompok lawan.
3). Tahap III, Konflik yang terasa. Fase ini dimulai ketika para individu atau kelompok yang terlibat menyadari konflik dan merasakan penglaman-pengalaman yang bersifat emosi, seperti kemarahan, frustasi, ketakutan, dan kegelisahan yang melukai perasaan.
4). Tahap IV, Konflik yang termanifestasi. Pada fase ini salah satu pihak memutuskan bereaksi menghadapi kelompok dan sama-sama mencoba saling menyakiti dan menggagalkan tujuan lawan. Misalnya agresi terbuka, demonstrasi, sabotase, pemecatan, pemogokan dan sebagainya.
5). Tahap V, Konflik sesudah penyelesaian. Fase ini adalah fase sesudah konflik diolah. Bila konflik dapat diselesaikan dengan baik hasilnya berpengaruh baik pada organisasi (fungsional) atau sebaliknya (disfungsional).
2. Faktor yang menyebabkan konflik yaitu ;
1. Perbedaan dalam tujuan dan prioritas. Setiap sub unit dalam organisasi memiliki tujuan dan prioritas khusus. Misalnya, dalam hubungan kerja, bagian pemasaran ingin agar produknya cepat laku. Kalau perlu dijual murah dan dengan cara kredit. Sebaliknya, bagian keuangan menghendaki pembayaran harus tunai agar posisi kekuangan perusahaan tetap stabil.
2. Saling ketergantungan tugas (task interdependence). Ada yang disebut ketergantungan berurutan (sequential interdependence), dimana output dari suatu unit merupakan input dari unit lain. Misalnya, untuk merespon suatu surat permohonan, kepala bagian masih harus menunggu disposisi dari atasannya.
3. Konflik yang disebabkan oleh pembagian sumber daya (resource interdependence). Antarunit kerja bersaing karena untuk mendapatkan sumber daya yang lebih (personil, dana, material, peralatan, ruangan, fasilitas computer dan lainnya).
4. Deskripsi tugas yang tidak jelas. Ini pun akan mengakibatkan konflik. Kekaburan karena tidak ada guide lines dan policies yang jelas, akan membuat kelompok lainnya tersinggung karena dilangkahi.
5. Perbedaan kekuasaan dan status. Biasanya terjadi karena suatu departemen merasa lebih penting atau memiliki rasa over value ketimbang departemen lainnya. Departemen yang lainnya pasti akan merasa dilecehkan.
6. Perbedaan sistim imbalan dan intensif yang diatur per-unit, bukan berdasarkan tujuan organisasi.
7. Faktor birokratik (lini-staf), dimana pegawai lini memiliki wewenang dalam proses pengambilan keputusan sementara staf lebih pada memberikan rekomendasi atau saran. Sering pegawai lini merasa lebih penting, sementara staf merasa lebih ahli.
3. Konsep Kinerja Berbasis BSC
Balanced scorecard merupakan salah satu metode yang banyak digunakan untuk mensinkronkan program dan kegiatan perusahaan dengan visi dan strategi organisasi, meningkatkan komunikasi internal dan eksternal dan memantau kinerja organisasi.
Adapun Perspektif dalam Balanced Scorecard dalam dunia kerja yaitu :
1.Perspektif Keuangan
2.Perspektif Pelanggan
3.Perspektif Proses Bisnis Internal
4.Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
NAMA : Gede Pandri Hendranata
ReplyDeleteNIM : 13. 01. 1. 1. 166
Jurusan /Semester : S1 Manajemen/III
Kelas : Eksekutif
UAS MANAJEMEN STRATEGI
Tahapan konflik dalam dunia kerja, ada 5 tahapan yaitu :
1. Tahap Potensial yaitu munculnya perbedaan individu dalam dunia kerja dan lingkungan merupakan potensi terjadinya konflik
2. Tahap Konflik Terasakan yaitu kondisi ketika perbedaan yang muncul dirasakan oleh individu dan mereka mulai memikirkannya
3. Tahap pertentangan yaitu ketika konflik berkembang menjadi perbedaan pendapat di antara individu atau kelompok yang saling bertentangan
4. Tahap konflik terbuka yaitu tahapan ketika pertentangan berkembang menjadi permusuhan secara terbuka
5. Tahap akibat konflik yaitu tahapan ketika konflik menimbulkan dampak terhadap kehidupan dan kinerja dalam dunia kerja.
Faktor factor yang menyebabkan konflik
A. Faktor Manusia
1. Salah Pengertian atau salah paham karena kegagalan komunikasi
2. Perbedaan tujuan kerja karena perbedaan nilai hidup yang dipegang
3. Rebutan dan persaingan dalam hal yang terbatas seperti fasilitas kerja dan jabatan
4. Masalah wewenang dan tanggung jawab
5. Penafsiran yang berbeda atas satu hal, perkara dan peristiwa yg sama
6. Kurangnya kerja sama
7. Adanya usaha utk menguasai dan merugikan
KONSEP KINERJA BERBASIS BSC
Balanced scorecard merupakan salah satu metode yang banyak digunakan untuk mensinkronkan program dan kegiatan perusahaan dengan visi dan strategi organisasi, meningkatkan komunikasi internal dan eksternal dan memantau kinerja organisasi.
Adapun Perspektif dalam Balanced Scorecard dalam dunia kerja yaitu :
1.Perspektif Keuangan
2.Perspektif Pelanggan
NAMA : Ketut Eka Suharta
ReplyDeleteNIM : 13. 01. 1. 1. 188
Jurusan /Semester : S1 Manajemen/III
Kelas : Eksekutif
UAS MANAJEMEN STRATEGI
Tahap I (potential opposition or incompatibility). Kondisi ketidakcocokan tersebut dapat disebabkan oleh:gagguan,kesulitan,kesalahpahaman,derajat spesialisasi, gaya kepemimpinan, sistem balas jasa
A. Tahap II (cognition and personalization). Pada tahap ini pihak yang terkena kondisi ketidakocokan mulai menyadari dan merasakan sehingga menjadi frustasi / Stress.
B. Tahap III (intention). Pada tahap ini konflik mulai terbuka, dimana seseorang memutuskan melakukan tindakan untuk menggagalkan usaha pencapaian tujuan orang.
C. Tahap IV (behavior). Pada tahap ini konflik semakin jelas, melilbatkan pernyataan, tindakan, dan reaksi dari pihak yang berkonflik. Supaya konflik tidak menghambat kinerja perlu dimanajemenisasi Seperti penyelesaian masalah
D. Tahap V (outcomes). Pada tahap terakhir konflik akan memberikan hasil yaitu hasil fungsional : meningkatkan kualitas keputusan, merangsang kreatifitas dan inovasi, serta mampu menciptakan kesadaran untuk introspeksi diri, Hasil yang disfungsional : kekompakan kelompok akan turun, terjadi perkelahian, komunikasi terhenti.
FAKTOR PENYEBAB KONFLIK
a. Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap orang atau individu memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Dengan perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya.
b. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
c. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok. Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.
d. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam Organisasi. Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik.
KONSEP KINERJA BERBASIS BSC
Balanced scorecard merupakan salah satu metode yang banyak digunakan untuk mensinkronkan program dan kegiatan perusahaan dengan visi dan strategi organisasi, meningkatkan komunikasi internal dan eksternal dan memantau kinerja organisasi.
Adapun Perspektif dalam Balanced Scorecard dalam dunia kerja yaitu :
1.Perspektif Keuangan
2.Perspektif Pelanggan
3.Perspektif Proses Bisnis Internal
4.Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
UAS Manajemen Strategi
ReplyDeleteNama : Kadek Arta Yasa
Nim : 14.01.1.194 / Nim Baru : 14.01.1.198
Jurusan : Manajemen (Ampulen)
Kelas : Eksekutif
1. Tahapan Konflik di dunia kerja yaitu :
a. Tahap pertama: Konflik Yang Bersifat Laten
Konflik yang terjadi tidak seketika, tetapi potensi untuk munculnya konflik dalam organisasi tetap ada yaitu bersifat laten, oleh karena operasi organisasi itu sendiri. Menurut model ini, bahwa konflik yang terjadi dalam organisasi karena adanya deferensi secara vertikal dan horizontal, yang mengarah kepada pembentukan subunit yang berbeda dengan tujuan yang berbeda dan bahkan seringkali dengan persepsi yang berbeda tentang cara terbaik untuk mencapa tujuan.
b. Tahap kedua: Konflik yang dipersepsikan (perceived conflict)
Konflik terjadi ketika suatu kelompok atau subunit menganggap atau mempunyai persepsi bahwa tujuannya mulai dihalangi oleh tindakan dari kelompok yang lain. Dalam tahap ini masing-masing subunit atau kelompok mulai menentukan mengapa konflik itu muncul dan menganalisis kejadian-kejadian yang menyebabkannya. Masing-masing kelompok mencari asal mula timbulnya konflik dan membuat suatu skenario yang menerangkan masalah-masalah yang dialami dengan subunit yang lain.
c. Tahap Ketiga: Konflik yang dirasakan (Felt Conflict)
Pada tahap ini, subunit atau kelompok yang mengalami konflik dengan cepat mengembangkan kegiatan emosional kearah satu sama lainnya. Khususnya, submit memiliki hubungan dekat dan mengembangkan pertentangan secara mental dan menyalahkan subunit kelompok yang lain. Selagi konflik meningkat, kerjasama antara subunit atau kelompok menurun dan demikian halnya efektivitas organisasi juga menurun.
d. Tahap Keempat: Konflik yang dimanifestasikan
Tahap keempat dari terjadi jika suatu subunit kembali mencoba untuk menghalangi tujuan dari subunit yang lainnya. Wujud dari konflik pada tahap keempat ini bisa bermacam-macam. Agesi secara terbuka antarkelompok yang mengalami konflik adalah yang paling sering terjadi. Pergolakan yang terjadi pada para pucuk pimpinan sering terjadi karena seseorang berupaya mempromosikan dirinya sendiri dengan mengorbankan orang lain dalam organisasi tersebut.
e. Tahap Kelima: Ekor Konflik
Cepat atau lambat, konflik yang terjadi dalam organisasi akan teratasi dengan beberapa cara, seringkali melalui keputusan yang diambil oleh manajer senior/manajer puncak. Demikian pula jika sumber dari konflik tidak segera diatasi maka cepat atau lambat perselisihan dan permasalahan yang menyebabkan konflik akan muncul kembali dalam kontek yang berbeda.
2. Faktor faktor yang membentuk Konflik di dunia kerja yaitu
a. Perbedaan antar Individu, Merupakan perbedaan yang menyangkut perasaan, pendirian, atau ide yang berkaitan dengan harga diri, kebanggaan dan identitas seseorang. Sebagai contoh anda ingin suasana belajar tenang tetapi teman anda ingin belajar sambil bernyanyi, karena menurut teman anda itu sangat mundukung. Kemudian timbul amarah dalam diri anda. Sehingga terjadi konflik.
b. Perbedaan Kebudayaan, Kepribadian seseorang dibentuk oleh keluarga dan masyarakat. Tidak semua masyarakat memiliki nilai-nilai dan norma yang sama. Apa yang dianggap baik oleh satu masyarakat belum tentu baik oleh masyarakat lainnya. Interaksi sosial antarindividu atau kelompok dengan pola kebudayaan yang berlawanan dapat menimbulkan rasa amarah dan benci sehingga berakibat konflik.
c. Perbedaan Kepentingan, Setiap kelompok maupun individu memiliki kepentingan yang berbeda pula. Perbedaan kepentingan itu dapat menimbulkan konflik diantara mereka.
d. Perubahan Sosial, Perubahan yang terlalu cepat yang terjadi pada suatu masyarakat dapat mengganggu keseimbangan sistem nilai dan norma yang berlaku, akibatnya konflik dapat terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara harapan individu dengan masyarakat. Sebagai contoh kaum muda ingin merombak pola perilaku tradisi masyarakatnya, sedangkan kaum tua ingin mempertahankan tradisi dari nenek moyangnya. Maka akan timbulah konflik diantara mereka.
Lanjutan....
Delete3. Konsep Kerja Berbasis BSC
BSC menyajikan sebuah perspektif yang jelas sebagaimana sebuah perusahaan harus mengukur supaya tercapai keseimbangan perspektif keuangan. Scorecard Model ini pada awalnya memang ditujukan untuk memperluas area pengukuran kinerja organisasi swasta yang profit-oriented. Pendekatan ini mengukur kinerja berdasarkan aspek finansial dan non finansial yang dibagi dalam empat perspektif, yaitu:
a. Perspektif Finansial
Perspektif ini melihat kinerja dari sudut pandang profitabilitas ketercapaian target keuangan, sehingga didasarkan atas sales growth, return on investment, operating income, dan cash flow.
b. Perspektif Pelanggan.
Perspektif pelanggan merupakan faktor-faktor seperti customer satisfaction, customer retention, customer profitability, dan market share
c. Perspektif Proses Internal
Perspektif ini mengidentifikasi faktor kritis dalam proses internal organisasi dengan berfokus pada pengembangan proses baru yang menjadi kebutuhan pelanggan.
d. Perspektif Inovasi dan Pembelajaran.
Perspektif ini mengukur faktor-faktor yang berhubungan dengan teknologi, pengembangan pegawai, sistem dan prosedur, dan faktor lain yang perlu diperbaharui.
Konflik atau persaingan di dalam sebuah organisasi hal yang sudah sering terjadi di setiap oerganisasi. Biasanya konflik tersebutndi didasari oleh kecemburuan antar pegawai, masalah jabatan, pendapat maupun hal-hal kecil yang menimbulkan perselisihan didalam tubuh organisasi. Seiring dengan berubahnya jaman kebutuhan hidup menjadi makin kompleks tentunya hal ini membuat seseorang harus menambah pendapat seseorang dan hal ini dapat menimbulkan konflik di organisasi yaitu konflik keuangan. Dalam hal ini seorang pemimpin harus bisa mengambil keputusan untuk meredam konflik. Keputusan yang harus diambil sebaiknya menguntungkan kedua belah pihak agar tidak terjadi anggapan bahwa pemimpin berpihak ke salah satu pegawai.
ReplyDeleteNama : komang sandiyasa
Nim : 14.01.1.015
Jurusan : manajemen reg. Pagi
Semester : 3
Konflik atau persaingan di dalam sebuah organisasi hal yang sudah sering terjadi di setiap oerganisasi. Biasanya konflik tersebutndi didasari oleh kecemburuan antar pegawai, masalah jabatan, pendapat maupun hal-hal kecil yang menimbulkan perselisihan didalam tubuh organisasi. Seiring dengan berubahnya jaman kebutuhan hidup menjadi makin kompleks tentunya hal ini membuat seseorang harus menambah pendapat seseorang dan hal ini dapat menimbulkan konflik di organisasi yaitu konflik keuangan. Dalam hal ini seorang pemimpin harus bisa mengambil keputusan untuk meredam konflik. Keputusan yang harus diambil sebaiknya menguntungkan kedua belah pihak agar tidak terjadi anggapan bahwa pemimpin berpihak ke salah satu pegawai.
ReplyDeleteNama : komang sandiyasa
Nim : 14.01.1.015
Jurusan : manajemen reg. Pagi
Semester : 3